#11 Please Don't Go

614 124 45
                                    

"Tolong jangan biarkan dia masuk, kumohon." Jeongyeon menangis sambil menggenggam tangan Jihyo. Ia memohon agar Jihyo tak membiarkan Namjoon masuk.

"Dia suamimu 'kan?"

"Aku tidak mau bayiku lenyap lagi. Aku mohon." Jeongyeon tak ingin mendengar penjelasan apa pun dari Namjoon. Menurutnya, semua yang terjadi sudah sangat jelas dan Namjoon adalah pembunuh Hanjun.

"Baiklah, lebih baik sekarang kau tenang. Aku tidak akan membiarkannya masuk." Jihyo memberikan segelas air agar Jeongyeon bisa lebih tenang. Ia merasa jika luka Jeongyeon benar-benar sama sepertinya. Hanya saja, Yunseong tiada karena Tuhan yang mengajaknya untuk kembali pulang. Ia yakin, Jeongyeon lebih terluka karena melihat pembunuh anaknya ada di sekitarnya.

Jihyo mengusap bahu Jeongyeon sambil tersenyum. "Untuk sekarang lebih baik kau beristirahat."

Jihyo meraih tas selempang hitamnya. Selanjutnya, ia melangkah keluar untuk menemui Yoongi serta Yuna. Ia juga perlu memberitahu suami Jeongyeon jika saat ini wanita itu tak mau menemuinya.

"Apa Anda tuan Namjoon?"

"Bagaimana kondisinya? Apa dia baik-baik saja?"

Jihyo tersenyum kemudian mengangguk. "Dia baik-baik saja. Tolong jangan temui dia dulu. Dia terlihat sangat stres."

Namjoon mengusap kasar wajahnya. Meski kondisinya sangat genting, ia tak akan mungkin memberitahu segalanya pada Jeongyeon. Ia masih takut dan ragu untuk melakukannya. Ia hanya akan menunggu waktu yang tepat untuk menjelaskan semua.

"Baiklah, kalau begitu aku permisi." Jihyo melangkah pergi, diikuti oleh Yoongi serta Yuna.

"Eomma, apa yang terjadi?"

"Yuna, tidak semua hal bisa kau cari tahu. Kau tidak perlu tahu apa yang terjadi," jelas Jihyo sambil mengusap pucuk kepala Yuna. Ia tak mungkin menceritakan soal Jeongyeon. Terlebih ini soal pembunuhan.

Mungkin jika Jeongyeon mengizinkan, Jihyo pasti dengan senang hati membantu. Namun, Jeongyeon mengatakan untuk merahasiakan semua ini.

"Eomma, hari ini aku ingin menginap di rumah paman Yoongi ya? Aku ingin bertemu Dal."



Taehyung sudah berada di kantor sang Ayah. Ia menggunakan kecerdasannya untuk menembus sistem keamanan di sana.

"Aku harus mencarinya sampai dapat," gumam Taehyung. Ia terus mencari dokumen itu sambil memeriksa keadaan. Ia tak mau jika harus tertangkap basah saat belum memulai apa pun.

Taehyung mencari di setiap laci bahkan sudut lemari. Namun, ia tetap tak menemukan dokumen aslinya. Ia sungguh penasaran nama siapa yang seharusnya mengisi posisi itu. Andai saat itu ia tak gegabah, mungkin ia akan menerima dokumen yang asli. Namun, sang ayah justru memberikan kartu memori padanya.

"Apa kartu memori itu ada hubungannya? Mana mungkin. Bahkan kartu memori itu sepertinya hanya berisi beberapa catatan perusahaan saja," gumam Taehyung kemudian mencebik. Ia memutuskan untuk duduk sebentar dan menjernihkan pikirannya.

"Jika bukan di sini, di mana mereka menyembunyikannya? Kantor Jin Hyung? Kantor Eomma? Kantor yayasan? Atau rumah sakit?" Taehyung mengacak rambutnya frustrasi. "Argh, apa sesulit ini memecahkan siasat mereka? Aku yakin mereka tidak seprofesional itu."

Taehyung merapikan setiap dokumen yang tadi ia lihat. Ia hanya harus membuat kantor itu seperti semula agar tak ada yang curiga. Hingga ia menemukan sebuah dokumen telah terkoyak. Ia mengernyit sebelum akhirnya tersenyum. "Jadi, mereka benar-benar melakukan pemalsuan? Astaga, keluargaku sungguh menyeramkan."

Athena✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang