Rayyan Pov
Sudah sampai sore hari aku mencari Nayya tapi belum juga ketemu. Aku sudah ke rumah sakit lagi tapi dia tidak ada.
"Nay kemana kamu" gelisahku.
Nayya tidak biasanya pergi tanpa pamit padaku. Mungkin kali ini dia marah padaku karena sempat membentaknya tadi. Aku tidak bisa mengontrol emosiku ya karena Nayya membela Dinda.
"pulang dulu ke rumah, siapa tau Nayya udah di rumah" mama menghampiri ku.
"mama aja pulang duluan ma, sekalian tolong liat Nayya di rumah. Nayya kayaknya lagi marah sama Ray" jawabku.
"semarah-marahnya istri pasti kalau suaminya pulang minta maaf dengan tulus bakal dimaafin. Coba pulang dulu minta maaf" aku hanya menatap mama.
Mama kembali masuk lagi ke ruangan Ninda. Aku menjernihkan sebentar pikiranku baru kemudian pulang.
Nayya Pov
Setelah periksa dari rumah sakit tadi, aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Bersih-bersih dan kemudian ke rumah sakit tempat Ninda dirawat.
Aku sudah sejak jam 3 sore berada di rumah sakit tapi aku tidak masuk ke kamar Ninda. Karena, didepan kamarnya ada Mas Rayyan yang sedang menunggu ku. Aku belum bisa melupakan kejadian dia membentak tadi. Entah karena faktor hamil atau karena memang dia tak pernah membentak jadi, kejadian itu membekas.Aku melihat mama sedang menghampiri dan mengatakan sesuatu padanya. Setelah itu mama masuk kembali dan dia bangkit pergi keluar rumah sakit.
"assalamualaikum" ucapku saat memasuki ruangan.
"waalaikumussalam. Loh kamu disini, Rayyan nyariin kamu dari tadi setelah kamu pergi" kata mama.
Aku hanya diam saja dan tak menjawab. Aku duduk dikursi sofa karena kursi samping Ninda mama sedang duduki.
"mama dari mana aja? Adek cari mama dari tadi" Ninda yang tadinya tidur terbangun.
Aku mendekati ranjangnya dan mama dengan spontan berdiri dari kursi.
"mama gak dari mana-mana kok, mama dari sekolahan tadi minta izin cuti beberapa hari buat jagain adek" jawabku sambil mengusap kepala nya.
"mama gak ninggalin adek sama kakak kan?" tanya nya lagi.
"mama gak akan kemana-mana kalau bukan kalian yang mau mama pergi" jawabku.
Aku dan Ninda sedikit bercanda dan tidak menghiraukan mama. Bukan maksudku tidak sopan tapi aku sedang tidak mau membahas masalahku dan Mas Rayyan. Kalau aku ngobrol sama mama pasti itu yang akan dibahasnya.
"mama gak papa pulang aja kan udah seharian jaga Ninda. Biar Nay yang jaga" kata ku ke mama yang tidur menopang kepala.
"ya udah mama pulang dulu ya. Kalau ada apa-apa kabari mama atau Ray" jawab mama.
Aku diam saja tak menanggapi perkataan mama. Aku agak sensi mendengar namanya disebut.
Mama keluar dari ruangan setelah pamit denganku. Sebenarnya gak enak sekali dengan mama, aku mengacuhkannya karena sedang tidak mood membahas Mas Rayyan.
"Ninda tidur dulu ya, nanti bangun lap badannya terus makan ya" kata ku ke Ninda yang masih duduk sambil main barbie nya.
"Ninda gak ngantuk ma, boleh ya Ninda main ini dulu" pinta nya.
"ya udah boleh deh, tapi sebentar aja ya terus udah itu tidur bentar biar gak pusing lagi" Ninda mengangguk.
Aku mendudukan pantatku ke sofa yang ada diruangan ini. Pinggangku terasa pegal, tidak biasanya begini atau mungkin memang karena efek kehamilanku ini.
"Ya ampun Ninda kamu kenapa sayang!" suara heboh perempuan yang tiba-tiba masuk ke ruangan.
"maaf anda siapa?" tanyaku.
Perempuan itu baru menyadari kehadiranku dan menatapku dengan tatapan sinisnya.
"kamu yang siapa? Ini anak saya, ngapain kamu disini" jawabnya.
"ini anak saya mbak, maaf mbak ini siapa?" aku berusaha sopan agar tak memancing keributan.
"heh! Jangan ngaku-ngaku kamu ini anak saya!" dia berdiri tepat didepanku dan wajahnya pun sangat dekat dengan wajahku.
"mama Ninda takut" aku memalingkan wajah dari hadapan perempuan ini.
"eh anak mama takut siapa nak?" dia mendekati Ninda.
Ninda beringsut langsung menutup kepalanya dengan selimut. Aku langsung menghampiri Ninda yang ketakutan.
"minggir!" bentak ku.
Perempuan itu kaget dan sedikit terdorong ke belakang.
"apa-apaan kamu ini, main peluk anak orang" perempuan itu mendorongku balik.
Terjadi sedikit keributan antara aku dan perempuan itu, Ninda sampai menangis dibawah selimutnya.
Aku tidak menghiraukan perempuan itu lagi dan langsung saja menenangkan Ninda.
"Assalamualaikum ma" Mas Rayyan tiba-tiba masuk.
Mas Rayyan menghampiri aku yang sedang menenangkan Ninda.
"ngapain kamu ke sini?" tanya Mas Rayyan ke perempuan itu.
"salah aku datang mau jenguk anak aku hah!" jawabnya.
"anak? Anak yang mana kamu maksud hah! Anak yang dulu masih bayi kamu tinggalkan begitu saja, gitu?" perempuan itu diam tak menjawab lagi.
"selesaikan urusan kalian berdua diluar, Ninda masih kaget daripada kalian tambah buat dia syok" kata ku.
Mas Rayyan kemudian langsung menarik perempuan itu keluar ruangan.
Rayyan Pov
Aku sangat kesal melihat Meli yang datang tiba-tiba begitu saja mengaku sebagai ibu anak-anak padahal selama ini telah meninggalkan mereka.
"mau apa kamu datang lagi?" tanyaku.
"ya aku mau ketemu anak-anak aku lah, emang salah gitu? Dinda sama Ninda itu anak aku jadi kamu gak berhak larang-larang aku ketemu mereka" enteng sekali jawabannya.
"enak sekali mulut kamu ngomong gitu, gak sadar udah lebih 2 tahun kamu pergi ninggalin mereka dan sekarang bilang mau ketemu" kesal sekali mendengar jawabannya.
"bagaimana pun juga mereka tetap anak-anak aku dan kamu gak bisa pungkiri itu. Oh iya aku sekarang bakal pergi, tapi ingat aku akan kembali lagi untuk mengambil anak-anak aku" dia pergi begitu saja.
Tak akan aku biarkan Meli menyentuh anak-anak aku. Memang benar dia ibu kandungnya tapi dia bukanlah ibu yang baik untuk anak-anak ku. Anak-anak ku sudah bahagia mempunyai ibu seperti Nayya.
Aku kembali masuk ke dalam ruangan untuk bertemu Nayya dan Ninda. Aku sangat khawatir dengan keadaan Nayya.
"Nay kamu udah makan?" tanyaku.
Nayya diam saja tak menjawab, dia masih memeluk Ninda yang sudah tertidur. Masih ada bekas air mata dipipi Ninda, sepertinya dia ketakutan sampai menangis.
"Nay" panggilku lagi sambil memegang bahunya.
Nayya melepaskan tangaku dari bahunya dan meletakkan Ninda dengan nyaman di kasurnya.
"aku capek jangan banyak tanya mas" jawabnya sambil berjalan ke sofa.
Mukanya pucat dan raut wajahnya juga terlihat lelah. Tidak pernah aku melihat raut seperti itu diwajahnya.
"aku pijitin ya" baru saja aku ingin memegang bahunya dia sudah menjauh.
"kamu disana jagain Ninda, aku mau sendiri disini" dia mengusirku dengan halus.
Aku memaklumi mungkin dia kecewa karena aku tidak membawa Dinda pulang ke rumah dan ditambah dengan kejadian Meli yang datang tiba-tiba.
Aku duduk disamping ranjang Ninda sambil menatap wajah tidur anak ku. Wajah Ninda ini memang tidak terlalu mirip dengan Meli, dia lebih mirip denganku beda dengan Dinda wajahnya sangat mirip dengan Meli. Mungkin juga karena itu aku jadi bisa sedikit tega dengan Dinda dibandingkan dengan Ninda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Historia CortaMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah