3 Tahun Kemudian
Nayya Pov
Semenjak kehadiran anak keempatku rumah terasa sangat ramai. Aku pun sekarang sudah tidak bisa duduk santai.
Sekarang aku resmi bergelar ibu 4 anak.
Adinda Melira Brastiya, Aninda Melira Brastiya, Ananda Rayyana Brastiya dan Adrian Rayyana Brastiya.
Ya nama tengah Dinda dan Ninda gabungan nama Meli dan Mas Rayyan, sedangkan nama tengah Nanda dan Drian gabungan nama tengahku dan Mas Rayyan.
"Ma, mba hari ini izin ikut kelas renang ya" Ninda sekarang sudah kelas 4 SD. Di sekolahnya anak kelas 3-6 memang ada kelas renang tiap hari sabtu sore.
"Izin papa udah?" Tanyaku padanya.
"Udah tadi mba telepon kata papa izin ke mama dulu kalau kata mama boleh nanti papa antar" Jelasnya.
Mas Rayyan selalu begitu, kalau urusan sekolah anak-anak atau kegiatan anak-anak pasti izinnya ke aku.
"Iya mama izinin, uang sakunya nanti sore sebelum berangkat minta ke mama ya" ucapku ke Ninda.
"Uang mba masih ada ma gak usah pakai uang saku" Aku tersenyum, anak ini memang super hemat dan suka menabung.
"Ma, kakak nanti sore jalan-jalan sama teman-teman ke mall boleh gak?" Satu lagi anak perempuanku yang sudah remaja ini meminta izin.
Dinda sekarang sudah kelas 1 SMP. Dia juga sering sekali minta izin ke mall dengan teman-temannya. Untungnya Dinda bukan anak nakal yang mudah terpengaruh. Temannya juga semua anak baik-baik dan aku mengenal orang tuanya.
"Udah izin papa?" Tanyaku padanya.
"Hehe belum" Dia nyengir.
"Izin papa dulu gih mama tungguin" Kataku.
"Percuma izin papa ujung-ujungnya tanya mama" Aku sedikit tersenyum mendengar penuturan anakku ini.
"Diantar Mang Ujang ya. Nanti uang jajannya minta ke mama"
"Uang kakak ada ma. Kakak mau beli buku kok ke mallnya habis itu makan terus langsung pulang. Gak lama" Aku mengusap kepalanya.
"Kalian bikin mama terharu" Aku mengusap air mata yang jatuh tanpa permisi.
"Yahhh.. mama jangan nangis dong" Dinda mengusap air mataku yang makin deras.
"Mama" Sekarang Ninda juga ikut mengusap pipiku.
"Udah-udah jangan nangis juga kaliannya" Dinda dan Ninda ikut nangis.
"Mama bangga dan terharu sama kalian berdua. Kalian sangat menghormati dan menyayangi mama, walaupun kalian tahu mama bukan yang lahirin kalian" Ucapku ke mereka.
"Ma, jangan ngomong kalau mama bukan yang lahirin kakak sama mba. Buat kakak, mama itu mama kakak. Satu-satunya mama kakak yang paling kakak hormati dan sayangi. Surga kakak, mba, abang dan adek ada di mama bukan diorang lain. Sampai kapanpun sayang kami akan selalu untuk mama" Ucap Dinda.
Aku bertambah terharu mendengar penuturannya. Aku merasa Allah SWT sangat menyayangiku hingga memberikanku anak-anak yang seperti mereka.
Bugh!!
Tiba-tiba sebuah bantal dikursi mendarat dipunggung Ninda.
Saat kami menoleh itu rupanya Nanda dan Drian yang melempar.
"Abang, adek jangan lempar-lemparan bisa kan" Kataku lembut ke mereka.
"Kak, mba jahat buat mama nangis" Jawab Nanda yang memang sudah lancar bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Short StoryMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah