#6 About Second

667 135 32
                                    

Taehyung membanting tubuhnya ke sofa. Ia menghela napas berat, membuat sang istri mengernyitkan dahi. "Selalu saja Jin Hyung. Sana, apa aku bukan putra Ayah?"

Sana terkekeh mendengar pertanyaan dari Taehyung. Ia kemudian menyesap teh hangat yang ia bawa bersamanya.

"Kau masih bisa minum teh saat suamimu sedang kesal?"

Sana meletakan cangkir serta piring kecil dengan sangat hati-hati ke atas meja. "Lalu aku harus merasa kesal juga? Lagi pula, untuk saat ini lebih baik lupakan soal warisan itu."

Taehyung mencebik. Bagaimana bisa ia melupakan soal hal itu? Apa lagi ia juga termasuk putra keluarga Kim. "Sana, menurutmu siapa yang akan dapat?"

"Oppa sudah jadi kepala sekolah 'kan?"

"Lalu membiarkan Jin Hyung mendapat segalanya? Aku tahu, aku bukan anak pertama, tapi aku memberikan putra 'kan?" tanya Taehyung. Tentu hal ini membuat Sana menatapnya tak setuju. Bagaimana tidak? Sana yang melahirkan Taemin dan Taeyeon. Bagaimana bisa Taehyung mengatakan jika hanya dirinya yang memberikan putra untuk keluarga Kim? "M-maksudku, kau juga."

"Mungkin jika Hanjun tidak meninggal, Namjoon Oppa yang akan mendapatkannya. Hanjun cucu pertama keluarga Kim 'kan?"

Taehyung menghela napas. Ia meraih cangkir milik Sana lalu menyesap teh tersebut. "Rasanya jadi lebih manis."

Sana mendorong pelan Taehyung. Sungguh, pria itu memiliki mulut yang terlalu manis. "Ye, ye, kau sangat bisa mengalihkan pembicaraan. Aku harus memasak makan siang."

Taehyung tersenyum miring saat Sana beranjak. Ia menoleh, menatap sang istri sebelum kembali menyesap teh itu. "Keluargaku cukup mengerikan rupanya," gumam Taehyung kemudian menyandarkan tubuhnya. Ia menatap lurus ke arah jendela besar di hadapannya.

"Sana-ya, aku ingin membantumu memasak." Taehyung beranjak. Mungkin hanya pria ini yang bersikap murni? Entahlah, tak ada yang tahu.







Yoongi meletakan dokumen di hadapan Jihyo. Ia kemudian melipat kedua tangan sambil memasang wajah serius. "Kau tidak perlu menerimanya jika terpaksa."

Demi Yuna. Ya, itulah yang terus Jihyo gumamkan dalam hati. Ia tak peduli pada ucapan keluarga mantan suaminya nanti. Toh, mereka memang sudah bercerai bahkan sebelum Yuna lahir dan hanya Yoongi yang berada di sampingnya saat itu.

Sudah puluhan kali Yoongi mengajaknya menikah. Pria itu terus mengatakan jika ia tak masalah meski Yuna bukan darah dagingnya. Ini mungkin sudah yang ke sekian kalinya Yoongi mengajak Jihyo menikah.

"Kau merasa cukup dengan poin-poinnya?" tanya pria Min itu. Hal ini tentunya membuat Jihyo mengangguk. Yoongi juga sebenarnya tak punya pilihan selain mengajukan sebuah kontrak pada Jihyo. Ia hanya ingin Jihyo menerima semua bantuannya dengan senang hati. Ditambah lagi dengan Yuna yang sudah sangat ia sayangi melebihi apa pun.

Jihyo meraih pulpen kemudian membubuhi tanda tangan pada akhir dokumen itu. Ia tak punya tujuan selain membahagiakan putri semata wayangnya. Apa pun pasti akan ia lakukan untuk Yuna. Termasuk menyetujui soal pernikahan kontrak bersama Yoongi.

"Padahal tanpa kontrak juga tidak apa-apa," gumam Yoongi. Menurutnya, ini cukup merepotkan. Terlebih semuanya akan sama saja meski tanpa kontrak.

"Kau bahkan tidak pergi setelah yang sebelumnya terjadi?"

Yoongi menggeleng sambil memasukan dokumen itu ke dalam map. "Aku sangat menyayangi Yuna. Dia benar-benar seperti putriku. Aku selalu menemuinya. Bahkan aku menjadi orang kedua yang menemuinya saat ia lahir."

Athena✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang