Rayyan Pov
Ada saja masalah yang menghampiri keluargaku. Barusan aku dapat kabar dari ruang UGD kalau Nayya baru saja masuk. Jam praktek ku sudah habis dan aku hanya menunggu waktu gantian dengan rekanku.
"Saya duluan dokter Rian. Istri saya lagi di UGD" Pamitku saya dokter Rian sudah datang menggantikan.
Hp ku memang ku silent selama praktek, disana banyak panggilan masuk dari Rara dan juga Dinda.
"Istri saya dimana?" Tanya ku ke perawat UGD.
"Bu Nayya ada dibilik 6 pak. Sedang dilakukan tindakan" Jawabnya.
Aku menengok keluar UGD mencari Rara dan Dinda. Mereka terlihat tengah duduk dikursi tunggu.
"Gimana bisa mba mu jatuh Ra?" Langsung ku tanya Rara.
"Tadi mba ketemu Meli kak, berantem mulut terus Meli dorong Mba Nayya" Jawab Rara.
"Tapi Nanda sama Drian juga dorong Mama Meli pa. Mama Meli juga luka kakinya tadi gak sempat dibawa ke sini" Jawab Dinda.
"Masih kamu pikirkan perempuan jahat itu? Dia yang udah buat mama kamu sakit gini masih kamu pikirkan dia! Udah susul sana kalau kasian!" Bentak ku.
Agak emosi aku mendengar penuturan Dinda. Sudah tahu Meli salah masih dibela.
"Bukan begitu pa. Tapi kasian" Jawabnya lagi tapi pelan. Aku masih bisa mendengar suaranya.
"Kamu kasian sama Meli tapi kamu gak kasian sama Mama Nayya kamu? Ingat kak siapa yang sayang kamu lebih dari nyawanya, Meli atau Mama Nayya kamu" Rara berjalan menjauhi Dinda.
Dikursi satu lagi terlihat ada Nanda, Drian dan teman sekolah Dinda.
"Abang sini" Nanda mendekat.
"Abang anak jujur, papa percaya abang. Tadi siapa duluan yang salah? Mama atau tante yang tadi?" Nanda menatapku.
"Tante yang tadi itu katanya mamanya kakak dan mba. Dia datang nyapa kakak tapi Tante Rara nanya mau apa, tantenya marah-marah dan ngatain mama padahal yang ngomongin tantenya itu Tante Rara bukan mama. Terus tante itu mau pukul Tante Rara jadi mama belain Tante Rara. Habis itu mama sama tante itu ribut, dan tiba-tiba dorong mama. Mama jatuh, abang sama Drian mau lindungi mama jadi kita dorong balik tante itu sama kayak waktu kita dorong temen papa di rumah" Jelas Nanda.
Ku pastikan pernyataan dari Nanda 100% benar. Nanda tidak pernah berbohong. Diantara keempat anakku cuma Nanda yang paling jujur.
"Masih mau dibela mama mu itu? Kalau sekiranya iya kamu boleh tinggal sama dia. Susul dia sana obati kakinya dan peluk cium dia. Lupakan papa, Mama Nayya dan adik-adik kamu disini" Ucapku ke Dinda.
Dia diam dan menangis. Teman-temannya menghampiri untuk menenangkan dia.
Dinda Pov
Aku tidak bermaksud untuk membela Mama Meli. Aku cuma kasian dengannya. Dia juga terluka sama seperti Mama Nayya. Bagaimanapun dia mama kandungku, aku juga punya rasa kasian ke dia.
Aku bukan tidak menyayangi Mama Nayya. Aku bahkan sangat menyayangi Mama Nayya. Ucapan papa barusan benar-benar membuatku sakit hati. Tapi aku tahu papa bicara begitu karena dia lagi emosi aku bahas Mama Meli.
"Bu Nayya sudah sadar dokter Rayyan" Seorang perawat memanggil papa.
Papa, Tante Rara, Nanda dan Drian masuk ke dal UGD. Aku masih diam ditempat ku.
"Masuk gih sana liat mama kamu" Suruh Nova.
"Iya masuk Din" Sambung Rina.
Risa juga mengkodeku untuk masuk. Aku diam saja, aku tidak berani untuk masuk. Aku takut papa akan mengusirku nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Short StoryMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah