Nayya Pov
Beberapa hari setelah semua mengetahui kehamilanku, semua menjadi super perhatian dan sibuk denganku.
Mulai dari Dinda yang sudah membatasi jalan-jalan dengan teman-temannya. Ninda yang membatasi jadwal ekstrakulikulernya dan Mas Rayyan yang sekarang hanya mengambil shif pagi dan sore saja.
Aku belum sepenuhnya menerima kehamilan yang sekarang, berat rasanya karena aku belum siap.
"Mama mau buah?" Dinda menghampiri ku dengan membawa jeruk dan apel ditangannya.
Aku tersenyum dan menggeleng.
"Mau kue?" Ninda menawarkan kue yang dibawanya.
Aku juga menggeleng sambil tersenyum.
"Mau coklat?" Nanda pun juga ada dibelakang Ninda.
"Mama gak mau apa-apa. Udah kalian main aja didalam" Aku menolak semuanya dengan senyum.
Ninda dan Nanda mengangguk dan pergi meninggalkanku. Berbeda dengan kedua adiknya, Dinda tetap berdiri diam disana.
"Kenapa kak?" Aku memandanginya.
"Mama sakit?" Tanyanya.
"Gak kok, mama gak sakit. Kenapa?" Dinda mendekat.
Dia meraba keningku dan leherku. Dia juga mengusap lembut perutku.
"Adeknya buat susah mama ya?" Tanyanya lagi.
"Mama gakpapa kok kak" Aku mengambil tangannya yang diperutku.
"Mama jangan bohong. Kakak bukan anak kecil lagi yang bisa dibohongin. Kakak udah gede ma, kakak udah ngerti" Aku terdiam mendengar ucapan Dinda.
Tiba-tiba aku menangis dan Dinda memelukku.
"Ma, kakak sayang banget sama mama. Mama jangan nangis gini dong. Kakak buat salah ya? Apa adik-adik buat mama sedih ya?" Dinda mengusap air mataku.
"Terima kasih ya udah sayang mama. Mama cuma masih belum bisa terima aja kalau sekarang mama harus mengandung lagi. Adik kamu Drian masih kecil, mama gak mau kayak Nanda dulu jarak umurnya dekat" Akhirnya ku jelaskan ke Dinda.
"Jadi, mama sebenarnya gak mau hamil lagi?" Tanyanya.
"Mama bukan gak mau kak, mama mau. Tapi maksud mama gak dalam waktu dekat ini. Mama baru aja bisa melepas masa mengASIhi Drian dan baru mulai lagi ngurus toko. Mama belum siap kalau harus hamil lagi sekarang ini" Aku masih menangis.
Dinda kembali memelukku.
"Dinda minta maaf ya, harusnya Dinda gak maksa mama buat hamil lagi. Dinda memang pengen adik perempuan lagi tapi kalau mama gak seneng ya Dinda juga sedih" Dia ikut menangis.
"Gak kok kak. Ini bukan salah kakak, ini udah takdir dan rezeki kita. Cuma memang mama kurang bersyukur dengan pemberian Allah" Dinda melepas pelukannya dan bersandar di bahuku.
Cukup lama posisi kami begini, Dinda sangat nyaman menyandar denganku dan aku pun sama aku sangat nyaman disandar anak-anakku.
"Udah sore, kakak gak pergi jalan?" Kebetulan ini hari sabtu dan biasanya dia jalan.
"Mau jalan sama mama boleh gak? Eh tapi mama kuat jalan?" Tanya Dinda balik.
Perutku belum terlalu keliatan karena baru masuk 2 bulan dan aku juga tidak morning sickness lagi, jadi aku tidak lemas.
"Ya udah kita ganti baju dulu. Mba diajak gak?" Tanyaku ke dia.
"Mba ajak aja, kalau Nanda sama Drian kayaknya barusan dijemput Om Adam" Jawab Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Short StoryMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah