Part 117

1.4K 187 8
                                    

Nayya Pov

Aku terbangun disebuah ruangan dingin dengan latar kamar bunga lili. Aku melihat sekeliling kosong tidak ada siapapun. Aku mencoba mengingat kenapa aku bisa ada disini, tapi nihil aku tidak bisa mengingat apapun.

"Alhamdulillah ibu sudah sadar, saya panggilkan dokter sebentar ya Bu untuk meriksa keadaan ibu" Ucap seorang perawat.

Tak lama dokter masuk bersama seorang laki-laki dewasa juga.

"Alhamdulillah ma, kamu udah sadar sayang. Ada yang sakit?" Tanya laki-laki ini.

"Ray ini keadaan istri kamu udah stabil tinggal pemulihan aja, 2/3 hari sudah boleh pulang. Ingat pesanku" Ucap sang dokter kepada laki-laki ini.

"Terima kasih Fiz" Ucapnya ke sang dokter.

"Ma, mau minum?" Tawarnya padaku.

"Anda siapa ya? Dari tadi manggil saya ma mulu, emang nama saya ma?" Tanya ku.

Dia tersenyum lembut dan memegang tanganku.

"Eh bukan muhrim ya" Aku menarik tanganku.

"Kamu muhrim aku, aku ini suami kamu ma. Kamu adalah ibu dari anak-anak kita" Ucap laki-laki ini.

"Suami? Anak? Saya belum nikah ya. Dan juga saya gak kenal siapa kamu" Ucapku.

Aku yakin aku tidak mengenal laki-laki yang mengaku suamiku ini.

"Assalamualaikum" Aku menoleh ke pintu.

Aku berharap ini keluargaku sebenarnya yang datang. Eh tapi aku saja tidak ingat siapa diriku dan keluargaku. Aaa ini sangat membuatku pusing.

"Mama" Dua orang anak laki-laki dan dua orang anak remaja perempuan memanggilku mama.

Astaghfirullah apa lagi ini? Sejak kapan aku menikah dan mempunyai anak yang sudah sebesar ini.

Keempat anak itu mendekati ranjangku dan yang laki-laki paling kecil menaikinya.

Mereka semua memelukku dengan erat. Aku tidak merasa risih dengan pelukan ini tapi aku tidak kenal siapa mereka.

"Mba udah sadar? Ada yang sakit?" Tanya seorang ibu-ibu.

"Maaf anda siapa ya? Dan ini anak-anak siapa? Kenapa manggil saya mama?" Tanyaku sopan.

Keempat anak ini melepaskan pelukannya dan yang naik ke ranjang tadi langsung turun.

"Mama gak ingat aa" Ucapnya.

Dia berjalan menjauhiku. Begitupun dengan ketiga anak ini juga menjauhiku.

Aku merasa bersalah tapi tidak tau kenapa bisa merasa bersalah seperti ini.

"Mba, ini bunda dan mereka anak-anak nya mba. Bunda tahu kalau sekarang kondisi mba sedang tidak ingat kami. Tapi mba harus percaya mereka anak-anak mba dan ini Rayyan suami mba" Ucap ibu ini.

Aku tidak memiliki keraguan sama sekali dengan ibu ini. Dia terlihat sangat keibuan dan menyayangi ku.

"Maaf tapi saya benar-benar tidak mengingatnya" Ucapku.

"Mba juga gak ingat aku? Adik terganteng mba ini?" Ucap seorang laki-laki muda.

Aku menggeleng.

"Hmm okelah, cepet ingat kita ya mba" Ucapnya.

"Maaf tapi saya benar-benar tidak ingat apapun. Nama saya sendiripun saya tidak ingat, jadi tolong maafkan saya" Ucapku.

"Gak papa ma, kita usaha sama-sama supaya kamu ingat kita semua. Kalau kamu belum bisa ingat atau nerima aku, setidaknya tolong coba ingat anak-anak kita" Ucap laki-laki tadi.

Be A StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang