#44 Murder Again

420 99 6
                                    

"Kau pasti bisa," gumam Jihyo kemudian mengembuskan napas untuk menenangkan diri. Ia lalu menekan bel unit tempat Nayeon tinggal. Kali ini ia takkan ragu. Ia akan katakan jika ia ingin membawa Naeun pergi. Bagaimana pun, gadis itu adalah putrinya.

"Bisa kita bicara sebentar?" tanya Jihyo saat Nayeon tak kunjung membuka pintu. Ia yakin Nayeon pasti takut dengan kedatangannya. "Nayeon-ssi, aku ingin bicara denganmu."

Nayeon membuka pintunya. "Ada apa?"

Jihyo sedikit mendorong Nayeon lalu masuk ke rumahnya. Ia tak peduli meski dikatakan tak sopan. Ia hanya merasa jika tak baik membicarakan soal masa lalu mereka di luar. Apalagi ini menyangkut putri mereka. Jihyo tak sejahat itu dengan membeberkan kejahatan Nayeon.

"Kau sangat tidak sopan."

"Ini soal Naeun," ujar Jihyo yang tentu membuat Nayeon terkejut. Masalahnya, ia bingung dari mana Jihyo tahu soal itu. Namun, ia meyakinkan diri untuk tetap tenang. Ia sudah sangat menyayangi Naeun dan ia tak mau jika harus melepasnya begitu saja.

"Dia membuat masalah? Maafkan aku, dia memang seperti itu karena aku jarang memperhatikannya. Aku terlalu sibuk akhir-akhir ini."

"Kau tidak memperhatikannya karena dia bukan putrimu 'kan?"

Tepat sasaran!

Nayeon sulit untuk berkelit. Itu memang kenyataannya dan ia selalu benci jika ingat bagaimana Naeun masuk dalam hidupnya. Namun, saat tangan mungil itu menggenggam telunjuknya saat itu, Nayeon seperti kehilangan rasa bencinya. Bahkan ia mulai Naeun menyayangi Naeun.

"Apa yang kau katakan? Aku cukup sibuk dengan karirku dan baru beberapa bulan ini aku istirahat karena hamil." Nayeon beranjak untuk mencari dokumen Naeun. Ia tak mau mengembalikan Naeun apa pun yang terjadi.

Nayeon kembali dengan akta kelahiran Naeun kemudian meletakannya di atas meja. "Apa ini masih kurang? Ah ... Aku dengar kau kehilangan bayimu. Bukankah sebaiknya kau tidak menuduh orang lain seperti ini?"

"Diam kau! Aku punya bukti kuat jika Naeun adalah putriku. Aku baru ingat jika malam itu aku melahirkan bayi perempuan kembar. Lampu tiba-tiba mati dan keesokan harinya bayiku dinyatakan tiada dan bayi itu laki-laki. Lalu, Tzuyu mengatakan padaku jika Naeun adalah saudara kembar Yuna yang ditukar dengan bayimu yang tiada. Apa bukti itu masih kurang?"

*
*
*

Jaehwan berjalan santai menuruni anak tangga. Ia sedang ingin berolahraga hingga memilih tangga alih-alih lift. Namun, langkahnya harus terhenti saat mendapati seseorang tergeletak di tangga. Segera ia menghampirinya dan terkejut saat mengetahui siapa pria yang tak sadarkan diri di sana. Ia benar-benar tak percaya dengan luka parah yang dialami pria itu.

"Hyung?" Jaehwan mengedarkan pandangan. Akan sulit meminta bantuan di sana sebab tangga itu merupakan tangga darurat. "Aku akan memanggil ambulans."

Jaehwan mencoba menghubungi rumah sakit. Tangan kirinya menyentuh leher Jeongsan dan bernapas lega saat ia masih merasakan denyut nadi di sana. "Aku yakin kau bisa bertahan."

"Jeongsan?" Seokjin berlari menuruni anak tangga kemudian berlutut. Ia segera menggendong Jeongsan, membuat Jaehwan merasa heran sebab Seokjin tiba-tiba saja muncul.

Apa Paman yang melakukannya? Tangga ini sangat jarang digunakan, batin Jaehwan kemudian membuntuti Seokjin. Alibinya cukup kuat jika Seokjin pelakunya. Tangga darurat hanya dipakai sesekali saja. Rasanya aneh saat Seokjin muncul beberapa saat setelah Jeongsan ditemukan tak sadarkan diri. Ia bahkan sampai menghentikan langkah untuk memikirkannya.

Ah, untuk apa aku menuduh tanpa bukti? batin Jaehwan kemudian melanjutkan langkah.

Tzuyu berjalan santai dengan menenteng kotak paket yang iapesan. Namun, ia menjatuhkan kotak itu saat berpapasan dengan Seokjin yang menggendong putranya. Ia benar-benar terkejut terlebih saat mendapati dahi putranya yang terluka.

Athena✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang