Rayyan Pov
Ada rasa kasian aku melihat Nayya yang seharian tidak istirahat menjaga Dinda dan Ninda yang sedang sakit. Dinda memang dijaga oleh mama dan Mba Nana tapi dia selalu nyariin Nayya dan Nayya juga selalu mantau dia.
Saat tadi dia ketiduran disamping Ninda ku biarkan saja. Kalau dibangunin nanti dia tidak akan ingat istirahat lagi.
"Apa harus nambah yang bantu-bantu di rumah ya ma?" Aku meminta saran dari mama.
"Kayaknya iya Ray. Kasian Nayya kalau lagi gini kan anak-anak pada sakit yang ngurus rumah cuma bibi. Iya kalau mama dan Mba mu ini sehat bisa bantuin Nayya, kalau kita juga sakit atau gak bisa kasian Nayya kerepotan" Jawab mama.
"Aku diskusi ke Nayya dulu ma mau gaknya nambah art. Takutnya nanti Nayya kesinggung kalau tiba-tiba nambah art tanpa diskusi ke dia" Kataku.
"Ya udah diskusikan besok aja udah larut malam ini. Kamu tidur dikamar kamu apa nemenin Nayya di kamar Ninda?" Tanya mama.
"Aku dikamar Nanda dan Drian ma. Drian kan masih baru banget sembuh takut nanti dia balik demam lagi gak ada yang jaga. Mama jadi nginap kan ya?" Aku bertanya balik.
"Iya mama sama Rara jadi, kalau Nana udah dijemput Rehan tadi jam 10an" Aku menautkan alisku.
Aku tidak dengar ada bunyi mobil masuk ke halaman rumah. Atau mungkin karena jarak halaman depan ke kamar anak-anak jauh jadi gak denger ya.
"Oh Ray gak denger tadi ma. Besok Ray chat Mba Nana bilang makasih udah bantui jagain Dinda" Mama mengangguk dan meninggalkan dapur.
Aku masih didapur dan masih buatkan susu Nanda dan Drian. Mulai sekarang aku biasakan Drian minum susu pakai gelas, dia sudah besar tidak pantas lagi kalau pakai dot.
"Kok yang aku digelas?" Drian heran.
"Udah gede, bentar lagi mau 6 tahun dan masuk SD masa masih pakai dot. Nih abang dulu umur 2 tahun udah gak nenen mama, umur 4 tahun udah gak dot" Aku sedikit memuji Nanda agar Drian termotivasi untuk mengikuti kebaikan Nanda.
Aku memuji bukan untuk membandingkan tapi itu adalah caraku mendidik Drian, karena Drian tipe anak yang akan berusaha baik kalau dibandingkan dengan kakak-kakaknya terutama Nanda.
"Terima kasih pa" Nanda menerima gelasnya.
Drian masih diam dan tak bergerak untuk mengambil gelasnya.
"Gak mau kan ya? Papa bawa ke dapur lagi ya" Aku berbalik.
Belum melangkah Drian sudah menarik ujung bajuku. Matanya berkaca-kaca dan seperti akan menangis.
"Mau susu" Ku berikan gelas berisi susu padanya.
"Contoh abang minumnya biar gak tumpah-tumpah ya" Ucapku.
Drian mengambil pelan gelasnya. Betul diikutinya cara Nanda minum. Nanda meletakkan gelas dia juga letakkan, bahkan Nanda mengelap mulutnya karena kena susu dia ikutan padahal dia tidak celemotan.
Skip Ulang Tahun Drian
Nayya Pov
Tepat hari ini kami semua merayakan ulang tahun putra bungsu kami. Adrian Rayyana Brastiya yang ke 6 tahun.
Kami mengundang beberapa anak tetangga sini untuk acara sore di rumah dan disekolah Drian juga kami adakan syukuran kecil-kecilan.
Dinda dan Ninda juga udah sehat. Mereka sudah masuk sekolah seperti biasa lagi. Hanya saja ninda masih kadang-kadang pulang sekolah kecapekan suhunya naik dan dia akan pusing.
Selesai acara syukuran disekolah Drian kita lanjut untuk pulang ke rumah dan bantu dekor rumah.
Mba Nana, Rara dan aku mendekor ruang tamu dengan gambar kartun Boboiboy. Drian sangat suka karakter ini, sampai-sampai dia minta kamarnya dibuat gambar Boboiboy yang gede.
Tapi Nanda tidak setuju karena dia tidak suka Boboiboy. Nanda malah lebih elegan, dia minta cat kamarnya hitam putih dengan beberapa dekor dinding estetik saja.
Dewasa sekali memang pemikiran putraku yang satu ini, dan yang satu lagi super jahil tapi juga pintar.
"Ra ada rencana mau keluar bentar ga?" Tanyaku sambil lewat ke Rara yang sedang merangkai balon.
"Mau ke rumah temen bentar mba ambil dekor dinding ini" Dia menunjuk dinding.
"Mba mau nitip beli sesuatu tapi nanti aja pas kamu pergi kasih tahu mba, biar mba chat kamu" Rara mengacungkan jempol saja.
Mba Nana disana terlihat sangat antusias memompa balon. Sudah ada beberapa yang pecah karena mungkin sangking semangatnya Mba Nana memompa jadi kegedean balonnya.
"Nah dah kelar. Aku otw dulu mba ya" Kata Rara.
"Ini uangnya, nanti mba chat aja. Kamu hati-hati dijalan jangan ngebut" Ku kasih uang 100 ribu selembar padanya.
"Nitip apaan sih Nay? Secret amat kayaknya sampai mba gak boleh tahu" Goda Mba Nana.
"Ah mba mah. Bukan gitu mba nanti aku ceritain deh" Akhirnya aku mengalah.
Mba Nana memang sudah seperti kakak ku karena apa-apa dia akan selalu melindungi dan membuat jauh para hatters ku.
"Oke deh. Kamu istirahat dulu gih udah pucat banget itu nanti yang ada kamu sakit Rayyan nyalahin kita yang lain" Aku menggeleng saja sambil senyum simpul.
Mas Rayyan pulang agak malam dan artinya tidak bisa menghadiri acara ulang tahun anaknya.
______________________________________
Hai guys sorry ya author jarang cepat upload. Buat yang komentar selalu setiap nunggui updatean aku makasih ya. Kalau gak da kalian cerita ini gak bakal seru.
See u next part, semoga kalian jadi artis tidak sombong denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Short StoryMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah