Bogem mentah itu mendarat begitu saja ke wajah tampan Hoseok. Namun, pria itu justru menyeringai saat mendapati darah pada jarinya setelah ia menyentuh sudut bibir.
"Kau membantu Bibi Dalmi?" tanya Taehyung sambil mencengkram kuat kerah Hoseok, membuat pria itu menyeringai. "Apa kau juga orang yang menyuruh Jaewook? Jawab aku!"
Hoseok melepas cengkraman tangan Taehyung lalu merapikan kembali jasnya. "Jika aku memang yang melakukannya kenapa? Dia sudah mengkhianatiku. Bukankah sebaiknya dia mati saja?"
"Dia istrimu!"
"Dia saja tidak menganggapku, untuk apa?" tanya Hoseok santai. Hal ini tentu membuat Taehyung kembali memberikan bogem mentah pada wajah pria itu hingga Hoseok tersungkur.
"Kau sangat menjijikan dengan membuat Jaewook melakukan hal keji." Taehyung menginjak tangan pria itu hingga membuatnya meringis. "Kau pura-pura polos untuk menjatuhkan keluarga Kim 'kan? Maka aku akan jatuhkan dirimu sampai kau tak tahu lagi bagaimana cara menggunakan tanganmu. Mau kupatahkan tanganmu atau kau menjawab segala pertanyaanku dengan jujur?"
"Ba-baiklah." Hoseok menahan rasa sakit sebab Taehyung terus menginjak telapak tangannya.
"Apa kau membantu Bibi Dalmi?"
"Aku?" Hoseok terkekeh mendengar pertanyaan Taehyung. "Menurutmu aku membantunya? Untuk apa? Ah, kau membuat tanganku mati rasa hanya karena bualanmu."
Hoseok melangkah pergi. Namun, pria itu menepuk bahu Taehyung beberapa kali sebelum kembali melangkah.
Apa itu artinya permintaan tolong? Dia dalam bahaya? batin Taehyung. Ia mengacak rambutnya, bingung dengan apa yang tengah terjadi. Jika benar Hoseok tak bekerja sama dengan Dalmi, lalu kenapa pria itu berniat untuk menjatuhkannya?
Jadi siapa putra Bibi Dalmi yang sebenarnya? batin Taehyung.
Nayeon terus menyeka air matanya sambil melipat satu persatu pakaian Naeun lalu memasukannya ke koper. Ia tahu apa pun yang ia ambil pasti harus dikembalikan. Namun, ia sangat sedih jika harus melepas Naeun yang selama ini sudah menemaninya.
Seokjin tersenyum lalu duduk di samping Nayeon. "Kau bisa menemuinya kapan pun 'kan?"
"Aku takut."
Seokjin tersenyum lalu meraih tangan Nayeon. Ia juga mengusap perlahan punggung tangan istrinya. "Percayalah padaku. Kali ini tidak akan ada lagi hal buruk. Aku akan menjagamu."
Nayeon takut jika hal yang sebelumnya terjadi lagi. Kali ini ia memang tak disibukkan dengan karir menyanyinya karena Seokjin memintanya untuk istirahat. Namun, ketakutan itu terus saja menghantui Nayeon. Terlebih ia takkan punya Naeun yang mengobati rasa sedihnya lagi.
"Ini demi kesembuhan Naeun. Sebelumnya aku tidak bisa menolongnya karena sumsum tulang belakangku tidak cocok dengan Naeun."
Nayeon menyandarkan kepalanya di bahu Seokjin. "Apa kali ini semuanya akan berjalan baik?"
"Tentu. Kau hanya perlu menjaga bayi kita dengan baik. Jangan pikirkan apa pun. Mau menemui bayi kita? Jihyo-ssi memberitahuku soal Yunseong. Setelahnya kita ke dokter." Sebisa mungkin Seokjin pasti membahagiakan Nayeon. Meski masih dalam kondisi kalut soal masalah keluarganya, ia harap hal itu tak memengaruhi Nayeon. Kali ini ia takkan biarkan bayinya hilang lagi.
"Dia pasti akan kesal jika aku menemuinya."
"Aku rasa tidak. Dia sangat merindukan Ibunya. Ayo."
*
*
*Yuna tersenyum setelah meletakan setangkai bunga pada laci abu milik Jeongsan. "Semalam kau masuk ke dalam mimpiku. Apa aku terlalu merindukanmu?"
Memang kedekatan mereka belum berlangsung lama. Namun, Yuna merasa sangat kehilangan sosok Jeongsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fanfiction"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...