Guys untuk yang tanya "ini gimana sama ini, atau ini gimana kelanjutannya" tolong sabar nunggu sampai author up ya. Author nulis pakai alur campuran, jadi kadang alur maju, mundur atau alur mundur dulu baru maju.
Tolong sabar aja ya🙂
______________________________________
Nayya PovAcara syukuran dan akikah Anin berjalan lancar dan selesai dengan lancar juga. Sekarang Anin tengah tertidur, mungkin dia kecapekan karena tadi digendong-gendong terus.
Aku menatapnya yang tertidur dengan rambut botak. Ya, tadi rambutnya dibotakin papa sekalian karena habis akikah rambutnya culak.
"Udah tidur ya ma?" Mas Rayyan datang.
"Iya mas udah ngantuk banget dia. Gak pake nyusu lagi langsung tidur aja" Jawabku.
"Jadi botak ya sekarang, lucu liatnya botak. Mukanya cewek banget jadi gak cocok liat dia botak, beda sama Nanda dan drian dulu" Ucap Mas Rayyan sambil mengelus kepala Anin.
Aku teringat Nanda saat Mas Rayyan menyebutkan namanya. Nanda masih seperti hari itu, dia tetap dengan pendiriannya untuk bersikap dingin dan kadang tidak sopan.
"Nanda gimana mas?" Tanya ku.
"Entahlah ma, aku juga bingung gimana lagi mau buat dia kembali seperti semula. Aku juga tanya ke dia kenapa dia sampai marah seperti itu, tapi jawabnya tanya anak-anak sopan santun papa. Jadi aku serba salah, tanya ke Dinda juga katanya gak ngapa-ngapain Nanda mereka" Jelas Mas Rayyan.
"Aku gak mau anak-anak kelamaan bermusuh gini mas. Gimana besok kita duduki mereka sama-sama dan tanya jelas kenapa sampai gini" Ucapku.
"Oke aku setuju. Besok sudah sarapan kita langsung aja ajak mereka duduk bersama" Usul Mas Rayyan.
Aku kasian juga kadang dengan Nanda. Dia yang biasanya kemana-mana bersama Drian, sekarang jadi berjauhan. Padahal dulu dimana ada Nanda disitu Drian ngekor. Sekarang malah berjauhan, Drian pun minta pisah kamar.
Pagi
Selesai sarapan aku mengajak Dinda dan Ninda berberes meja makan seperti biasa. Sedangkan Mas Rayyan mengajak Nanda dan Drian duluan ke ruang keluarga.
"Gak usah dicuci mba, biar bibi aja nanti" Ninda membilas tangannya yang sudah megang sabun.
Mereka hendak pergi lagi tapi ku tahan.
"Ikut mama sebentar" Ucapku.
Dinda dan Ninda tak banyak tanya langsung mengikuti langkahku.
Didalam sudah ada Mas Rayyan, Nanda dan Drian yang masih diam-diaman.
"Duduk kak, mba" Dinda dan Ninda duduk didepanku dan Mas Rayyan.
Posisi kami berdua duduk diatas kursi dan anak-anak dikursi lain disamping.
Akhirnya karena mau berhadapan aku menyuruh semua untuk duduk dibawah saja.
"Jadi gini ya papa langsung aja ini mau bicara sama kalian berempat. Kalian sudah pada besar dan papa rasa sudah tahu juga bedain mana benar mana salah. Terutama kamu Dinda, kamu anak tertua disini harusnya kamu bisa mendamaikan kedua adikmu bukan malah ikut bermusuhan dengan adikmu" Buka Mas Rayyan.
"Papa mau tanya dan tolong dijawab dengan jujur. Papa gak toleransi untuk yang bohong dan tak jawab jujur. Kalau kalian masih ingin diurus papa dan mama, masih ingin tinggal di rumah ini lebih baik jujur apa adanya" Mas Rayyan berhenti sebentar.
"Urus aja anak-anak sopan papa gak usah urus aku" Nanda menyeletuk.
Mas Rayyan yang mendengar langsung saja menarik tangan Nanda dan menghempaskanya. Nanda meringis mungkin karena sakit tangannya dihempaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Short StoryMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah