Nayya Pov
Betul kata pepatah sepandai-pandainya tupai melompat pasti jatuh juga dan sepandai-pandainya kita menyimpan rahasia bakal ketahuan juga.
Tadi malam Mas Rayyan sudah tahu kalau aku hamil. Dia sangat senang dan begitu bersyukur. Tapi aku yang menjadi gelisah. Karena pengalaman selama hamil pasti ada saja kelakuan Mas Rayyan yang menguji kesabaran.
"Mama anterin sekolah ya" Pinta Drian.
"Cepat habisin sarapannya terus pakai sepatu mama antar" Kataku.
Dinda dan Ninda sudah berangkat duluan bersama Mas Rayyan. Hari tu mereka ada ujian harian jadi berangkat lebih pagi. Mas Rayyan juga ada rapat sebelum praktek.
"Maaf nak ini udah bibi larang masuk masih maksa" Bibi datang bersama perempuan hari itu dibelakangnya.
"Udah gak papa bibi tolong beresin ini ya" Bibi membereskan bekas sarapan kami.
Aku tidak menghiraukan perempuan ini. Aku mengajak Nanda dan Drian untuk keluar.
Perempuan itu terus mengikuti kami sampai depan pintu garasi.
"Bi tolong kunciin semua pintu ya. Jangan biarin orang lain masuk rumah!" Teriak ku.
Aku sengaja mengabaikannya agar dia sadar kalau dia tidak dipedulikan disini.
"Hey kamu sombong ya! Orang tamu datang dicuekin. Gini ya sikap seorang istri dokter terkenal." Ucapnya.
Aku tetap mendiamkannya dan tak berniat menggubris.
"Hey!" Dia mendorong bahuku.
"Jangan nakal ke mama ya!" Nanda dan Drian mendorongnya juga sampai dia hampir jatuh.
"Udah jangan dihiraukan bang, Drian. Ayok berangkat" Ucapku lagi.
"Dasar kurang ajar. Ibu sama anak sama aja, gak punya attitude" Katanya.
"Ulangi perkataan anda? Saya dan anak-anak saya yang tidak punya attitude atau anda! Anda siapa main masuk ke rumah orang tanpa izin dan sudah dilarang tetap maksa masuk! Sampai dorong orang yang punya rumah dan memaki. Siapa yang tidak punya attitude hah!" Perempuan itu melangkah mundur.
"Jangan pikir saya diam saya takut dengan anda ya! Ini kali terakhir anda berurusan dengan saya. Sampai sekali lagi anda buat masalah dengan saya jangan salahkan saya kalau muka anda tidak lagi cantik seperti sekarang!" Ucapku.
Perempuan itu langsung pergi lewat pintu samping dan mengambil sepatunya kemudian keluar.
"Mang Ujang saya peringatkan terakhir kali ya, kalau sampai tuh perempuan nginjak dalam rumah lagi Mang Ujang yang akan saya pecat! Saya tidak main-main ya!" Ku ancam Mang Ujang agar dia lebih tegas.
Sebenarnya tidak akan ku pecat Mang Ujang karena dia sudah lama kerja disini. Bahkan sedari aku belum menikah dengan Mas Rayyan.
"Baik Bu, saya minta maaf tadi saya ke belakang tidak didepan" Ucapnya.
Aku langsung mengkode dia membuka pagar dan aku mengendarai mobil mengantarkan Nanda dan Drian ke sekolah.
"Assalamualaikum mas, aku izin dari antar anak-anak langsung ke toko" Aku mengirimkan pesan singkat ke Mas Rayyan.
Aku selalu izin kemanapun mau pergi karena berdosa istri tidak izin suami keluar rumah.
Untuk masalah perempuan tadi aku tidak akan menceritakan ke Mas Rayyan. Biarlah nanti Mang Ujang atau bibi yang mengatakan padanya.
"Waalaikumussalam. Hati-hati dijalan jangan ngebut. Kenapa gak minta antar Mang Ujang aja?" Balasnya.
"Gak papa tadi lagi pengen drive sendiri. Makasih ya" Balasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Short StoryMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah