Autor Pov
Anayya Nadara adalah seorang guru sekolah dasar. Dia mengajar disalah satu sd yang tidak jauh dari rumahnya. Dia tinggal bersama bunda, papa dan seorang adik laki-lakinya. Sehari-harinya Nayya dia kerap disapa pulang pergi mengajar menggunakan mobil. Mobil ini adalah hadiah ulang tahun yang ke 23 dari papanya.
Rayyan Dwi Brastiya adalah seorang dokter disalah satu rumah sakit swasta. Dia seorang dokter anak yang setiap harinya praktek di rumah sakit mulai jam 8 hingga jam 3 siang. Rayyan menjadi ayah sekaligus ibu untuk kedua anaknya dikarenakan sang istri pergi entah kemana meninggalkan dia dan anak-anaknya.
Rayyan sehari-hari menitipkan kedua putrinya dirumah sang ibu. Kedua putrinya itu kurang lebih sudah 3 tahun diurus neneknya. Sang ibu meninggalkan mereka saat sang kakak berumur 2 tahun dan sang adik berumur 2 bulan.
"Pa ayo cepat nanti kakak telat" Pagi yang seperti biasa disambut dengan teriakan dari si kakak dan tangisan dari si adik.
"bentar kak, papa lagi ambil adik dikamar" Rayyan menghampiri anak sulungnya dengan menggandeng anak bungsunya.
"hari ini kakak ada acara disekolah pa jadi harus datang tepat waktu gak boleh telat" ucap si sulung.
"iya papa tau bentar ya papa juga lagi nyiapin bekal adik" jawabnya sambil memasukan beberapa potong roti.
"coba aja ada mama pasti gak lama gini" keluh si sulung.
"udah-udah tuh bekalnya juga sudah ayok berangkat.
Mereka berangkat menuju sekolah sang kakak dan baru ke sekolah si adik yang tidak jauh dari sekolah kakak.
Nayya
Hari ini ada acara disekolah, acaranya gak terlalu besar sih hanya pentas puisi untuk murid kelas 1. Kebetulan aku ngajar dikelas 1 jadi aku ikut andil jadi jurinya di sana.
"Bun, mba pergi dulu ya" Nayya berpamitan dengan bundanya.
"mba nebeng ya, motor Adam lagi ngambek gak mau hidup" Adam adiknya tiba-tiba datang dari luar.
"ya udah ayok, tapi nanti pulang mba gak bisa jemput ya mba ada janji sama temen" Adam mengangguk.
Akhirnya kedua kakak beradik itu pergi meninggalkan rumah.
"nah udah sampai, kakak belajar yang pinter ya jangan nakal" Sang anak mengangguk.
"Kakak masuk dulu ya pa" Rayyan mengangguk dan tersenyum.
Kebetulan saat itu Nayya baru saja sampai dan baru turun dari mobilnya bertemu dengan Dinda anak Rayyan.
"Assalamualaikum selamat pagi Dinda" sapa Nayya.
Dinda tak menengok dan langsung nyelonong masuk ke dalam gedung sekolah. Nayya sebenarnya heran kenapa muridnya satu ini sama sekali tidak mau membalas sapaannya.
Rayyan yang kebetulan belum pergi melihat kejadian dimana Dinda tidak menjawab salam dari gurunya. Merasa tidak enak dengan sikap Dinda Rayyan turun dari mobil dan mengejar Nayya.
"em permisi bu, maaf" Nayya menghentikan langkahnya dan berbalik badan.
"iya pak ada apa?" Rayyan agak terkejut melihat wajah Nayya sampai-sampai dia sedikit melamun.
"em maaf pak ada apa? Kalau tidak ada urusan yang penting boleh saya masuk karena sebentar lagi proses belajar mengajar dimulai" kata Nayya dengan sopan.
"eh iya bu, saya mau minta maaf atas sikap Dinda anak saya tadi yang tidak sopan. Saya harap ibu berkenan memaafkannya" ucap Rayyan.
"oh itu, tidak masalah pak namanya juga anak-anak kadang moodnya suka berubah-ubah" jawab Nayya sambil tersenyum.
"alhamdulillah kalau ibu memaklumi. Maaf sudah mengganggu waktunya saya permisi, assalamualaikum" Rayyan pamit.
"sama-sama, waalaikumussalam" Nayya masuk ke dalam gedung sekolah.
Pulang sekolah
Hari sudah menunjukkan pukul 1 siang dan semua murid sudah banyak yang dijemput orang tuanya. Tapi ada satu orang murid yang belum dijemput. Nayya menghampiri murid tersebut dan ternyata Dinda.
"assalamualaikum Dinda. Eh Dinda kenapa belum pulang?" tanya Nayya sambil tersenyum.
Dinda tidak menjawab dan hanya melirik Nayya sebentar kemudian membuang muka.
"mau bu guru temenin gak nunggu jemputannya?" Nayya kembali mencoba mengajak Dinda bicara.
Dinda menjauh dari Nayya.
"hm gimana ya, bu guru pernah dengar cerita kalau ada anak-anak yang gak mau jawab orang yang nanya nanti bakal ompong giginya" goda Nayya. Dinda tidak tertarik dan hanya menampakan wajah masam.
Tak tega meninggalkan Dinda sendirian disekolah yang sudah sepi, akhirnya Nayya menemaninya tapi dengan menjaga jarak. Dinda sama sekali tidak mau berbicara dengan Nayya, begitulah dikelas Dinda hanya diam saja saat Nayya mengajar padahal kalau kata guru-guru yang lain Dinda termasuk anak yang aktif dan sering menjawab soal dari guru.
Kurang lebih 30 menit Nayya menemani Dinda menunggu jemputan namun, jemputan tersebut tak kunjung datang.
Nayya merasa lapar karena memang tadi disekolah dia tidak sempat makan. Nayya memiliki riwayat penyakit maag dan tidak bisa telat makan.
"hem Dinda kalau ibu tinggal sebentar beli makanan gak papa ya?" tanya Nayya hati-hati. Dinda hanya menoleh sambil kembali membuang muka.
Akibat sakit perut yang tak dia dapat tahan lagi, Nayya meninggalkan Dinda sebentar untuk ke supermarket. Tak lupa dia membelikan Dinda roti juga, dia tau pasti Dinda juga lapar.
Sekembalinya Nayya dia melihat Dinda yang sudah meringkuk dikursi halte. Nayya mendekatinya dan memegang jidat Dinda. Dinda langsung menepis tangan Nayya.
"kamu keringat dingin, laper ya? Ini ibu tadi beliin roti kamu makan ya" sepertinya Dinda juga punya riwayat sakit maag.
Nayya sedih melihat anak sekecil Dinda sudah bisa terkena penyakit maag. Sempat terbesit dipikirannya kalau orang tua Dinda tidak becus Menjaganya.
"Dinda, ibu gak tau kenapa Dinda gak mau ngomong sama ibu dan seperti gak suka sama ibu. Tapi, Dinda harus makan roti ini dulu ya biar perutnya gak tambah sakit. Ibu juga sama sakitnya kayak Dinda, tapi tadi ibu sudah makan rotinya jadi sakitnya berkurang" masih sambil menyodorkan roti ke Dinda.
Dinda tetap tidak mau menerima roti pemberian dari Nayya.
"Dinda kenapa nak?" tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya bersama anak kecil yang lebih muda dari dinda.
"sakit nek" kata Dinda.
"kamu telat makan? Maagnya kambuh lagi kan" wanita itu masih belum melihat Nayya.
"tante, Ninda boleh minta rotinya gak? Buat kak Dinda biar gak sakit perut lagi" Nayya melirik ke anak itu dan memberikan rotinya.
"tadi ibu juga udah ngasih ke kakak kamu tapi dia gak mau terima. Ini kamu yang kasih ya" anak itu tersenyum menerima roti dari Nayya.
"terima kasih tante" Nayya tersenyum.
"maaf bu kalau begitu saya pamit dulu karena Dinda sudah ada yang jemput" wanita paruh baya itu baru menyadari kehadiran Nayya.
"eh iya terima kasih sudah menemai cucu saya" Nayya mengangguk dan tersenyum.
"tante hati-hati ya. Sampai ketemu lagi" Nayya merasa senang dengan sapaan anak itu. Dia merasa seperti Dinda yang menyapanya karena keduanya sangat mirip hanya berbeda dibagian rambut saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be A Stepmother
Short StoryMenjadi ibu sambung dari 2 orang anak yang salah satunya membenci itu tidak mudah