Part 94

1.6K 199 8
                                    

Rayyan Pov

Ada-ada kelakuan anak-anak. Aku dan Nayya langsung memanggil mereka ketika melihat ada barang yang dibeli mereka tapi tidak seharusnya.

"Bentar ya mba" Aku keluar memanggil mereka.

Untung keadaan minimarket sepi dan hanya kami yang belanja.

"Kakak, mba, Abang, Drian masuk" Mereka kaget karena dipanggil. Tapi akhirnya masuk.

"Ini siapa yang ambil?" Tanya ku menunjukkan barang tadi.

Nanda dan Drian dengan polos mengangkat tangan. Nayya menarik napas panjang begitupun si kasir.

"Kalian ambil dimana?" Tanya ku lagi.

"Di rak sana dekat obat-obat" Jawab Drian.

Aku kemudian melirik si kasir. Ini adalah kelalaian mereka karena benda ini seharusnya tidak ditaruh di rak karena bisa berakibat seperti sekarang. Anak-anak akan pikir ini permen jadi mereka ambil.

Si kasir dan temannya meminta maaf dan aku kembali menyuruh mereka untuk keluar.

Selesai membayar kami tidak langsung pulang. Nayya mengajak mampir ke bakso bakar dekat taman komplek sebelah.

Padahal ini bukan malam minggu tapi taman ini ramai oleh beberapa anak muda yang pacaran. Ada juga beberapa orang tua membawa anaknya disini.

"Taman sini bagus dan ramai ya ma, gak kayak taman di komplek kita sepi banget" Ucap Dinda ke Nayya.

"Iya rame sini enak" Sambung Ninda.

"Abang boleh main disana?" Tunjuk Nanda ke sebuah ayunan.

Nayya mengangguk dan kemudian Nanda dengan Drian ke ayunan tersebut.

Drian ini selalu mengekor Nanda. Kemanapun Nanda pergi pasti ngekor.

"Begah ma?" Tanya ku ke Nayya yang menopang tubuhnya dengan tangan ke belakang sambil satu tangan mengusap perutnya yang sudah membesar.

"Gak papa mas cuma keram aja" Aku mengusap perutnya untuk meredakan keramnya.

Dinda dan Ninda sudah menjauh dari kami untuk mencari spot foto-foto. Biasa anak remaja pasti lagi senang-senangnya berfoto. Beda dengan aku dan Nayya, tapi yang paling anti kamera itu Nayya. Hampir tidak ada foto dia selfie dihpnya, kecuali pap kalau aku minta.

"Foto yuk ma" Ku arahkan hp ke depan kami.

Nayya hanya menurut dan tersenyum ke arah kamera hp. Sungguh cantik istriku ini. Nayya memiliki lesung pipi yang agak beda dengan orang kebanyakan.

Lesung pipinya dibawah mata dan juga didagu. Drian menuruni lesung pipi di bawah mata sedangkan Nanda menuruni keduanya. Silakan kalian bayangkan betapa tampannya kedua putraku. Haha.

Nayya Pov

Bahagia hatiku melihat anak-anak menikmati malam ini. Mereka sangat jarang keluar malam. Bahkan Dinda yang sudah remaja saja tidak pernah minta keluar malam. Kadang aku tanya apa temannya gak ada yang ngajak jalan, tapi jawabnya ada cuma memang dia yang gak mau ikut.

Aku takut nanti Dinda dicap orang sombong sama temannya karena gak mau ikut hangout bareng. Tapi kembali lagi jawabnya untuk apa malam-malam keluar gak tentu.

"Pulang?" Tanya ku ke Drian yang datang-datang dusel kepalanya ke dadaku.

"Minum" Ucapnya.

Aku tertawa kecil, rupanya kehausan dia. Mana mungkin gak kehausan main sambil lari-lari sama abangnya.

Mas Rayyan mengambilkan minumnya dimobil.

"Abang! Sini" Nanda yang dipanggil mendekat.

Ku suruh dia minum juga dan baru main lagi.

"Mama boleh gak jajanan kakak kasih ke adek itu? tanya Dinda sambil menunjuk seorang anak kecil yang duduk disudut taman bersama ibunya sambil membentang tikar.

Mereka terlihat membawa gerobak dan nampaknya memulung disekitar sini karena banyak bekas gelas plastik ditong sampah.

"Kasih aja semua nanti atau besok beli lagi. Ini titip kasih juga" Ku keluarkan beberapa uang.

Nominalnya tidak banyak tapi setidaknya bisa memberikan rezeki kepada mereka malam ini.

Mas Rayyan juga menambahkan beberapa lembar uang.

"Punya mba juga kasih aja kak besok aja beli lagi" Ucap Ninda.

Aku tersenyum bangga dengan mereka karena mau berbagi dengan sesama. Dinda mengeluarkan sebuah susu kotak dan wafernya baru sisanya dia bawa semua ke anak itu.

Aku dan Mas Rayyan memperhatikan mereka dari jauh. Ibu itu beberapa kali menunduk mengucap terima kasih ke Dinda dan Ninda.

Dinda juga menunjuk ke arah kami, dan ibu itu menunduk sambil mengucap terima kasih sepertinya. Aku dan Mas Rayyan juga menunduk sambil tersenyum.

"Udah capek?" Tanya Mas Rayyan ketika Nanda duduk di pangkuannya.

"Capek" Ucapnya.

"Abang udah capek juga?" Tanya ku ke Drian yang baru datang.

"Gendong ma" Dia mengulurkan tangan.

Mas Rayyan sudah menggendong Nanda yang kecapekan. Aku bingung antara mau gendong atau tidak. Jujur aku masih kuat gendong Drian tapi dengan kondisi hamil aku takut.

"Sini sama kakak" Ucap Dinda.

Drian langsung mengembangkan tangannya dan Dinda menggendongnya.

"Wah ini mba gendong siapa ini" Ucap Ninda.

"Ntar gendong yang didalam perut mama" Jawab Mas Rayyan.

Kami semua tertawa kecil dan menuju mobil untuk pulang.

Sampai di rumah aku menyuruh Nanda dan Drian untuk bilas badan. Mereka sangat berkeringat karena tadi main lari-larian. Dinda juga ku suruh bilas karena dia gendong Drian yang berkeringat tadi.

"Besok sambil beli laptop beli jajan lagi ya" Ucapku ke Ninda.

"Gak beli jajan gak papa ma, dikulkas mba masih ada" Jawabnya.

"Ya gak dong kan tadi mama janji mau gantiin" Jawabku.

Ninda mengangguk dan nyengir saja.

Besoknya

Aku bersiap-siap untuk menjemput Dinda dan Ninda kemudian langsung ke outlet laptop.

Aku sudah izin Mas Rayyan sebelum pergi dan juga sudah menitipkan Nanda dan Drian ke Bi Ina dan Bu Ira. Kebetulan anak Bu Ira yang bungsu seumuran Nanda. Dia hari ini dibawa ke rumah jadi Nanda otomatis tidak minta ikut, begitu pun Drian yang selalu ngekor Nanda.

"Bu nanti kalau misal Robi mau jajanan ambil aja dikulkas kamar Nanda dan Drian. Makannya sama-sama saya udah pesan ke mereka" Pesanku ke Bu Ira. Takutnya dia tidak berani nanti mengambil jajanan anak-anak.

"Gak usah nak, udah diizinin bawa Robi ke sini aja ibu udah berterima kasih" Tolaknya.

"Abang sini" Ku panggil Nanda dan Drian yang kebetulan lewat bersama Robi anak Bu Ira.

"Abang nanti kalau makan jajanan bagi Robi ya, Bang Drian juga bagi Banf Robi nya ya" Ucapku.

"Siap ma. Kan harus berbagi" Jawab Nanda.

"Oke ma. Abang Robi kan temen aku jadi harus sharing kan" Aku tersenyum mendengar jawaban dari anak-anak.

"Tuh kan ibu denger sendiri, jadi jangan sungkan ya Robi" Robi mengangguk.

Anak Bu Ira sepertinya memang ramah-ramah dan juga sopan-sopan. Aku sudah bertemu Rena juga dan dia juga sangat sopan. Berulang kali mencium tanganku mengucap terima kasih karena membantu biaya kuliahnya.

Setelah berpamitan aku pergi dengan mengendarai mobilku. Btw ini masih mobil yang sama hadiah ulang tahunku yang ke 23. Artinya sudah 10 tahun mobil ini menemaniku.

Be A StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang