Part 108

1.7K 249 22
                                    

Nayya Pov

Tidak habis pikir dengan warga ini. Bisa-bisanya nya memarahi dan menghakimi anak-anak kecil. Ini juga tanahku dan yang menanam jeruk adik dan papaku.

"Ini kebun siapa kalau saya boleh tau?" Tanya ku masih mencoba sopan.

"Kebun saya dan istri saya" Cetus seorang bapak-bapak.

"Yang menanam jeruk itu apa bapak dan ibu?" Tanya ku lagi.

"Ya, kami yang menanamnya. Belum sempat kami memanen anak-anak nakal ini sudah merusak. Liat itu rantingnya patah" Bentak si ibu-ibu.

Aku tersenyum mendengar kesombongan mereka. Aku awalnya membiarkan saja tanah ini dipakai, tapi melihat sikap kedua orang ini aku jadi tidak ikhlas.

"Yakin anda berdua yang menanam?" Tanya ku memastikan.

"Lah iya siapa lagi!" Si ibu makin emosi.

"Oke mulai besok saya mau tanah ini dikosongi dan ambil semua pohon yang anda tanam jangan tanam diatas tanah saya" Ucapku.

Mereka yang disana terkejut.

"Berani sekali kamu mengusir kami! Ini bukan tanah kamu, ini tanah saya!" Ucap si bapak yang nyolot tadi.

"Yakin tanah anda? Ini tanah saya. Bahkan sampai ke kebun yang itu tanah saya. Jadi siapa lagi yang masih mau memarahi anak saya silakan kosongi tanah saya!" Sinisku.

Mereka terdiam dan beberapa meminta maaf, kemudian meninggalkan kami.

Hanya tinggal ibu dan bapak sombong ini disini.

"Kami tidak akan mengosongkan lahan ini, kami tidak percaya kamu yang punya tanah ini. Jelas-jelas laki-laki yang punya nya. Kami bahkan baru kali ini melihat kamu dan tiba-tiba mau mengusir" Ucapnya masih sombong.

"Telepon Om Adam Din" Kata ku ke Dinda.

Kedua orang itu langsung kaget mendengar nama Adam.

"Assalamualaikum Dam. Ini tanah belakang siapa yang makai buat kebun?" Tanya ku langsung.

"Waalaikumussalam. Oh itu Pak Madi sama istrinya mba" Jawab Adam.

"Mulai besok mereka gak usah berkebun di tanah ini lagi" Ucapku.

Kebetulan telepon ku loud speaker jadi mereka bisa dengar.

"Lah kenapa mba?" Tanya Adam.

"Mereka ngaku tanah ini punya mereka dan jeruk itu mereka tanam. Barusan Nanda dan Drian dimarahin oleh pekebun disini dibilang maling dikebun mereka. Mba gak ikhlas ya anak mba dibilang maling dan dimarahin orang ramai" Ucapku.

"Boleh Adam bicara sama Pak Madi nya mba" Pinta Adam.

"Kamu tinggal ngomong ini mereka didepan mba masih dengan muka sombongnya" Kedua orang didepanku sudah memasang wajah cemas.

"Maaf pak, Bu ini kakak saya Mba Nayya. Dia yang punya tanahnya. Kenapa bapak dan ibu bersikap begitu ya?" Ucap Adam.

"Kita gak tau Nak Adam kalau ini kakaknya Nak Adam. Maafin kita nak, kita gak punya lahan buat kebun" Keluh si bapak.

"Saya gak tau pak, saya juga gak bisa bantu apapun keputusan ada di kakak saya. Itu juga tanah punya kakak saya dan bagaimana dia saja" Jawab Adam.

"Maaf nak maafin kita. Ibu mohon sekali untuk tetap biarkan kami berkebun disini. Cuma ini mata pencarian kami. Kalau tidak berkebun disini kami tidak tahu lagi mau berkebun dimana" Dia memohon-mohon ke Adam.

Masih tidak sadar yang punya tanah didepan matanya malah memohon ke Adam.

"Masalah ini saya serahkan ke kakak saya ya Bu, saya gak bisa mengambil keputusan itu tanah kakak saya dan saya cuma jaga aja" Ucap Adam.

"Udah Dam mba matiin ya" Langsung ku matikan sambungan telepon.

"Saya gak mau lagi liat besok kebun ini harus kosong. Kalau masih ada saya suruh orang saya yang memanennya" Ucapku.

Kedua orang itu tidak menjawab apapun dan masih diam berdiri.

Tiada kata maaf yang keluar dari mulutnya padahal jelas dia sudah salah. Memaki anak-anak ku, berbohong dia yang menanam jeruk dan berbohong kalau ini tanahnya.

"Bawa adik-adik kamu ke atas Din." Ucapku ke Dinda.

"Saya awalnya membiarkan kalian berkebun disini, tapi sikap sombong dan bohong kalian membuat saya muak. Kalian sudah jelas bohong masih tidak ada etika baik untuk minta maaf. Saya bukan mau matikan rezeki orang, tapi ini kesalahan kalian sendiri yang memutuskan rezeki kalian. Besok saya akan ke sini lagi kalau masih ada saya dan orang-orang saya yang membersihkannya" Ucapku kemudian kembali ke atas.

Dua orang itu tetap memasang wajah tidak bersalah. Ku pastikan mereka tidak akan menuruti keinginan ku untuk mengosongkan lahan ini besok.

Untuk mengantisipasi aku menghubungi Adam dan papa agar mereka ke sini. Bisa jadi mereka akan berniat jahat karena ku usir tadi.

"Ambil secukupnya udah itu masuk langsung lantai bawah jangan ke atas" Ucapku ke anak-anak.

Mereka yang bergegas mengambil mangga-mangga yang berjatuhan. Aku sudah duluan bersama Nanda membawa tikar dan kasur Anin tadi.

"Ada orang diatas ma?" Tanya Drian.

"Bentar mama coba telepon Om Adam, mungkin mereka sudah sampai" Ucapku.

Benar dugaanku, Adam, papa dan bunda sudah tiba. Langsung saja mobil papa masuk ke parkir bawah tanah dan aku sedikit bingung kenapa Adam bawa mobil berbeda.

"Kenapa 2 mobil Dam?" Tanya ku ke Adam.

"Itu temen-temen kuliah Adam kak, mereka mau ikut sekalian liburan disini. Adam dapat libur sampe minggu mba ada kegiatan kampus. Boleh kan ya? Nanti kita tidur diatas, bunda sama papa dibawah sama mba dan anak-anak" Jawab Adam.

Alhamdulillah sih kalau bawa teman-temannya. Jadi ramai dan jadi lebih aman.

"Suruh mereka masuk Dam. Kakak ada buat jus mangga. Kalau kalian mau mangga lagi ambil aja ya dibelakang" Ucapku.

Teman-teman Adam ada 5 orang. Semuanya laki-laki dan semuanya ramah-ramah.

"Mba ini ada jajanan untuk anak-anak mba taruh dimana?" Tanya seorang dari mereka.

"Lah repot amat pake bawain makanan segala" Ucapku.

Anak-anak kebetulan dilantai bawah jadi aku memanggil mereka untuk naik dulu ke atas karena ada tamu.

"Dam ambil gih mangga ajak temenmu itu. Banyak banget loh kayaknya udah banyak juga yang mateng diatas" Suruhku.

"Oke mba. Aku sekalian mau ambil jeruk ah. Kan itu aku sama papa yang tanem" Ucapnya.

"Awas aja ntar ketemu suami istri sombong itu" Sinisku.

Masih kesal aku dengan bapak dan ibu itu. Sombongnya gak ketolongan.

"Mereka kan kenal Adam mba gak mungkin mereka ngomeli Adam. Eh tapi beneran mba usir mereka?" Tanya nya.

"Iya bener. Mereka gak ada kata maafnya ke mba. Udah jelas tahu yang punya mba malah makin nyombong" Jawabku.

"Hm oke deh. Adam ke belakang ya sama teman-teman" Pamit Adam.

Aku kembali ke lantai bawah untuk bersantai sore bersama bunda, papa dan anak-anak.

Be A StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang