#32 Penebusan Dosa

487 108 15
                                    

Yoongi tersenyum menang saat namanya yang memenangkan tender kali ini. Ia memang sudah sangat yakin bisa memenangkannya. Menurutnya, memenangkan lelang tanah adalah hal yang terlalu mudah. Ia selalu punya patokan harga pas yang tak bisa dikalahkan oleh orang lain.

"Apa kau cukup kecewa?" tanya Yoongi. Namun, hal ini hanya membuat Seokjin memasang wajah datarnya. Ia sedang malas berdebat atau apa pun itu. Lagi pula ia tak sedang berencana membangun apartemen lagi. Apalagi Athena sudah mulai berkembang.

"Sedikit, tapi aku tak terlalu memikirkannya," ujar Seokjin. Ia lantas meninggalkan tempat itu untuk menemui mantan sekertaris sang Ayah. Ia yakin masih banyak hal tersembunyi yang tak ia ketahui.

Yoongi memudarkan senyumnya. Ia merasa jika senyumnya terlalu mahal untuk ditunjukan dihadapan Seokjin. Ia pastikan Seokjin akan benar-benar jatuh bagaimana pun caranya. "Jihyo, aku akan pastikan Nayeon merasakan apa yang sebelumnya kau rasakan."

Yoongi benar-benar tak akan mudah membuka pintu maaf. Terlebih setelah hal yang sudah Nayeon lakukan sebelumnya. Ia akan senang saat kesuksesan Nayeon akan digantikan oleh Jihyo. Lagi pula Jihyo lebih pantas mendapatkannya.

"Tuan, aku sudah dapatkan hasilnya," ujar sekertaris Yoongi sambil memberikan sebuah amplop.

"Terima kasih." Yoongi membuka amplop itu, mengerutkan dahi saat membaca satu demi satu kalimat yang ada di sana. Namun, detik berikutnya ia tersenyum sambil meletakan surat itu. "Aku tidak akan pergi ke kantor. Antar aku pulang."






Namjoon mengusap halus tangan Junseo. Ia pikir putranya akan segera membuka mata. Ternyata tidak. Ia bahkan belum pulang dan mengatakan pada Jeongyeon jika ia sibuk di kantor.

"Junseo-ya, Appa benar-benar menunggumu. Kali ini Appa akan membawamu pulang." Namjoon memang belum siap memberitahu semuanya soal Junseo. Namun, kejadian ini ia anggap sebagai sebuah teguran karena tak kunjung mengakui Junseo sebagai putranya. Padahal dalam setiap dokumen yang ada, Junseo terdaftar sebagai putra keluarga Kim.

Namjoon menatap mesin itu. Ia harap takkan ada garis lurus di sana. Ia sungguh takut jika benar-benar kehilangan putranya. Terlebih ia tak pernah bisa menghabiskan waktu bersama Junseo. "Appa janji akan menebus semua kesalahan Appa padamu. Tolong buka matamu."

Namjoon merasa sangat bersalah karena Junseo mungkin tak pernah mendapat kasih sayang orang tuanya. Meski mantan sekertarisnya merawat Junseo dengan baik, tetap saja ia yakin kasih sayangnya akan terasa berbeda.

Namjoon menyeka air matanya saat melihat Junseo juga mengeluarkan air mata. Ia yakin Junseo bisa mendengarnya dengan sangat baik. Itulah kenapa sejak kemarin Namjoon terus mengajak Junseo bicara.

"Jangan menangis, eoh? Kau hanya akan membuat Appa menangis." Namjoon tersenyum sambil menyeka air mata Junseo. "Appa janji akan mempertemukanmu dengan Eomma. Kau bisa memeluknya dengan puas, tapi kau harus membuka matamu dulu."

Junseo, mungkin ini memang saatnya kau dikenal dengan nama Kim Junseo, batin Namjoon. Memang selama ini Junseo lebih sering menggunakan dokumen atas nama sekertaris Park. Namun, Junseo tetap punya dokumen dengan marga Kim. Bahkan seluruh aset yang dimiliki Namjoon telah dipindahkan menjadi atas nama Junseo.

Usapan di bahu, membuat Namjoon menoleh. Ia pikir Seokjin atau Dahyun. Ternyata Taehyung yang kini tersenyum sambil memberikan sebungkus makanan padanya.

"Junseo akan sedih jika kau tidak makan. Makanlah," ujar Taehyung, membuat Namjoon segera menerimanya.

"Terima kasih."

"Ah ya, soal yang menyekap mereka, kembaran Eomma yang melakukannya. Dia tahu soal Junseo dan itu alasannya menyerang putramu juga mantan sekertarismu. Lalu soal mantan sekertaris Ayah, dia disiksa karena tak memberitahu soal Eomma."

Athena✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang