Rayyan Pov
Alhamdulillah Nayya sudah mulai pulih dan sudah mau diajak pulang ke rumah. Dia awalnya meragukanku dan anak-anak. Setelah mendapat penjelasan dari pihak kepolisian akhirnya Nayya mau ikut pulang bersama kami.
Aku memaklumi Nayya masih canggung dan tak mau disentuh. Dia mungkin masih menganggap aku orang asing bagi dia.
Ini sudah tiga bulan sejak kecelakaan itu. Nayya masih menghindar dariku. Tidurpun dia belum mau bersamaku, dia tidur bersama Anin di kamar lain.
"Mama sama Rara kapan sampai?" Tanyaku ke mama yang sudah ada di ruang keluarga bersama anak-anak.
"Udah dari tadi mama sama Rara disini Ray. Kamu tidur? Kecapekan atau bagaimana? Banyak pasien kah?" Tanya mama bertubi-tubi.
"Satu-satu tanya nya mamaku sayang" Ucapku sambil duduk dibawah dekat kakinya.
"Pa sore berenang yok, udah lama kolam kita nganggur" Ajak Drian.
"Boleh juga tuh" Ucapku.
"Eh ditanya tadi gak dijawab" Ucap mama.
"Hehe iya ma, aku masuk malam baru aja subuh tadi pulangnya. Tidur bentar tadi" Jawabku.
"Aa izin ke mama dulu ya pa" Ucap Drian.
"Abang ikut, mau izin main sepeda" Anak-anak masih sama saja. Walaupun Nayya masih belum mengingat mereka, tapi mereka tetap menghormati Nayya. Setiap mau apapun dan kemanapun selalu izin ke Nayya.
Nayya Pov
Sudah tiga bulan aku tinggal di rumah ini. Aku mulai terbiasa dan mulai nyaman. Tapi aku belum terbiasa dan belum nyaman dengan Rayyan.
Kalau lah benar dia suamiku, aku berdosa karena sudah tidur pisah ranjang dengannya. Bukan tanpa alasan aku masih ragu dengan statusku sebagai istrinya, walaupun dia sudah memperlihatkan buku nikah kami.
Rayyan juga sudah menjelaskan kalau Dinda dan Ninda bukan anak kandungku. Dan sempat dia mengajakku ke makam bayi yang dia bilang itu anak kami sebelum Anin. Dia juga membawaku ke makam kakaknya yang meninggal tepat dihari aku kecelakaan.
Anin, anak bungsu Rayyan atau juga anak bungsuku ini sudah mulai besar. Dia sudah bisa merangkak dan sangat lincah.
"Ma ada nenek bunda sama kakek" Ucap Dinda.
Aku turun ke lantai bawah untuk menemui mereka. Yang ku tahu mereka adalah orang tuaku.
"Wah cucu nenek bunda sudah besar. Udah bisa apa aja nih?" Tanya bunda.
"Udah bisa merangkak dan berantakin pakaian nenek bunda" Jawabku.
Bunda tersenyum mendengar aku yang sudah tidak secanggung dulu.
"Yah pipis" Anin ternyata pipis dan aku lupa memakaikan dia pempers.
"Bentar ya bunda aku bersihkan Anin dulu" Aku masuk ke kamar yang aku tiduri bersama Anin.
Bunda ikut masuk dan duduk dipinggir ranjang.
"Mba, bunda boleh nanya?" Tanya bunda.
Aku mengangguk sambil membersihkan Anin.
"Mba tidur disini sama Anin?" Tanya nya.
Aku mengangguk.
"Gak tidur bareng Rayyan?" Aku menggeleng.
Bunda menuju pintu kamar dan menguncinya.
"Kenapa dikunci Bun?" Tanyaku.
"Kenapa kamu gak tidur bareng Rayyan? Dia suami kamu mba, dosa kalian selama ini pisah ranjang" Ucap bunda.
"Ta tapi aku masih ragu dengan Mas Rayyan" Jawabku jujur.
"Ragu kenapa? Dia sah suami kamu mba, mungkin kamu belum ingat tapi setidaknya jangan pisah ranjang gini. Kalian gak pernah melakukannya?" Tanya bunda lagi.
Pertanyaan apa ini, melakukan apa maksudnya.
"Melakukan apa Bun?" Tanyaku.
"Hubungan suami istri" Ucap bunda.
Aku terdiam, bagaimana aku mau melayani Rayyan kalau aku masih belum percaya dia suamiku. Aku masih merasa asing dengannya.
"Selama 3 bulan ini gak pernah?" Aku menggeleng.
"Sekalipun gak pernah?" Tanya bunda lagi. Aku tetap menggeleng karena memang tidak pernah.
"Bunda bukan maksa kamu ya, lebih baik malam ini kalian tidur sekamar dan melakukannya. Kalian itu suami istri sah, kamu tau kan 3 bulan suami tidak memberikan nafkah lahir batin itu sudah masuk ke talak 1?" Tanya bunda.
"Kan dia tetap memberikan nafkah lain Bun, aku rasa tak masalah" Ucapku.
"Astaghfirullah, pokoknya malam ini kalian harus melakukannya. Bukan bunda memaksa atau bagaimana, jangan sampai kamu dan Rayyan menjadi berpisah secara agama karena hal ini" Marah bunda.
Sepertinya bunda sangat marah dan kesal padaku. Ya mau bagaimana lagi aku gak mau nyerahin diri gitu aja sama Rayyan yang aku saja masih ragu bersamanya.
"Udahlah Bun gak usah bahas itu, aku lelah" Ucapku.
"Kamu boleh gak ingat keadaan sekarang tapi kamu tau kan kalau Rayyan suami sah kamu. Rayyan pernah minta haknya?" Aku mencoba mengingat
"Pernah sekali" Jawabku.
"Dan kamu tolak?" Selidik bunda.
Aku mengangguk, ya kali aku masih belum ingat apa-apa udah mau minta itu segala.
"Bunda gak mau ikut campur lagi masalah kamu. Kamu juga gak mau dengar perkataan bunda lagi" Bunda keluar dari kamar.
Ada rasa bersalah bersarang dihatiku karena telah membuat bunda sedih. Aku bukan mau jadi anak durhaka, atau istri durhaka. Posisinya sekarang aku ini tidak tau jati diriku dan gak mungkin main menyerahkan diri ke laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Cerita PendekMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah