Nayya Pov
Masih dengan situasi reuni, dan kebetulan kami bersepuluh ini memang teman akrab dari semester awal hingga akhir jadi apapun pembicaraan kami nyambung. Akan tetapi, ada yang buatku tidak nyaman. Salah seorang dari kami ada yang membawa orang lain. Sehingga untuk bercerita pun kami agak jaga bicara.
"Eh itu cowok ganteng banget ya. Kayaknya dokter sih" Kata perempuan yang dibawa salah satu temanku ini.
Kami langsung melirik ke semua nya dan aku seperti mengenali orang itu.
"Eh dah suami orang tu kayaknya, tuh liat jarinya pake cincin" Kata Fia temanku.
"Alah kalau bisa digaet mah lanjut" Jawab perempuan ini lagi.
Aku masih berusaha mengingat-ingat siapa laki-laki yang berada di seberang meja kami ini, karena aku seperti memang mengenalinya.
"Oek! Oek! Oek!" Nanda tiba-tiba saja nangis, mungkin karena dia bosan dibawa duduk terus.
"Cup cup cup. Bosan ya ganteng ya" Aku berdiri untuk membawa Nanda keluar dari meja.
"Disini ya makannya?" Suara yang ku kenal.
"Eh Mas. Kamu ngapain disini?" Ya dia suamiku.
"Ini udah jam makan siang dan aku seminar cuma sampe siang. Ini lagi mau makan tapi tadi aku denger suara bayi nangis, gak taunya ini anak ganteng papa yang nangis" Nanda langsung diam diambil papanya.
"Nay" Panggil salah seorang temanku.
"Ya" Jawabku sambil menoleh.
"Siapa Nay?" Tanya Rena.
"Assalamualaikum semuanya maaf saya ganggu reuniannya. Saya Rayyan suami Nayya" Mas Rayyan memperkenalkan dirinya.
Semua temanku terdiam dan perempuan satu ini menatapku dan menatap Mas Rayyan serasa tidak percaya.
"Wah Nay ternyata suami kamu. Ganteng banget ini mah, pinter banget cari suami" Celetuk Naira memecah keheningan.
"Alhamdulillah Ra" Jawabku.
"Gabung sini aja makannya Rayyan" Ajak Tika.
"Iya gabung aja sini gak papa, lagian juga ini suamiku juga bentar lagi mau ke sini nyusul" Sambung Irma.
Perempuan teman dari Dina masih menatapku dan menatap Mas Rayyan bergantian. Aku tidak tahu ada apa dengan perempuan ini.
"Nay susuin dulu ini Nanda haus" Mas Rayyan memberikan Nanda padaku.
"Haus nak ya?" Aku mengambil kain untuk menutupi Nanda karena memang suasana restoran ini sudah mulai ramai.
"Eh kerja di rumah sakit ya Rayyan?" Irma bertanya karena dia tidak sengaja melihat nametag Mas Rayyan yang masih tergantung dikantung bajunya.
"Di rumah sakit dekat daerah Kirana" Jawab Mas Rayyan.
"Dokter atau?" Tanya Dina lanjut.
"Alhamdulillah dokter spesialis anak" Jawab Mas Rayyan sambil membenarkan letak kainku yang kadang merosot ditarik Nanda.
"Beruntung sekali Nayya dapet suami gini, udah ganteng, ramah, sopan, dokter lagi" Puji Irma.
"Alhamdulillah Ma. Kamu juga beruntung dapat suami kamu, dan kita semua beruntung dapat pasangan kita masing-masing" Jawabku.
Suasana meja kami kembali riuh dengan obrolan-obrolan kami dan juga celotehan dari masing-masing anak kami.
"Udah tidur Nay. Bawa mobil gak tadi? Anak-anak bentar lagi pulang sekolah ini" Tanya Mas Rayyan.
"Hm, aku pulang duluan ya. Ini Nanda juga udah tidur capek kayaknya dan mau jemput anak-anak juga" Aku berpamitan dengan teman-temanku.
"Hati-hati dijalan ya Nay. Kalo ada waktu kita ngumpul lagi ya" Aku bersalaman dengan semua temanku.
Rayyan Pov
Tadi aku tidak sengaja bertemu Nayya di restoran saat mau makan siang. Dan akhirnya aku gabung dengan mereka. Aku tahu salah satu dari mereka ada yang menyukaiku dan selalu menatapku. Dan Nayya pun selalu memantau perempuan yang menatapku itu.
"Gak usah cemburu ma, papa gak akan tergoda sama yang gituan" Aku memecah keheningan didalam mobil.
"Gimana gak cemburu kalau mata tuh perempuan gak lepas dari liatin kamu. Kesel banget jadinya" Katanya sambil membuka kain penutup dadanya.
"Ma, udah ya aku gak akan tergoda sama sekali kok. Aku udah kapok jauh dari kamu dan anak-anak, dan aku gak mau hal itu terjadi lagi" Nayya diam saja sambil memijat kepalanya.
"Minggir bentar Mas aku mau muntah" Aku mencari tempat yang agak sepi dan meminggirkan mobil.
"Makan apa sih tadi kok sampe muntah gini?" Tanyaku ke Nayya.
Nayya hanya menggeleng dan memberikan Nanda padaku.
"Minum Mas" Langsung ku ambilkan minum dan berikan padanya.
Setelah Nayya selesai muntah dia masuk lagi ke dalam mobil dengan wajah pucat.
"Ke rumah sakit tempat Mas dinas bentar ya biar kamu diperiksa" Nayya hanya memejamkan matanya.
"Nay" Nayya menengok lemah ke arahku.
"Jemput anak-anak dulu Mas, aku udah janji nanti mereka nungguin" Jawabnya.
Ini yang membuat aku merasa bersalah dan sangat menyesal karena pernah menduakannya. Nayya sangat menyayangi anak-anakku dengan tulus, dia tidak membedakan antara anakku dan anak kandungnya.
"Udah itu janji ya kita periksa ke dokter?" Tanyaku memastikan.
"Iya mas, mampir mcd bentar ya mau beliin makanan anak-anak" Aku hanya menggeleng melihat sikap dan sifat Nayya yang sangat mengkhawatirkan anak-anak.
"Iya sayang kamu gak usah banyak pikiran dulu, Nanda dibelakang aja biar gak pegel kamunya.
Author Pov
Mobil yang dikendarai Rayyan melaju dengan kecepatan sedang menuju restoran cepat saji.
"Aku telpon guru mereka dulu ya titip mereka bentar" Kata Nayya yang direspon anggukan Rayyan.
"Beli roti Nanda bentar Mas rotinya tadi aku gak bawa banyak itu dia udah laper lagi" Rayyan mengangguk dan mengantarkan mobilnya menuju sebuah minimarket.
"Aku aja yang turun belinya kamu dimobil aja sama Nanda" Rayyan turun dan langsung memasuki minimarket.
Tak lama kemudian Rayyan sudah masuk kembali ke dalam mobil.
"Kamu kunyah dulu obat ini, maagh kamu kambuh tuh dan asam lambung kamu naik" Rayyan memberikan obat maagh kepada Nayya dan langsung dikunyah Nayya.
Mobil kembali melaju menuju sekolah anak-anak mereka. Dan terlihat juga kalau anak-anaknya sudah menunggu didalam gerbang.
"Kelamaan ya mama sama papa?" Tanya Nayya.
"Gak lama kok, tadi mba sama kakak sholat zuhur dulu jadi gak lama nunggunya" Jawab Ninda.
"Mama kenapa Pa?" Tanya Dinda.
"Mama sakit, kepala sama perutnya gak enak. Kalian nanti didalam mobil jangan bertengkar dan saling ejek ya. Kasian mama lagi sakit" Anak-anak mengangguk tanda mengerti. Kemudian keduanya masuk ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Cerita PendekMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah