Namjoon segera mendekat saat melihat putranya membuka mata. Ia segera menggenggam tangan Junseo lalu menghubungi dokter melalui telepon. Ia sungguh bersyukur karena pada akhirnya Junseo membuka mata.
"Appa."
Samar Namjoon melihat Junseo tersenyum. Hal ini tentu membuat Namjoon menitikan air mata. "Jangan bicara dulu, eoh? Kau bisa bicara pada Appa nanti."
Sudah cukup.
Namjoon tak ingin menyembunyikan Junseo lagi. Ia tak mau mempertaruhkan lagi nyawa sang putra hanya untuk kepentingan keluarga Kim. Sudah cukup ia membiarkan Junseo hidup jauh darinya. Ia akan pastikan masalah keluarga Kim bisa selesai meski Junseo ada di dekatnya.
Namjoon mengembuskan napas lalu menyandarkan kepalanya di dinding. Ia benar-benar pusing dengan kekacauan yang terjadi saat ini. Padahal hanya tinggal satu langkah untuk membongkar kebusukan Dalmi. Namun, semuanya tiba-tiba berantakan saat Junseo serta mantan asisten sang Ayah juga mantan asistennya ditemukan terluka di ruang bawah tanah.
Namjoon beranjak saat dokter itu keluar dari ruang rawat Junseo. "Bagaimana keadaannya?"
"Tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Dia sudah baik-baik saja sekarang. Hanya, saat ini ia harus benar-benar istirahat," ujar dokter tersebut membuat Namjoon segera tersenyum dan berterima kasih. Kini langkahnya terasa ringan. Ia tak lagi merasa terpikirkan oleh kondisi Junseo. Ia harap kondisi Junseo akan berangsur membaik agar ia bisa mempersatukan Kim bersaudara yang telanjur terpecah sekarang.
Namjoon meraih tangan Junseo lalu duduk di kursi samping brankar putranya. "Cepatlah sembuh, Appa akan membawamu pulang nanti."
Junseo tersenyum kemudian mengangguk. Ia terlalu lemas untuk bicara. Namun, dengan adanya Namjoon di sana, pikiran buruknya soal sang Ayah benar-benar salah. Ia mengerti inilah alasan sang Ayah menyembunyikannya selama ini. Ayahnya tak mau jika ia terluka.
"Istirahatlah, Appa tidak akan meninggalkanmu." Namjoon menyelimuti Junseo sebatas bahu--sesuatu yang tak pernah bisa ia lakukan. Ia bersyukur karena bisa melakukannya.
Nakyung membanting tangan Taehyung. Ia sudah sangat kesal dan pria Kim itu justru terus mengejarnya dengan alasan sebuah penjelasan. Mana mungkin Nakyung mau mendengarkan penjelasan dari pria yang menjebloskan putranya ke penjara.
"Bisakah kau berhenti mengikutiku?! Apa mengirim Jaewook ke penjara belum cukup untukmu?!"
Taehyung segera menarik Nakyung ke dalam dekapannya. Ia tak peduli meski kembarannya itu terus memukulinya sambil berteriak. Ia tahu ini semua pasti mengguncang Nakyung. Namun, Taehyung punya alasan untuk melakukannya. Ia tak mau Kim bersaudara semakin terpecah hanya karena percikan-percikan kecil dari Dalmi.
"Tenanglah, aku melakukan ini agar Jaewook bisa aman. Aku percaya dia bukan pelakunya," jelas Taehyung, membuat Nakyung mulai tenang. Namun, ia tetap tak mau percaya pada Taehyung.
"Kau bermuka dua! Aku yakin konspirasi yang terjadi semuanya sudah diatur olehmu. Iya 'kan?!" Nakyung mencengkram kuat jas Taehyung. "Jawab aku. JAWAB AKU!"
Teriakan Nakyung tentu membuat keduanya menjadi pusat perhatian. Terlebih karena mereka berdua sudah tiba di Athena.
"Shh, itulah kenapa aku memintamu untuk mendengarkanku. Mau kujelaskan?" tanya Taehyung dengan lembut. Membentak wanita bukanlah kepribadiannya. Ia bahkan berusaha menahan amarahnya dan tetap tenang untuk menghadapi Nakyung.
Taehyung menarik Nakyung ke unitnya. Ia juga meminta Nakyung mematikan ponsel sebelum masuk karena bisa saja ada aplikasi penyadap di ponsel Nakyung. Ia melakukan ini karena semalam ia menemukan aplikasi penyadap di ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fanfic"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...