Part 58

1.8K 193 12
                                    

Rayyan Pov

Setelah kejadian pagi Nayya mengomeli Nanda dan Drian. Nayya terlihat duduk diam diteras samping dekat kolam ikan hias. Nayya duduk diatas ayunan sambil merenung.

Ku coba dekati dan duduk disampingnya. Nayya tetap diam tak bergeming.

"Nay" Ku pegang tangannya dan ku usap pelan.

Dia tetap tak bergeming dan hanya memandang lurus ke depan kolam.

Ku tarik bahunya dan ku peluk, Nayya tetap diam dan tak merespon apapun.

Cukup lama ku dekap dia dan dia juga tak merespon apa-apa selama itu.

"Masuk yuk, kamu belum sarapan tadi" Nayya tetap diam tak menjawab ataupun menoleh padaku, tapi dia ikut berjalan saat ku papah.

Ku dudukan dia dimeja makan, ku sendokkan nasi dan lauk ke piringnya. Nayya tetap diam dan tak berniat memegang sendoknya.

Tak lama mengalir air mata dikiri kanan pipinya. Dia langsung menangis terisak.

"Hey! Udah Nay jangan nangis gini" Ku peluk dia dari belakang tempat duduknya.

Tangisnya makin kuat dan membuat bibi yang lagi beberes didapur menghampiri.

"Kenapa nak?" Tanya bibi padaku.

Aku menggeleng karena memang tidak tahu kenapa Nayya tiba-tiba menangis terisak.

"Bibi telepon bundanya nak Nayya dulu ya, siapa tahu sama bundanya mau cerita" Aku mengangguk dan bibi kembali ke dapur.

Tak berapa lama Nayya tiba-tiba diam dan berdiri dari kursi menuju kamar. Dia duduk diam lagi diranjang. Dipandangnya kain selimut bayi miliki Drian yang memang tadi tidur bersama kami.

Sudah ku pastikan Nayya pasti rindu anak bungsu kami. Dia langsung meraih kain selimut itu dan memeluknya sambil kembali nangis terisak.

"Assalamualaikum" Suara bunda.

"Waalaikumussalam, masuk aja Bun" Jawabku.

Bunda datang bersama Adam. Bunda yang melihat Nayya menangis sambil memeluk selimut langsung menghampiri Nayya.

"Mba, mba gak boleh gini. Mba harus ikhlaskan Nada. Jangan ditangisi terus, dia juga sedih mama nya disini terus nangisin dia" Bunda memeluk Nayya dan mengusap bahunya.

Adam dan aku sekodean untuk keluar membiarkan bunda dan Nayya berdua.

Nayya Pov

Aku merasa gagal menjadi ibu, ibu untuk Dinda, Ninda, Nanda, Drian dan Nada. Mereka semua serasa sial mendapat ibu sepertiku. Ibu yang tak bisa menjaga anak-anaknya dan ibu yang tidak bisa mengontrol emosinya.

Pagi ini baru saja ku marahi kedua putraku. Keduanya masih sangat kecil dan belum mengerti kesalahan yang mereka lakukan. Tapi aku dengan emosi memarahi dan membentaknya.

Sekarang aku berada di kamar, yang ku lihat pertama kali adalah selimut bayi. Itu selimut Drian, entah kenapa melihatnya aku langsung teringat putri kecilku. Seandainya masih hidup pasti dia tengah tidur dikasur ini bersamaku.

"Udah mba ya. Jangan ditangisin terus, coba pelan-pelan ikhlaskan agar dia nanti bisa jadi syafaat kalian diakhirat. Dia juga sedih disana lihat mamanya sedih gini" Bunda terus menghapus air mataku.

Aku mulai tenang dan diam seketika. Aku juga bingung dengan mood diriku. Aku bisa tiba-tiba marah, sedih atau nangis dan dengan tiba-tiba juga diam.

Aku berdiri untuk mencuci muka. Bunda mengikuti dari belakang, mungkin dia takut aku berbuat sesuatu yang berbahaya.

Be A StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang