Nayya Pov
Disinilah aku sekarang, dirumah Mas Rayyan yang sudah ku huni selama kurang lebih setahunan ini. Rumah ini nampak terawat rapi dan bersih tidak seperti terabaikan. Pasti si mbo yang bereskan.
"Mama Ninda laper" Ninda bergelayut manja ditangan kiriku yang sedang bebas karena, ya Nanda digendong Mas Rayyan. Dia selalu memaksa untuk menggendong Nanda ketika bertemunya.
"Mama taruh tasnya ke kamar dulu ya, habis itu mama masakin" Ninda mengangguk dan melepaskan pegangannya.
Aku sebisa mungkin harus tetap memberikan perhatianku pada Dinda dan Ninda. Aku tidak ingin sampai mereka ada pikiran kalau aku tidak sayang lagi dengan mereka karena sudah ada Nanda.
"Nanda laper Nay" Mas Rayyan tiba-tiba masuk ke kamar. Ya ini kamar aku dan dia, karena bagaimanapun juga tidak mungkin aku pisah kamar dengannya.
Aku langsung menerima Nanda dari gendongan Mas Rayyan. Kemudian aku menatapnya yang masih berdiri diam didepanku. Jujur aku masih risih dengan keberadaannya didekatku.
Mungkin karena merasa aku tak nyaman, Mas Rayyan keluar dari kamar.
Kemudian baru aku menyusui Nanda, Nanda menyusu dengan tenang dan dia tidak rewel juga kalau dia sudah tertidur aku melepaskan asinya.
"Mama jadi gak masak? Ninda laper" Ninda kembali merengek, karena aku lupa seharusnya aku memasak makanan untuknya.
"Bentar ya mama taruh Nanda diboxnya dulu, Ninda boleh ke bawah dulu gak main sama Kak Dinda nanti udah masak mama panggilin" Ninda yang pada dasarnya penurut langsung mengikuti perkataanku.
Tak berapa lama setelah menaruh Nanda dengan tenang diboxnya aku turun ke dapur. Aku tidak mau Ninda menunggu lebih lama lagi.
Sampai dibawah pandanganku langsung tertuju ke meja makan. Sudah banyak makanan diatas meja, Ninda dan Dinda juga sedang makan disana.
"Lah ini siapa masak? Mbo?" Aku bertanya tapi tidak tahu ke siapa. Siapapun yang mendengar ya harus menjawab.
"Ini tadi dibawain nenek ma. Nenek lagi disamping sama papa" Jawab Dinda. Sedangkan Ninda masih asik dengan makanannya.
Aku sedikit memanjangkan leher untuk melihat kearah samping. Disana ada mama dan Mas Rayyan sedang ngobrol.
Aku tidak mau dibilang tidak sopan, jadi aku menghampiri untuk bersalaman.
"Ma, udah lama ya nyampenya? Maaf ya tadi Nayya diatas nidurin Nanda" aku mengambil tangan mama dan bersalaman.
"gak papa kok, mama juga baru aja datangnya. Kamu makan sana bareng anak-anak. Kurus banget kamu sekarang Nay" mama juga menyadari perubahan badanku yang menyusut.
"iya kurus lah ma, makan hati mulu. Ayo ma" aku menggandeng tangan mama dan Mas Rayyan tampak kaget dengan ucapanku.
Dinda Pov
Hari ini kami sekeluarga udah pulang lagi ke rumah kami. Aku tahu kalau mama dan papa masih marahan. Mama tiap ketemu papa mukanya cemberut dan gak mau dipegang papa.
"Ma, besok kan ada lomba bulu tangkis di sekolah. Nah kakak ikut tapi kakak lupa beli raketnya, raket yang dirumah udah patah. Gimana dong?" aku baru ingat setelah hari sudah larut begini.
"Kenapa gak bilang dari tadi siang sih Din. Kalau udah malam banget gini dimana nyarinya?" Papa yang menyaut.
"Mama gojekin raket mama yang dirumah nenek aja ya. Nanti kakak pakai raket mama dulu ya, masih bagus kok. Besok pulang sekolah baru beli yang baru" mama menimpali juga. Papa tampak diam tak berkata-kata lagi.
"Terima kasih mama" aku sangat menyayangi mama ku ini. Beruntung sekali aku mendapatkan ibu sambung sebaik mama, berbeda dengan temanku yang memiliki ibu sambung jahat.
Nayya Pov
"Mba sama kakak gosok gigi dan cuci kaki tangan ya, terus langsung tidur" pesanku ke anak-anak. Aku mengangkut piring-piring kotor dan membawa ketempat cuci piring.
"Biar mbo aja nak, mending Nak Nayya ke atas aja istirahat" mbo mengambil spons yang baru ku pegang.
"Mbo udah makan?" tanyaku.
"Udah nak, tadi mbo makan dikamar" jawab mbo sambil tersenyum.
"Ya udah aku naik dulu ya mbo. Mbo udah nyuci piring gak usah beres-beres yang lain lagi, langsung istirahat aja" pesanku dan dijawab anggukan oleh si mbo.
Aku menaiki tangga menuju kamarku. Sebelum masuk ke kamar aku memeriksa kamar Dinda dan Ninda, memastikan mereka sudah tidur.
"Udah tidur Nay" baru saja aku akan membuka pintu Mas Rayyan sudah menegurku.
Aku seperti biasa tidak menjawab kemudian langsung masuk ke dalam kamar.
Rayyan Pov
Aku haus dan berjalan keluar kamar menuju dapur, karena stok minum air biasa dikamar habis. Hanya ada air dingin dan beberapa minuman dingin dikulkas.
Sudah beberapa hari ini aku merasakan sakit diperutku, dan setiap minum air dingin atau makan pedas pasti sakitnya luar biasa.
Aku tidak berani untuk memeriksanya, karena jujur saja walaupun aku seorang dokter aku takut jika periksa ke dokter.
Aku melihat Nayya yang baru saja dari bawah menuju kamar anak-anak.
"Udah tidur Nay" kataku padanya. Tapi seperti biasa Nayya hanya diam dan meninggalkanku ditempat.Aku melanjutkan tujuan utama menuju dapur untuk mengambil minum. Tapi belum sampai anak tangga bawah perutku sangat sakit, radanya seperti diaduk isi perutku. Aku terduduk ditangga dan meringis.
"Nak Rayyan kenapa?" si mbo yang dari dapur rupanya melihatku meringis ditangga.
"Gak papa mbo, mbo darimana kenapa belum tidur?" tanyaku padanya.
"Oh ini ada yang ngetuk tadi, mbo kira siapa gak taunya gojek nganterin raket" aku melihat sepasang raket ditangan si mbo.
"Ya udah mbo raketnya bawa dulu besok pagi jangan lupa kasih ke Dinda" si mbo mengangguk dan meninggalkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Short StoryMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah