Dinda Pov
Aku kaget, bagaimana bisa mama dan Ninda nyamperin sampai ke dalam sekolah, bahkan sampai menyusul ke taman. Aku juga rada takut liat mama yang bentak-bentak temanku tadi.
Aku bukan tidak mau melawan mereka, aku hanya menghindari yang namanya perkelahian. Aku paling tidak suka ribut dengan hal yang ku anggap tidak penting. Dan yang paling membuatku tidak mau ribut adalah nanti antar orang tua juga ribut.
Malam
Papa dan mama memanggilku untuk ke ruang keluarga sekarang. Ninda, Nanda dan Drian dilarang ke ruang keluarga, hanya aku yang disuruh ke sana.
"Assalamualaikum" Aku masuk ke dalam dan ternyata sudah ada mama dan papa.
"Waalaikumussalam. Duduk" Ucap mama.
Wajah papa terlihat lebih mengerikan dari biasanya. Begitupun wajah mama terlihat datar namun penuh keseraman.
"Bisa ceritain yang tadi siang?" Kata mama.
Papa dan mama mengambil posisi nyaman mereka. Mereka memandangku dengan lekat. Mama memberi isyarat untuk segera bercerita.
"Kakak gak mau ribut ma sama mereka" Ucapku.
"Gak mau ribut apa takut?" Tanya papa.
"Jujur kakak gak takut sama mereka, dikitpun gak takut. Cuma kakak ingat pesan mama kalau nyelesaikan masalah bukan dengan menambah masalah. Kalau kakak lawan mereka nanti jadi berkelahi dan menimbulkan masalah baru" Jelasku.
Terlihat mama menarik napas panjang dan sedikit bersandar.
"Mama bilang begitu bukan berarti kamu harus mau diinjak-injak orang lain. Mau dipukul, ditampar dan didorong seperti tadi. Kamu harus berani lawan kalau itu sudah termasuk pembullyan" Emosi mama.
Aku hanya terdiam tak berani menjawab lagi.
"Gini aja papa mau tanya. Apa alasan mereka sampai merundung kakak?" Tanya papa.
"Kakak ikut seleksi lomba kejuruan. Diah juga ikut dan dia takut bersaing sama kakak. Dia nyuruh kakak mundur dari seleksi, tapi kakak tetap ikut dan dia gak lolos. Jadinya dia marah ke kakak karena gak jadi lolos dan jadi perwakilan sekolah untuk ke nasional" Jelasku.
Sangat terlihat di wajah mama menahan amarah. Aku tahu karena akhir-akhir ini begitulah wajah mama kalau lagi ingin marah.
"Besok kamu izin mas temenin aku ke sekolah Dinda" Kata mama.
Papa dan aku menoleh ke mama.
"Jadi mau nemuin kepala sekolahnya?" Tanya papa.
Mama hanya mengangguk sambil menahan amarah.
"Masuk kamar sana! Besok berangkat bareng mama papa" Aku kaget dan langsung bangun.
Rayyan Pov
Kalau boleh dikatakan aku juga emosi melihat anakku diperlakukan seperti itu oleh temannya. Tapi balik lagi ke keadaan, memang perlakuan temannya salah tapi sebagai orang tua harusnya mendamaikan dengan baik-baik. Aku takut Nayya gegabah saat nanti ke sekolahan Dinda.
"Mama istirahat gih" Kataku ke Nayya yang masih menahan emosi.
"Entar!" Jawabnya ketus.
"Jangan dipikir lagi, besok papa temenin ke sekolah dan kita bicara baik-baik sama pihak sekolah dan orangtua teman kakak" Jelasku.
"Sakit hati aku mas liat anakku ditoyor-toyor kepalanya terus ditampar pipinya. Aku gak pernah ya noyor dan nampar anak-anak bagaimanapun aku emosi" Balas Nayya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Short StoryMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah