#42 Eomma

467 96 30
                                    

Nayeon terus berjalan bolak-balik. Ia sungguh takut jika Jihyo sampai membawa Naeun. Mereka memang bersaing di masa lalu. Namun, Nayeon sudah telanjur menyayangi Naeun terlepas dari siapa Ibu kandung dari putrinya itu.

Suara pintu terbuka membuat Nayeon segera menoleh, mendapati sang suami dengan kondisi berantakan; dasi yang tak lagi di tempatnya, rambut berantakan, dan sebotol minuman keras di tangan. Nayeon segera menghampiri pria itu kemudian menopang tubuhnya agar tak jatuh.

Akhir-akhir ini Seokjin memang selalu seperti ini. Bahkan membuat Nayeon khawatir karena selalu pulang dalam keadaan mabuk. Ia yakin suaminya tengah menghadapi masalah besar hingga berakhiran seperti ini.

Nayeon membopong tubuh suaminya ke sofa. Ia membukakan jas Seokjin kemudian mengambil botol itu dari tangan suaminya.

Nayeon mengibaskan tangan di depan hidungnya saat aroma minuman keras mulai menusuk hidung. Gejolak tak nyaman itu mulai Nayeon rasakan sebelum akhirnya memutuskan untuk sedikit menjauh.

Nayeon hanya bisa menatap Seokjin sedih karena tak bisa membantu. Kehamilan membuat Nayeon terlalu sensitif dengan aroma menyengat di sekitarnya. Itulah kenapa Nayeon putuskan untuk memibta bantuan saja. Ia tak mungkin mengurus suaminya sendiri dalam kondisinya saat ini. Yang ada ia akan muntah nantinya.

"Kenapa kau terus menggangguku dengan pertanyaanmu? Aku sudah bilang Naeun putriku."

Nayeon mengerutkan dahi saat mendengar ucapan Seokjin. Ia menggeser duduknya. "Kau mengatakan sesuatu?"

Kali ini Seokjin tak menjawab. Ia menutup mata dan mulai tertidur pulas. Satu hal yang pasti, Nayeon cukup bingung kenapa Seokjin mengatakan itu saat mabuk. Padahal selama ini tak ada yang bertanya soal siapa Naeun sebenarnya.

Apa seseorang tahu kebenarannya? batin Nayeon.









Jimin tersenyum kemudian menyelimuti istri juga putranya yang kini sama-sama tertidur di sofa. Selama beberapa hari ini Jaehwan tinggal bersama Mina. Itulah kenapa Dahyun dan Jaehwan berakhiran tidur di sofa.

Jimin tahu Dahyun pasti sangat merindukan putranya. Apalagi Jaehwan sudah bersama mereka dari lahir.

Jimin merasa senang saat Jaehwan dengan senang hati mengunjungi Dahyun. Bahkan Jaehwan mengatakan jika ia akan tinggal di sana selama seminggu. Tentu saja hal ini membuat Dahyun merasa sangat senang hingga lupa waktu dan bicara dengan Jaehwan hingga larut. Untung saja hari ini Jaehwan libur.

Jimin melangkah menuju dapur. Ia harus memasak sarapan sambil menunggu Dahyun juga Jaehwan bangun. Ia tak mungkin membangunkan Dahyun hanya untuk memasak sarapan.

Jimin meraih pisau juga sayuran di kulkas. Ia putuskan untuk memasak sup ayam sebab Dahyun sangat menyukainya akhir-akhir ini. Lalu, ia akan membuat tteobokki kesukaan Jaehwan sebagai rasa terima kasihnya sebab putranya bisa dengan dewasa memutuskan untuk tak menyakiti salah satu dari kedua wanita yang ia sayangi.

Jaehwan membuka matanya. Dengan perlahan, ia memindahkan tangan sang Ibu agar tak terbangun. Selanjutnya, ia bergegas menuju dapur untuk menghampiri sang Ayah.

"Apa Eomma sudah bangun?" tanya Jimin, membuat Jaehwan menggeleng.

"Aku yakin Eomma pasti bangun lebih siang nanti. Dia menangis semalam." Jaehwan menuangkan air ke gelas kemudian menegaknya. Selanjutnya, ia mengambil alih pisau yang Jimin pegang. "Boleh aku membantu?"

"Tentu saja."

Jaehwanie, andai dulu Eommamu tidak melakukan kesalahan, mungkin hidupmu takkan serumit ini, batin Jimin.

Athena✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang