Nayya Pov
Aku terbangun saat mendengar suara-suara orang mengobrol. Aku membuka mataku dan aku melihat mama, papa, bunda dan papaku sedang duduk disofa yang tak jauh dari ranjangku.
"nenek, kakek. Mama udah bangun" teriak Ninda yang lumayan keras sehingga aku sedikit meringis.
"hei jangan teriak-teriak itu liat mama nya kesakitan kupingnya" tegur mama Mas Rayyan.
"Nay, udah baikan?" tanya mama.
"alhamdulillah ma udah" aku mau duduk karena tidak sopan berbicara sambil tiduran.
"pa tolong ranjangnya dinaikin sedikit" papa ku menaikkannya.
"udah pa segini aja perut Nay sakit" kataku dan papa berhenti menaikkan nya.
"kamu kenapa gak cerita sama bunda atau mama kalau kamu lagi hamil?" tanya mama.
"gak papa ma, Nay gak mau mama sama bunda kepikiran aja" jawabku.
"bohong! Mama gak mau bilang itu takut kalau kakak nanti marah, kan kakak gak mau punya adek dari mama" sahut Ninda.
Mereka langsung kaget dan menatapku minta penjelasan.
"betul itu Nay?" tanya papaku.
"Nay cuma gak mau buat Dinda sedih dengan kehamilan ini pa, Dinda belum mau punya adik dari Nay" jawabku.
"Nay, mau bagaimana pun ini tetap anak kamu sama Rayyan dan adik bagi Dinda dan Ninda. Kamu gak bisa hanya memikirkan perasaan Dinda tapi tidak memikirkan perasaan Ninda, Rayyan, mama, papa, bunda dan papa kamu. Kami berhak tau cucu kami Nay" nasehat mama.
"iya ma maafin Nay. Nay cuma gak mau Dinda tambah membenci Nay. Mama tau sendiri bagaimana bencinya Dinda ke Nay" jawabku.
"udah udah yang penting kan sekarang kita udah tau. Dalam perut Nayya ada cucu kita, jadi kita sama-sama harus menjaganya" potong papaku.
Tidak ada lagi yang membahas masalah aku menyembunyikan kehamilanku. Mereka sibuk membahas jenis kelamin dan nama yang cocok untuk calon anak ku.
"dek, papa kemana?" tanyaku ke Ninda yang sedang menulis.
"papa jemput kakak ma" jawabnya.
"loh jemput kemana? Emang kakak gak disini dari tadi?" tany ku lagi.
"papa masukin kakak les, jadi kakak pulangnya sore" jawabnya.
Kenapa Mas Rayyan tiba-tiba memasukan Dinda les, padahal anak itu baru kelas 2 sd. Aku takutnya dia stres karena dipaksa belajar.
"Assalamualaikum" itu suara Mas Rayyan.
"Waalaikumussalam" jawab kami semua.
Dinda tampak sedikit canggung menatapku. Dia langsung duduk disofa dekat Ninda.
"kenapa?" tanyaku ke Mas Rayyan sambil menatap Dinda.
"dia malu katanya ketemu kamu. Dia jahat ke kamu tapi kamu yang menyelamatkan dia" jawab Mas Rayyan sambil menaruh kantong makanan.
Mama, papa dan bunda papaku sudah pulang saat Mas Rayyan dan Dinda sampai tadi. Sekarang diruangan ini hanya ada kami berempat.
"aku keluar bentar ya mau ketemu temanku" pamit Mas Rayyan.
"iya mas" jawabku.
Aku memainkan handphone ku dan banyak terdapat notifikasi dari aplikasi whatsapp dan instagramku. Mereka semua teman-teman yang menanyakan keadaanku.
"kak bisa tolong mama?" aku mencoba memancing agar Dinda mau mendekatiku.
"adek aja" Ninda berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Short StoryMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah