#36 약속

467 109 43
                                        

"Kau harus bebaskan Taehyung, kumohon." Entah sudah berapa kali Nakyung membujuk sang suami. Namun, sampai detik ini permintaanya tak kunjung dikabulkan.

"Bahkan saat dia mencoba melenyapkanmu?"

"Aku bersumpah bukan dia pelakunya. Di sana terlalu gelap dan aku tidak bisa melihat pembunuhnya dengan jelas," jelas Nakyung. Ia hanya bisa melihat mata dari pelakunya. Namun, ia tak yakin siapa pelaku sebenarnya.

Nakyung meraih tangan Hoseok, menatapnya dengan tatapan memohon. "Aku mohon, setidaknya sebelum sidang dilaksanakan. Taehyung bukan pelakunya."

"Bisakah kau berhenti membelanya? Dia hampir membuatmu tiada."

"Taehyung memang bersamaku, tapi bukan dia pelakunya." Nakyung merasa frustrasi sebab Hoseok tak kunjung mempercayainya. Ia bingung harus menjelaskannya seperti apa. Terlebih karena Hoseok terus menerus tak ingin mempercayainya.

"Sidik jarinya ada di pisau itu."

"Dia bukan pelakunya. Orang lain juga ada di sana. Aku melihat bagaimana orang itu memukul kepala Taehyung dan membuatnya tak sadarkan diri," jelas Nakyung. Namun, ia tak kunjung mendapat kepercayaan dari Hoseok. Hingga akhirnya ia nekad untuk melepas infus yang menempel pada tangannya. Ia harus membebaskan Taehyung bagaimana pun caranya. Apalagi Taehyung sama sekali tak bersalah.

Hoseok menghentikan hal nekad yang akan dilakukan Nakyung. "Baiklah, aku akan membebaskan Taehyung, tapi apa kau yakin dia bukan pembunuhnya? Bagaimana jika dia menyuruh seseorang membunuhmu?"

Nakyung memutar malas kedua bola matanya. Jika orang yang menyerangnya adalah suruhan Taehyung, untuk apa orang itu menyakiti Taehyung juga bahkan sampai menyakitinya? "Untuk apa suruhannya menempelkan sidik jari Taehyung? Aku yakin seseorang telah merencanakan ini. Bisakah kau percaya padaku?!"

Hoseok menghela napas. "Baiklah, kau bisa bersaksi pada polisi agar Taehyung dibebaskan, tapi aku takkan tinggal diam jika dia adalah pelakunya."

Nakyung mengangguk lalu meraih tangan Hoseok. "Aku yakin. Bahkan sangat yakin jika dia tidak bersalah."










Yuna merasa ragu untuk masuk ke ruangan Namjoon. Namun, ia perlu berbicara dengannya untuk mengetahui tempat tinggal Junseo. Ia merasa jika ia harus menjenguknya.

"Oh? Kang Yuna?" tanya Chaeyoung, membuat Yuna segera tersenyum. "Kenapa kau ada di sini?"

"Apa Pak Namjoon ada di dalam? Aku perlu menemuinya," ujar Yuna, membuat Chaeyoung tersenyum lalu mengangguk. "Terima kasih, ssaem, aku harus segera menemuinya."

Yuna melangkah masuk, merasa takjub dengan rapinya ruangan itu. Ia lantas tersenyum saat mendapati Namjoon sibuk membaca sesuatu di sofa.

Atensi Namjoon segera teralihkan, membuatnya mempersilahkan gadis itu untuk duduk di hadapannya.

"Ada yang bisa kubantu?" Namjoon meletakan dokumen itu, membuat Yuna mengangguk.

"Apa aku boleh mencari tahu soal Junseo? Dia sudah tidak masuk selama lima hari. Aku sangat khawatir padanya."

Mendengar pernyataan Yuna, tentu membuat Namjoon sedikit tersentuh. Selama ini Junseo selalu mengeluh jika ia tak punya teman di sekolah. Namun, kali ini Yuna benar-benar menjadi temannya.

"Aku dengar dia dirawat di rumah sakit. Kau mau menjenguknya?"

"Rumah sakit? Apa sakitnya parah?"

Namjoon beranjak lalu meriah sebuah kertas yang ada di meja kerjanya. Selanjutnya, ia memberikan kertas itu pada Yuna. "Ini alamatnya. Ayahnya mengatakan jika dia jatuh dari tangga dan benturan di kepalanya membuat dia belum membuka mata."

Athena✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang