Ruang tertutup itu kembali mempertemukan Kim bersaudara. Nampaknya persoalan keluarg mereka masih belum terlihat titik temunya.
Taehyung meletakan buku catatan yang ia temukan itu di atas meja. Ia lantas duduk di kursi lalu menatap satu persatu saudaranya, menunggu reaksi apa yang akan mereka tunjukan. Namun, semuanya sia-sia karena mereka juga sama bingungnya dengan Taehyung.
Dahyun meraih buku itu, membuat yang lainnya mengerutkan dahi. Terlebih wanita itu membuka bukunya dengan santai.
Taehyung membulatkan mata. Ia baru sadar, inisial itu persis dengan nama sang Adik.
Pria itu menggenggam kuat tangan Dahyun, membuat sang Adik segera menatapnya.
"Kau curiga padaku? Bisakah kau mengurangi rasa curigamu pada orang lain? Kita tak tahu siapa yang membantunya. Bisa saja kau 'kan?" tanya Dahyun dengan santai. Ia menyeringai saat Taehyung hanya terdiam. "Lihat? Masih belum ada kepastian soal itu. Jadi, jangan mencurigai siapa pun yang ada di depan matamu tanpa bukti."
Dahyun sepertinya sudah geram pada Taehyung. Jika terus seperti ini, ia yakin korban lain bisa saja jatuh.
"Tidak perlu bertengkar. Aku rasa ini punya petunjuk besar untuk menemukan orang itu." Namjoon mencoba mengingat. Namun, ia merasa tak pernah mendengar Nakyung menceritakan sesuatu. "Taehyung, Nakyung pernah mengatakan sesuatu? Maksudku, soal putra bibi Dalmi. Mungkin dia tahu sesuatu."
Taehyung menggeleng. Bahkan ia tak mendengar apa pun soal itu. Hanya sebuah foto yang ia temukan. Selebihnya ia tak tahu. "Aku hanya menemukan sebuah foto."
"Bisa kulihat?"
Taehyung merogoh sakunya. Selanjutnya, ia mencari hasil foto yang ia ambil kemudian menunjukannya. "Aku hanya menemukan foto ini, tapi, apa kalian tidak mencurigai Nakyung?"
"Ck, kau mulai lagi," ujar Dahyun.
Naeun terus memainkan jari tangan. Hatinya berdegup kala menunggu namanya terpanggil. Ia harap semuanya berjalan baik.
Tangan seseorang menggenggam tangannya, membuat gadis itu mulai menoleh. Senyum hangat itu langsung menyambut tatapan Naeun, membuat rasa takut sebelumnya sirna.
"Apa kau takut?"
Naeun menggeleng. Ia memang takut. Namun, ia tak ingin memperlihatkannya. "Tidak."
"Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja."
Naeun tersenyum kaku. Ini sungguh pertama kalinya ia melihat sang Ayah tersenyum. Dari awal kedatangannya, Yoongi hanya memasang wajah dingin dan tak bicara padanya. Namun, kali ini pria itu mengantarnya kontrol.
"Yuna juga pernah seperti ini, aku yakin kau bisa melewatinya," ujar Yoongi. Ia jadi ingat saat Yuna kecil harus berjuang untuk hidupnya sendiri. Seharusnya ia sadar dari awal soal hubungannya dengan Yuna. Terlebih karena sumsum tulang belakangnya yang cocok dengan gadis itu. Andai ia sadar akan hal itu, ia pasti menjaga Yuna dengan baik meski selama ini ia memang menyayangi gadis itu.
"Benarkah?"
Yoongi mengangguk. "Mungkin kalian sakit secara bersamaan. Yuna juga pernah mengalami hal yang sama saat masih kecil."
Alasan terbesar Yoongi selalu menyayangi Yuna adalah karena penyakit yang pernah dideritanya. Bahkan ia tak peduli meski Jihyo terus mengatakan agar menjauhi putrinya. Ia tetap menjaga dan membahagiakan gadis itu.
Yoongi menggenggam tangan Naeun lalu tersenyum. "Selama ini kau berjuang melawan segala rasa takutmu 'kan? Sekarang kau harus lebih berani lagi untuk hidupmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fanfiction"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...
