Yuna sudah tiba di Athena palace. Dengan membawa formulir yang ditanda tangani oleh Yoongi, gadis itu berjalan dengan senang hati ke kawasan apartemen mewah itu. Ia berpapasan dengan Jeongsan dan tersenyum padanya.
"Kau mau menemui Im ssaem?" tanyanya ramah, membuat Yuna segera mengangguk. "Tapi aku baru lihat dia pergi tadi. Kau mau menitipkan formulirnya padaku?"
"Tidak perlu. Aku rasa itu cukup merepotkan. Aku akan kembali lagi nanti." Yuna memilih untuk pulang. Lagi pula ia tak sekeras kepala itu untuk belajar dengan idolanya. Ia juga punya guru sendiri yang disarankan oleh Yoongi.
Jeongsan tersenyum sambil menatap punggung gadis itu yang mulai menjauh. Matanya kemudian tertuju pada name tag yang terjatuh di lantai. "Kang Yuna."
Jeongsan menyimpan name tag itu ke saku jas almamaternya. Ia harap bisa bertemu dengan gadis itu untuk mengembalikan name tag tersebut.
"Oppa, apa aku terlalu lama?" tanya Mirae, membuat Jeongsan menggeleng. Mereka mulai melangkah, membuat Naeun memutar malas kedua bola matanya. Hanya Jeongsan dan Mirae yang benar-benar sulit untuk mereka dekati. Pasangan kakak-beradik itu memang berteman dengan mereka. Namun, karena satu dua hal, mereka memilih untuk sedikit menjauh.
Naeun melipat kedua tangan seraya menghentikan langkah. "Aku pastikan kalian berdua benar-benar akan bersatu dengan klub anak-anak Athena."
"Kau menyukai Jeongsan Oppa?" tanya Taeyeon diakhiri dengan decihannya.
"Ani. tebakanmu salah." Naeun berjalan lebih dulu, membuat Taeyeon tersenyum miring. Ia tahu, tatapan tak bisa berbohong dan ia bisa merasakan perasaan Naeun pada Jeongsan.
"Aku akan membuatmu iri padaku," gumamnya kemudian menyusul Naeun. Tak ada pembalasan dendam yang setara selain melakukan hal yang serupa 'kan? Ia masih merasa sangat kesal karena gadis itu terus merebut segalanya darinya. Bahkan Naeun juga dengan berani merebut orang yang ia sayangi.
Keluarga Kim tengah berkumpul di rumah sakit. Mereka masih menunggu kabar soal kondisi tuan Kim yang sedang berjuang untuk keluar dari masa kritisnya. Tatapan tajam mengarah pada Namjoon serta Jeongyeon. Mereka memang menjenguk tuan Kim kemarin. Namun, apa itu artinya ini semua salah mereka?
"Berhenti mencurigaiku. Aku tidak akan mungkin melakukannya," ujar Namjoon kemudian berdiri. "Kau pikir aku akan membunuh Ayah hanya karena yayasan?"
"Mungkin saja 'kan?" ujar Seokjin, membuat Namjoon tersulut emosi. Ia hampir menghadiahi Kakaknya sebuah bogem mentah. Namun, Jeongyeon sudah lebih dulu menahannya. Untung saja ia bisa dengan tepat waktu menahan suaminya.
"Lebih baik kita tunggu kabar baiknya saja. Jangan bertengkar."
"Mungkin saja suamiku benar. Kalian ingin membuat ayah tiada lalu membuat surat wasiat palsu agar semua warisannya bisa atas nama kalian." Bukan Nayeon jika tak memperkeruh suasana. Ia bahkan sampai membuat Namjoon tak bisa menahan diri. Ia tak seegois itu hingga mempermainkan nyawa sang ayah.
"Bisakah kalian tidak meributkan soal warisan? Ayah sedang berjuang dan kalian malah sibuk mengurus warisan. Apa kalian hanya ingin warisan saja?" Dahyun mulai tak bisa mengendalikan diri, membuat Jimin segera menenangkannya. Apalagi Dahyun juga mulai menangis.
Seokjin hanya memutar malas kedua bola matanga lalu kembali duduk. Dahyun memang sangat sensitif. Itulah mengapa Seokjin benar-benar merasa malas jika harus berhadapan dengan Adik bungsunya.
Seorang dokter keluar, membuat mereka segera menghampirinya. "Tuan Kim sudah melewati masa kritisnya."
"Syukurlah," ujar Namjoon. Ia sungguh ingin sang ayah kembali sehat seperti sebelumnya. Ia hanya perlu mencari tahu siapa yang membuat kondisi ayahnya memburuk. Ia yakin, salah satu dari mereka yang melakukan semua ini. Apa lagi jumlah warisan yang akan diturunkan benar-benar sangat besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fanfiction"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...