Suasana meja makan itu terlihat begitu tenang. Tak ada yang bersuara kecuali detingan sendok dan piring yang saling beradu. Sesekali, Dahyun melirik ke kursi kosong yang tak ditempati. Ada rasa rindu yang menggebu di hatinya, berharap sang Ayah bisa segera bergabung dengan mereka.
Dahyun kemudian menoleh saat seseorang menggenggam tangannya. Ia tersenyum untuk memberitahu jika dirinya baik-baik saja sekarang.
"Kau merindukan Ayah?"
Dahyun segera mengangguk. Tentu ia merindukan sang ayah. Apalagi, sudah lama sejak mereka makan bersama. "Apa Ayah akan pulang dengan cepat?"
"Tentu. Perkembangannya sangat bagus. Aku yang mengawasinya langsung 'kan? Jadi, jangan khawatir," jelas pria yang merupakan suaminya itu.
Park Jimin. Menantu keluarga Kim yang mendapat banyak keberuntungan setelah menikahi putri bungsu keluarga itu. Ia langsung menjabat sebagai kepala direktur rumah sakit Jeong. Itulah kenapa sebisa mungkin ia memperlakukan Dahyun dengan sangat baik. Sangat kurang ajar jika ia memperlakukan sang istri dengan buruk saat istrinya memberikan banyak keuntungan untuknya.
"Eomma, aku sedang terburu-buru. Aku harus belajar bersama." Remaja lelaki itu meraih sandwich dengan cepat. Ia kemudian berlari setelah mengambil tasnya, membuat Dahyun hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Dia sangat giat belajar."
"Lagipula, dia akan tetap masuk SMA Jeong 'kan?" Pertanyaan Jimin tentu mengundang tatapan tajam Dahyun. Ia tak pernah mengajarkan Jaehwan untuk menyalahgunakan kekuasaan. Bahkan Dahyun meminta Jaehwan untuk berusaha sendiri agar masuk SMA terbaik.
Meski begitu, selalu ada campur tangan penambahan nilai yang memang dilakukan oleh Taehyung. Terlebih, Taehyung memang menjabat sebagai kepala sekolah untuk SMA Jeong.
Pertemuan para anak-anak Athena selalu dilakukan di aula belajar. Padahal yang sebenarnya mereka lakukan bukanlah belajar. Mereka akan sibuk bermain atau melakukan hal-hal tak berguna lainnya.
Jaehwan menuruni anak tangga, membuat yang lainnya mulai menatap ke atas. Pria itu melambaikan tangan dengan senyumnya. "Kalian tidak akan menungguku?"
"Memangnya kau penting?" tanya seorang gadis yang saat ini tengah fokus membaca novelnya. Bisa dibilang ia-lah yang merupakan pemimpin dari komunitas itu. Sudah jelas, bukan? Siapa dirinya.
"Ey, ayolah Naeun. Kau selalu saja seperti itu."
Naeun beranjak dari duduknya, meletakan buku novel yang tadi ia baca kemudian duduk di meja konferensi. "Karena kalian sudah hadir, bagaimana jika kalian membujuk orang tua kalian untuk les tambahan? Maksudku, kita tetap bisa masuk SMA Jeong 'kan?"
Seseorang memutar malas kedua bola matanya. "Naeun, bisakah kau berhenti memanfaatkan nama orang tuamu?"
"Oppa, kau ...."
"Kau mau mengeluarkanku? Silahkan. Lagipula aku masuk dengan jalur prestasi tahun lalu," ujar Jeongsan. Yap, bisa dibilang ia adalah yang paling berani diantara yang lainnya. Ia tak peduli meski ia bisa saja dikeluarkan dari SMA bergengsi itu. Menurutnya, di mana pun ia sekolah, tetap sama.
Jeongsan sebenarnya tak terlalu berambisi untuk masuk SMA itu. Hanya saja, impian sang Ibu yang pernah terkubur dulu, membuat Jeongsan akhirnya masuk ke SMA tersebut.
"Ck, sudahlah, jangan dengarkan dia," kesal Naeun saat Jeongsan pergi begitu saja. Tak hanya Jeongsan, Mirae yang meruapkan Adiknya juga memilih untuk pergi meninggalkan aula belajar itu.
Mirae menghentikan langkah sang Kakak. Ia kemudian menggeleng, mengatakan secara tak langsung jika pelakuan Jeongsan benar-benar salah. "Oppa, kau benar-benar dalam masalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fanfiction"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...