Part 130

1.3K 168 10
                                    

Nayya Pov

Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan Dinda. Tidak terasa dia sudah menyelesaikan sekolahnya. Aku dan Mas Rayyan sudah menyiapkan sekolah lanjutan untuknya, itupun kalau dia mau melanjutkan ke perkuliahan. Aku tidak mau memaksanya, karena itu perkara penting untuk masa depan dia.

"Mama jangan terlalu cantik ah nanti temen-temen kakak pada nitip salam lagi ke mama" Gerutu Dinda.

"Lah masa dihari spesial anak kesayangan mama ini mama dandan kayak gembel. Ntar kakak yang malu kalau mama kayak gembel kan" Ucapku padanya sambil tertawa.

"Tauk nih kakak, masa kakak nyuruh mama dandan kayak gembel. Mama kita itu cantik banget tauk" Sahut Drian.

"Haha udah jangan berantem, secantik-cantiknya mama masih papa yang jadi pemenang berhasil dapetin hati mama kalian" Aku langsung mau muntah mendengarnya.

"Istighfar Pak Rayyan, udah tua ingat umur" Sahut Ninda.

Semua akhirnya tertawa lepas dimeja makan. Aku suka dengan suasana rumah seperti ini. Suami yang sangat menyayangi kami semua, anak-anak juga yang menyayangi satu sama lain.

"Kalian diantar sama Mang Ujang ya, sekolah yang rajin biar cepet tamat kayak kakak" Ucapku ke Nanda dan Drian.

"Masih lama mamaku sayang. Entar kalau kita cepet gede mama cepet tua" Ledek Drian.

"Eh berani ya" Ancamku.

"Gak gak, gak berani Bu boss. Berabe nih entah jatah jajan berkurang" Ucapnya kemudian lari ngacir masuk ke dalam mobil.

Aku dan Mas Rayyan hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah lakunya.

Aku dan Mas Rayyan memang hari ini mengantarkan Dinda dan Ninda sekolah. Kebetulan sekolah mereka sama dan memang hari ini adalah hari kelulusan Dinda.

Orang tua wali siswa diundang untuk mendampingi siswa dan menerima amplop kelulusan.

"Aku deg deg an mas" Ucapku ke Mas Rayyan saat kami baru saja turun dari mobil.

Ninda dan Dinda sudah duluan masuk ke sekolahnya. Ninda tidak libur dan Dinda pun juga tidak libur. Sekolah sepertinya sengaja membuat peraturan seperti itu agar tidak ada siswa yang coret-coretan setelah kelulusan.

"Udah santai aja, anak kita anak yang cerdas. InsyaAllah hasilnya memuaskan dan membanggakan kita semua" Ucap Mas Rayyan menenangkan ku.

"Kamu yang masuk aku tunggu di luar aja" Suruh Mas Rayyan.

"Kamu aja mas yang masuk, kamu papanya" Jawabku.

"Dan kamu mamanya, ayok kamu aja aku tunggu diluar sini. Tuh ramai juga bapak-bapak siswa yang nungguin diluar. Udah kamu aja yang masuk" Pujuk Mas Rayyan.

Akhirnya setelah pujukan maut Mas Rayyan aku masuk ke ruangan. Rupanya dikursi-kursi dalam sudah tertera nama wali siswa yang datang. Aku melihat ada 2 kursi bertuliskan nama ku dan nama Mas Rayyan.

"Mas, sini bentar" Mas Rayyan yang sedang mengobrol langsung menghampiri ku.

"Kenapa?" Tanya nya.

"Itu kursinya udah ada nama kamu sama nama aku. Berarti bisa masuk berdua. Ayok" Ajakku.

"Beneran? Bentar aku pamit dulu ke bapak itu tadi" Aku menunggu Mas Rayyan yang berpamitan dengan bapak-bapak yang dia ajak bicara tadi.

Kemudian kami masuk bersama ke ruangan dan duduk dikursi yang disediakan. Tak lama juga aku melihat bapak-bapak yang tadi juga sudah ada di ruangan bersama istrinya.

Setelah pengumuman selesai, kami dibagikan amplop yang berisi hasil kelulusan siswa. Semua siswa tampak berdiri diluar ruangan dengan cemas.

"Untuk bapak ibu harap tenang, tidak ada satupun siswa kita yang tidak lulus" Ucap ibu gurunya.

"Yeay!" Terdengar sorakan bahagia dari luar.

Aku dan mas aku juga lega karena Dinda sudah dipastikan lulus.

"Akan tetapi, memang ada beberapa siswa kita yang nilainya masih rendah. Saya minta bapak ibu tidak menyalahkan anaknya. Mungkin bakat anak bapak ibu bukan di bidang akademik, mungkin di bidang lain. Tapi yang mau saya katakan disini, bapak ibu harus terus mendukung apapun itu langkah selanjutnya yang akan anak-anak bapak ibu tempuh. Jangan arahkan mereka seperti anak kecil karena anak-anak kita ini sudah besar dan sudah tau mana yang baik dan mana yang buruk untuknya" Ucap sang guru.

Setelah itu kami dipersilahkan membuka amplop.

Aku langsung menangis haru melihatnya hasil belajar Dinda. Nilainya semuanya 10 tanpa terkecuali.

"Mas" Tanganku bergetar memegang hasil ini.

"Kamu berhasil mendidik anak kita sayang" Balas Mas Rayyan.

Langsung saja kami berpelukan disini. Ramai juga orangtua siswa lain yang terharu dan berpelukan.

"Baik bapak ibu, ini yang terakhir kami memberikan reward kepada 3 besar peraih nilai akhir tertinggi disekolah. Mereka akan mendapatkan uang pembinaan, piagam penghargaan, piala dan juga mendapatkan beasiswa untuk berkuliah diluar negeri" Aku dan Mas Rayyan langsung sepandangan.

Karena kami yakin Dinda masuk salah satu orangnya. Di satu sisi aku bangga dan senang. Tapi disisi lain aku merasa sedih karena jika Dinda mengambil beasiswa tersebut, artinya kami akan berpisah.

"Dan untuk peraih nilai akhir terbaik pertama disekolah ini juga merupakan peraih nilai terbaik se provinsi ini. Dia juga akan mendapatkan reward tambahan dari dinas kebudayaan provinsi berupa tabungan pendidikan hingga lulus S2 dan wisata pendidikan ke negara Swiss untuk 3 orang bersama orangtua. Dan peraih nilai akhir tertinggi urutan ketiga adalah Melati Hanifah Maharani dengan nilai akhir berjumlah 3,94 dari jurusan Akuntansi" Semua wali siswa bertepuk tangan menyambut anak itu.

"Peraih nilai akhir tertinggi urutan kedua diraih oleh Muhammad Adham Nugraha dengan nilai akhir berjumlah 3.97 dari jurusan Teknik Komputer dan Jaringan" Mulai lagi tepuk tangan riuh.

"Terkahir untuk peraih nilai akhir tertinggi di sekolah dan diprovinsi, dengan jumlah nilai akhir 4.00 atau sempurna diraih oleh siswa yang bernama Adinda Melira Brastiya dari jurusan administrasi perkantoran" Aku dan Mas Rayyan langsung reflek berpelukan.

Pembawa acara menyuruh kami berdua maju ke depan bersama orang tua murid sebelumnya. Aku dengan haru menerima piagam dan semua hadiah yang diraih Dinda. Aku juga menengok ke arah jendela. Dinda terlihat disana dengan tangis haru juga.

Aku senang dan bangga akan tetapi juga ada rasa sedih dihatiku. Dinda akan berpisah dengan kami untuk sementara waktu, dia akan melanjutkan pendidikan yang diterimanya.

"Udah jangan nangis lagi ma" Mas Rayyan berbisik padaku.

Aku mengusap air mata yang jatuh tanpa permisi ini. Kemudian tersenyum sambil berfoto bersama guru dan wali siswa yang lain.

Be A StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang