Part 174

1.8K 155 41
                                    

Hai guys minta doanya ya, author baru dapat musibah ketimpa runtuhan genteng batu gapura. Kepala bocor sama benjol 3 biji, badan juga pada lebam. Ini author baru bisa main hp dan nulis lagi.

Happy reading 💜
______________________________________

Rayyan Pov

Makin hari sifat dan sikap Nayya sering berubah-ubah. Kadang dia senang gak ketulungan, kadang sedih seharian atau gak marah-marah aja kerjaannya. Seperti hari ini dia melow banget apa-apa pakek nangis.

"Udah dong ma jangan nangis gini, Anin aja gak nangis kok kamu yang nangis" Nayya masih senggugukan.

"Ta ta tapi i i salah ak akuu. Hiks" Dia ngomong hampir tidak bisa terdengar.

"Berhenti dulu nangisnya baru ngomong ya" Ucapku.

"Kam kam kamu diam. Haaaa" Teriaknya.

Aku langsung menggendong Anin membawanya pergi meninggalkan tempat Nayya. Ku biarkan dulu dia untuk menenangkan dirinya.

"Mama kenapa sih pa?" Tanya Ninda.

"Tolong pujukin sana papa pusing dari pagi sampe ini mau magrib nangis aja" Suruhku ke Ninda.

"Gak ah ntar malah mba disemprot mama lagi, abang atau aa aja deh" Sahutnya.

"Ya udah abang aja" Nanda yang bergerak.

Nayya Pov

Aku merasa sangat bersalah karena kecerobohan ku lutut Anin lecet. Anin memang tidak menangis tapi aku merasa sangat bersalah.

"Ma" Nanda duduk disampingku.

"Udah ya nangisnya Anin gak papa. Anin aja udah main sama aa didepan" Ucapnya.

"Mama bukan ibu yang baik bang, Anin luka gara-gara mama. Jaga Anin dari lecet dikit aja mama gak bisa apalagi yang lain" Jawabku.

"Mama gak boleh ngomong gitu, mama inget gak dulu kakak sama mba pernah cerita ke abang kalau mama nyelamatin mereka dari perampok. Mama pertaruhkan nyawa mama untuk nyelamatin kakak sama mba. Mama aja gak pedulikan nyawa mama, mama melindungi abang juga dalam perut daripada melindungi kepala mama yang terbentur" Aku menatapnya.

Nanda anak pertama laki-laki ku yang sangat bijak dan penyayang. Dia selalu tenang dalam menghadapi masalah tapi tidak bisa diam kalau keluarganya disenggol orang.

"Abang sini peluk" Biasanya dia tidak mau ku peluk, mungkin sekarang karena aku sedang sedih dia mau dipeluk.

"Udah mama jangan nangis lagi ma" Dia mengusap punggung ku.

Aku berasa dipeluk Mas Rayyan kalau gini, karena badan Nanda dan Mas Rayyan sama besarnya.

"Mama gak nyangka kamu udah segede ini bang, dulu aja masih nenen ke mama" Ucapku sambil mengelap air mata di bajunya.

"Yah masa kecil mulu sih ma, abang kan mau jadi orang dewasa juga" Ucapnya sambil sedikit tertawa.

"Ih abang jahat! Masa mau cepet-cepet dewasa. Kalau abang dewasa mama tua dong. Huaaaa" Aku kembali terbawa suasana karena Nanda bicara begitu.

Nanda Pov

Aku gak tau lagi ini apa yang harus aku katakan ke mama. Mama sepertinya hari ini sedang sendu sekali, salah satu kata aja bikin dia melow.

"Udah ma udah" Aku masih memeluk mama.

Mama tidak berbunyi lagi dan pas aku lihat ternyata mama tertidur. Alhamdulillah mama tidur jadi dia tidak menangis lagi.

Aku gendong mama perlahan dan membawanya ke kamar. Badan mama sekarang lumayan berat dan berisi, itu artinya mama happy aku juga senang melihatnya.

"Mama tidur?" Tanya papa masuk ke kamarnya.

"Iya pa tadi habis nangis mama tidur" Jawabku.

"Baju abang kenapa basah? Kena air mata mama?" Tanya papa lagi.

"Iya pa ini tadi abang peluk mama dan mama nangis sampe tidur" Jawabku.

"Oh iya udah abang ganti baju ya terus tolong bantu liatin Anin main ya, papa mau nemenin mama tidur" Ucap papa.

Aku keluar dan menuju halaman samping mencari Anin. Tempat mainnya memang halaman samping ini selain halaman belakang. Anin tidak dibolehkan mama main keluar dengan anak-anak kompleks kecuali ditemani mama. Kadang aku, mba atau Drian mau ajak aja mama bilang gak usah.

Anin ini tipe anak yang nakal seusianya. Dia sering merampas mainan anak orang padahal mainan dia sendiri kadang lebih bagus.

Pernah dia merebut sepeda anak orang dan padahal saat itu dia lagi pakai sepeda juga dan sepedanya lebih bagus. Mama tidak bisa memaklumi hal itu karena kata mama nanti kebiasaan mau semua barang orang.

"Main apa Nin?" Tanya ku ke Anin.

"Main masak-masak bang, Anin bosan main sendiri terus mau main di taman" Rengeknya padaku.

"Eh gak boleh itu lututnya masih luka nanti nambah sakit. Lagian mama juga baru tidur kasian dibangunin" Ucapku memberinya nasehat.

"Kan bisa ditemenin abang, kaki Anin juga udah gak sakit lagi" Ada saja alasan dia.

"Gak boleh Anin nanti mama marah, main disini aja abang temenin ya" Pujuk ku.

Dia diam saja dan membuang muka, aku tau dia pasti sedang merajuk.

"Ya udah abang masuk aja ya kan Anin gak mau ditemenin main" Aku berdiri dan hendak masuk lagi.

"Abang!" Panggilnya.

Aku menoleh dan mengangkat alisku bermaksud bertanya.

"Katanya mau nemenin main sini!" Teriaknya lagi.

"Tadi abang tawarin gak mau" Aku menghampiri nya sambil tertawa kecil.

Rayyan Pov

Nayya sedang tidur dan aku menemaninya sambil setengah rebahan dan main hp. Ku perhatikan perutnya yang naik turun dengan teratur.

"Kamu gendutan ya Nay sekarang. Tapi aku makin suka kamu berisi gini, itu artinya kamu bahagia ya" Ku usap wajahnya.

Dia menggeliat dan memeluk tanganku yang mengusap wajahnya tadi.

Ku lepas perlahan tanganku dan aku salfok ke perutnya yang sedikit terbuka. Urat perutnya keliatan seperti tertarik. Ku angkat kaos yang dia pakai, ini bukan buncit biasa. Aku sudah pengalaman dengan kehamilan Nayya.

"Apa Nayya hamil lagi?" Batinku.

Aku langsung mengambil hp dan menghubungi Mira temanku.

"Assalamualaikum Mir maaf nih aku ganggu istirahat kamu" Ucapku ketika Mira sudah mengangkat telepon.

"Waalaikumussalam iya gak papa Ray kenapa?" Tanya nya.

"Kamu bisa ke rumah aku gak sekarang? Tolong periksa Nayya" Ucapku.

"Periksa Nayya? Nayya hamil lagi?" Tanya nya agak kuat mungkin dia kaget.

"Aku gak tau makanya aku suruh kamu ke sini periksa dia" Jawabku.

"Ada gejala gak kayak hamil sebelumnya? Kayak mual, muntah atau pusing gitu?" Tanya nya.

Aku mengingat-ingat kalau Nayya tidak pernah memperlihatkan tanda-tanda seperti itu.

"Gak ada sih, tapi ini moodnya itu sering berubah-ubah dan juga barusan aku baru ngeh perutnya buncitnya kenceng bukan kayak buncit lemak gitu. Buruan dah ke sini" Ucapku.

"Aku nitip anak-anak aku dulu ke pengasuhnya ya, aku otw sana" Ucapnya.

"Oke makasih ya, hati-hati dijalan Mir. Assalamualaikum" Aku mengakhiri panggilan.

Be A StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang