Part 120

2K 195 12
                                    

Nayya Pov

Aku sudah menunaikan kembali tugasku sebagai seorang istri dari Mas Rayyan. Aku sebenarnya masih ragu apa benar aku istrinya atau bukan, tapi saat dia menyentuhku aku merasa ingin dimasukinya.

Sudah 2 hari sejak kami melakukan itu kembali, sekarang bagian intimku sudah tidak seperih kemaren. Aku sudah bisa berjalan normal dan tidak meringis lagi kalau buang air kecil.

Aku sempat berpikir apa sesakit ini ya pertama kali hubungan intim. Padahal katanya aku sudah melahirkan 4 anak kok bisa-bisanya seperih kemaren.

"Assalamualaikum" Pintu kamar terbuka.

Mas Rayyan datang bersama Anin digendongannya. Anin sangat riang bermain seharian dengan papanya. Karena gak biasa papanya libur dan bisa main dengannya.

Aku memang belum mengingat semuanya tapi aku bahagia dengan keadaanku sekarang. Berada ditengah-tengah keluarga yang damai dan saling menyayangi.

"Mau nenen mama?" Tanya Mas Rayyan ke Anin.

Anin hanya tertawa sambil sesekali mainin air liurnya.

"Jangan main air liur nak, sini nen dulu" Aku mengambil Anin dari gendongan Mas Rayyan.

Tiba-tiba Anin membalikkan badannya ingin kembali digendong Mas Rayyan.

"Astaghfirullah! Pelan-pelan sayang, ayok nen dulu adek belum nenen dari tadi" Ucapku.

Anin tetap tidak mau lepas dari Mas Rayyan, tapi kepalanya mendekat ke arah dadaku.

"Aakk" Ucap Anin melihat ke arah dadaku.

"Ayok sini makanya sama mama kalau mama nenen" Kembali ku ulurkan tangan tapi dia membalikkan badannya memeluk Mas Rayyan.

"Ya udah ah sana minta nenen papa aja" Aku berbalik dan berjalan ke ranjang.

"Aaaa! Aaa!" Anin menangis melihatku duduk diranjang.

"Apa maunya sih nak?" Ucapku mulai kesal.

"Sini kamu duduk" Mas Rayyan mengarahkanku untuk duduk dipinggir ranjang.

"Buka ma" Suruh Mas Rayyan.

"Ah apaan sih mas ada anak juga" Ucapku.

"Buat Anin sayang. Ayok buka" Dengan ragu ku buka satu payudaraku.

Benar saja Anin langsung menghisapnya tapi dengan badan yang masih digendongan Mas Rayyan.

"Eh ini gaya apa nen nya?" Ucapku sambil tertawa.

"Dia mau nenen ke kamu tapi gak mau lepas dari aku, haha" Tawa Mas Rayyan juga.

Aku menikmati menyusui Anin, dia sudah mulai sering menyusu dengan kuat dan terkadang menggigit putingku. Padahal giginya baru mau numbuh 1 dibawah.

"Ssstt!" Ringisku karena Anin sedikit menggigit.

"Jangan digigt sayang nen mamanya" Ucap Mas Rayyan.

"Au!" Anin malah menggigitnya dengan kuat.

"Sakit mas" Aku memegang tangan Mas Rayyan.

"Udah nen nya sakit sayang" Ucapku ke Anin.

Anin tidak mau melepaskan pagutannya dipayudaraku. Dia kembali menyusu seperti biasa. Putingku masih terasa perih akibat digigitnya.

"Mas perih" Aduku ke Mas Rayyan.

Mas Rayyan mengusap bagian payudara ku yang sedang dihisap Anin. Untuk menghilangkan rasa perih mungkin pikirnya.

"Udah mas, udah tidur" Aku melihat Anin yang sudah memejamkan matanya.

Mas Rayyan menarik Anin perlahan tapi dia kembali menghisap putingku dengan kuat.

"Ah! Mas! Mas! Jangan ditarik, dia masih nyusu, taruh aja sini mas" Mas Rayyan menaruh Anin disampingku dan aku kembali menyusui nya.

Rupanya dia masih mau menyusu walaupun sudah tertidur.

Mas Rayyan melihat ke arah Anin yang sedang menyusu.

"Kenapa? Pengen?" Ucapku spontan. Aku juga tidak tahu kenapa bisa tiba-tiba aku bertanya seperti itu.

"Emang boleh? Udah gak sakit?" Tanya Mas Rayyan.

Pipiku seketika terasa panas karena pertanyaannya. Dia mendekat dan tidur disamping Anin sambil masih menatapku.

"Kamu udah ingat aku ma?" Tiba-tiba dia bertanya.

Aku menggeleng pelan.

"Kenapa kamu mau aku jamah kalau kamu belum ingat aku? Bisa saja aku orang jahat kan" Ucapnya.

"Aku percaya kamu suami aku karena bunda dan mama yang membuatku percaya. Tidak mungkin orang seperti bunda dan mama membohongiku. Bunda menyuruhku untuk memenuhi kewajiban sebagai istri karena sudah hampir 3 bulan aku tidak memberikan. Maafin aku ya, bantu aku untuk bisa mengingat kalian" Mas Rayyan mengusap pipiku dengan lembut.

"Kamu itu satu-satunya perempuan dalam hidupku yang aku sangat cintai dan sayangi. Aku gak akan maksa kamu untuk ingat aku, tapi aku akan berusaha buat kamu ingat aku" Dia mengecup pipiku yang diusapnya tadi.

"Terima kasih sudah mau memahami ku mas" Ucapku.

Malam

Malam ini hujan turun rintik-rintik. Tidak terlalu deras dan tidak pula terlalu gerimis. Aku duduk dibalkon sambil memandangi rintik hujan.

"Sayang" Mas Rayyan memelukku dari belakang.

"Eh mas. Anin mana?" Tanyaku.

"Udah tidur ma" Ucapnya.

Tumben Anin tidur tanpa menyusu padaku.

"Dia belum nenen kok udah tidur mas?" Tanyaku ke Mas Rayyan.

Dia berpindah duduk disampingku.

"Kecapekan main sama kakak-kakaknya mungkin jadi ketiduran. Kamu ngapain disini? Dingin loh disini" Ucapnya.

"Aku cuma liat rintik hujan mas. Udah musim hujan kayaknya sering banget hujan soalnya" Jawabku.

Mas Rayyan menggenggam tanganku erat. Ku tatap dia karena aku merasa tanganku digenggam.

"Terima kasih ya sudah mau berusaha mengingat keluarga kita" Ucapnya.

"Mas, aku yang terima kasih karena kalian membantu ku untuk mengingat" Ucapku.

"Aku boleh minta jatah lagi? Boleh ya? Gak sakit lagi kan?" Aku tersipu dengan pertanyaannya.

"Mas apaan sih, kemaren kan udah" Jawabku memalingkan muka.

"Biasanya aku dapat tiap hari loh ma, sekarang aja karena kamu masih pemulihan kita gak tiap hari" Aku malu mendengar ucapannya.

Pantas saja anak kami banyak, rupanya tiap malam buat terus.

"Didalam aja ya, disini dingin" Aku bangun dan berjalan menuju kamar.

"Ini beneran?" Tanya nya tak percaya.

Aku mengangguk pelan sambil membersihkan wajahku didepan meja rias.

Mas Rayyan buru-buru mengunci balkon dan pintu. Karena balkon kami menyatu dengan balkon kamar Dinda dan Ninda sedangkan pintu nanti takutnya Nanda atau Drian masuk.

Dia mulai memelukku dari belakang.

"Bentar ya mas aku bersihin muka dulu, kotor banget ini kayaknya kena debu" Aku mengusapkan kapas basah ke muka. Padahal tidak kemana-mana tapi aku selalu membiasakan membersihkan wajah sebelum tidur.

"Mau kemana?" Tanya nya.

"Aku bersih-bersih dulu mas biar kamu enak nanti mainnya" Entah dari mana kata itu bisa terucap.

"Sayang gak usah bersih-bersih aku suka aroma kamu yang natural" Mas Rayyan menarik tanganku.

"Ih jorok, bau tau. Bentar aku cuci dulu" Ucapku.

Mas Rayyan suka menciumi bagian intimku jadi aku malu kalau intimku bau saat dia ciumi.

"Gak bau, aku suka wangi alami. Langsung aja ya" Dia meminta seperti anak-anak meminta izin mau beli mainan.

"Ya udah" Ucapku.

Kami berdua ke ranjang dan melakukan lagi aktivitas suami istri.

Be A StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang