Part 90

2K 257 24
                                    

Nayya Pov

Dinda menangis senggugukan. Aku tidak tahu apa yang dia dan Mas Rayyan bicarakan sebelumnya. Aku masuk dia sudah minta maaf sambil menangis.

Ku tenangkan dia dan ku bawa ke kamarnya.

"Coba tenang dan ngomong baik-baik Ucapku.

Dinda mengatur napas dan sebisa mungkin menghela napas dalam-dalam.

"Kakak minta maaf karena sudah bikin mama sedih. Kakak tahu Mama Meli salah, sekarang mama boleh laporin ke polisi dan tangkap Mama Meli. Kakak tahu perbuatan Mama Meli itu melebih batas, kakak gak mau mama celaka ke depannya. Kakak sayang banget sama mama. Kakak lebih sayang mama dari Mama Meli, kakak cuma kasian awalnya sama Mama Meli dan kakak gak bermaksud bela Mama Meli" Ucapnya ketika tenang.

Ku peluk lagi dia dengan sayang. Walaupun badannya dengan badanku sudah lebih besar dia, tapi dia tetap mau ku peluk.

"Udah gak papa mama gak papa kok. Kalau memang kakak kasian itu wajar, Mama Meli itu kan yang melahirkan kakak. Kakak dan mba kalau gak ada Mama Meli mungkin gak ada juga sekarang. Cuma mama gak mau nanti ke depan kakak akan jadi benci mama karena mama penyebab Mama Meli kalian dipenjara" Jelasku.

"Gak, mama gak salah kok mau menjaring Mama Meli. Besok kakak temenin ya ke kantor polisinya. Kalau mama gak lanjutin kasusnya kakak akan jadi orang nomor 1 yang bersalah" Ucapnya lagi.

Aku tersenyum getir mendengarnya. Aku tahu dilubuk hatinya dia masih ragu mengatakan ini, dia mengatakan mungkin karena tidak mau aku bersedih.

Malam

"Ngomong apa aja tadi kakak ma?" Tanya Mas Rayyan padaku sambil dia baringan.

"Minta maaf soal Meli dan dia besok katanya mau nemenin ke kantor polisi buat aku tanda tangan surat penangkapan" Jawabku.

"Jadi udah fiks nih kan kita penjarain mereka?" Tanya Mas Rayyan.

"Iya mas. Aku bukannya mau jahat, tapi aku mikir nasib Mang Udin yang celaka akibat perbuatan mereka dan orang suruhannya. Aku harus menghukum mereka atas kesalahan yang mereka buat" Ucapku.

Mas Rayyan tersenyum kemudian mendekatiku yang bersandar diranjang.

Dia senyum-senyum misterius dan tiba-tiba mengusap perutku.

"Aku capek mas" Ucapku.

"Janji kamu tadi ma" Kata nya.

Aku baru teringat tadi aku sempat berjanji padanya. Padahal mood ku saat ini benar-benar gak ada. Apalagi untuk melakukan hal itu harus dalam kondisi yang good mood.

"Ya masih jam berapa ini, nanti aja lah aku masih nonton ini" Kilahku.

"Makin cepat mulai makin cepat selesai" Dia terus mendekati dan tangannya mulai merambat ke yang lain.

Sebisa mungkin ku hindari tangannya yang terus berusaha memegang bagian tubuhku.

"Mama!" Panggilan diluar menyelamatkan ku.

"Iya masuk!" Ekspresi wajah Mas Rayyan berubah kesal.

"Ada yang nyariin mama sama papa" Ucap Drian.

"Siapa bang?" Tanya ku.

Drian mengangkat bahu tanda tidak tahu.

"Mas ada yang nyari kita. Turun yuk" Tegurku ke Mas Rayyan yang masih kesal.

"Siapa sih yang ganggu aja udah malam gini juga" Gerutunya.

Dia bangun dan memakai bajunya yang dia lepas tadi. Aku juga memakai hijabku dan kami keluar bersama.

Aku dan Mas Rayyan sepandangan saat melihat orang yang duduk diruang tamu. Kami sama-sama tidak mengenal orang ini.

"Hem maaf bapak dan ibu siapa ya? Ada apa malam-malam begini ke rumah saya?" Tanya Mas Rayyan sopan.

Kami duduk dikursi seberang mereka. Ibu dan bapak ini berpakaian sederhana dan sepertinya dari kampung. Aku bukan mau menyimpulkan begitu saja, tapi dilihat dari pakaian yang dia pakai seperti dari kampung.

"Eh maaf sebelum ibu dan bapak. Saya dan istri lancang bertamu malam-malam. Saya Joko dan ini istri saya Siti. Kami dari kampung, nyasar ke daerah sini. Rencana mau ke tempat anak kami tapi gak tahu alamat. Kami dirampok dijalan dan tadi gak sengaja masuk kompleks lihat rumah bapak dan ibu jadi kami ke sini mau minta tolong" Penjelasan dari bapak ini tidak masuk akal.

Aku juga melihat gelagat dari istrinya mencurigakan. Dia duduk seperti tidak nyaman.

"Mama mau susu" Drian tiba-tiba mendatangiku.

"Bentar ya pak, bu saya tinggal" Mereka mengangguk.

"Mas bentar aku buatin susu Nanda dan Drian dulu" Mas Rayyan mengangguk juga.

"Itu siapa sih ma? Mama kenal?" Tanya Drian saat aku tengah menyeduh susu mereka.

"Mama gak kenal bang, udah Abang bawa ini ke kamar. Suruh Bang Nanda ambil sendiri yang punya dia takut tumpah kalau abang bawain" Drian menurut.

Aku kembali ke ruang tamu.

"Nak saran bibi jangan langsung percaya dengan orang baru." Aku mengangguk tanda paham.

Bibi mengawasi kami dari ruang tengah dan Mang Ujang juga standby didepan pintu luar.

"Hem jadi bagaimana?" Aku melirik kedua orang itu dan Mas Rayyan.

Rayyan Pov

Nayya pergi ke dapur untuk membuatkan susu anak-anak. Ku lanjutkan perbincangan dengan kedua orang ini.

"Maaf dari kampung mana ya pak?" Tanya ku memastikan.

"Saya dan istri dari kampung sepakat pak. Kampung yang ada dipinggir kota ini" Jawabnya.

Aku manggut-manggut pura-pura paham. Padahal aku tidak tahu itu dimana.

"Lalu anak bapak dan ibu yang mau datangin daerah mana?" Selidikku lagi.

"Di kompleks Jaya Wijaya katanya pak" Jawab ibunya.

Kompleks Jaya Wijaya sangat jauh dari kompleks rumahku ini. Kalau mereka bilang juga dirampok atau nyasar masa bisa ke sini, sedangkan jarak statiun ataupun bandara dari rumahku sekitar 1 jam lebih berkendara.

"Hem jadi bagaimana?" Nayya sudah kembali dan duduk disampingku.

Kedua orang itu terdiam saat Nayya bertanya. Mereka sepandangan.

"Jadi maksud kami mau numpang menginap 1 hari saja disini, besok pagi kami pergi mencari rumah anak kami" Ucap si ibu.

Nayya tersenyum terpaksa dan dia memegang tanganku memberi isyarat.

"Maaf bapak, ibu saya dan istri bukan tidak mau memberikan tumpangan. Juga kita bukan tidak ada tempat tapi alangkah baiknya bapak dan ibu melapor ke polisi karena kehilangan, dan karena dirampok kan ya. Jadi bisa dilacak perampoknya siapa tahu nanti tas bapak ibu kembali dan alamat rumah anak ibu juga dapat. Harusnya ya, harusnya begitu. Saya juga bingung kenapa kok nyasarnya bisa sampai sini sedangkan kompleks Jaya Wijaya itu sangat jauh dari sini" Jelasku.

Raut keduanya langsung berubah cemas. Si ibu memelintir ujung bajunya dan si bapak terlihat pucat.

"Atau gini aja, saya pesankan taxi online dan saya bookingkan hotel satu malam untuk bapak dan ibu. Besok ya bapak dan ibu bisa pergi cari anaknya, kalau niatnya memang tidak mau lapor polisi dan mencari sendiri saja. Saya bukan pelit atau bagaimana, saya baru kenal bapak dan ibu malam ini dan barusan beberapa menit. Saya tidak bisa menerima orang asing masuk rumah saya apalagi bermalam. Bukan bermaksud kurang ajar juga, tapi dari penjelasan yang bapak ibu berikan tadi saya bertembah tidak percaya. Jujur saya memiliki 4 anak-anak yang keselamatan mereka sangat penting untuk saya. Jadi intinya kalau betul hanya mencari tempat tinggal saya akan pesankan taxi online dan hotel. Tapi kalau tujuannya lain dan bahkan maksud buruk lebih baik pergi baik-baik sekarang atau saya lapor polisi untuk menindaklanjuti" Ucap Nayya.

Aku terkesiap dengan ucapannya. Semua ucapan yang keluar dari mulut Nayya membuat kedua orang itu ketakutan. Tanpa basa basi mereka berlari keluar rumah kami.

Nayya menatapku dan begitupun aku balik menatapnya.

Be A StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang