"Andwae, andwae ...." Lirihan itu terdengar memilukan. Bagaimana tidak? Untuk saat ini Nayeon sungguh tak mengharapkan apa pun selain Seokjin. Bahkan ia sama sekali tak bahagia saat mendapati kabar yang seharusnya membuat ia sangat gembira.
Dengan pikiran kacau, Nayeon memilih dokter untuk ke rumahnya. Ia hanya berniat mengetahui apa yang membuatnya sakit. Namun, ia justru mendapat hal yang lain.
"Nayeon-ah, kau akan terus menangis? Bukankah seharusnya kau senang?" Seokjin berusaha menarik selimut Nayeon. Namun, istrinya menahan selimut itu kuat-kuat. "Bukankah ini yang kau mau? Memiliki anak sendiri."
Aku baru berniat membuat surat cerai, batin Nayeon. Ini sungguh di luar rencananya. Ia merasa sangat bingung harus tetap bertahan dengan rasa sakit atau pergi begitu saja? "Bisakah kau tidak berpura-pura?"
"Memangnya kapan aku berpura-pura? Nayeon-ah, kau sungguh tidak ingin makan apa pun? Aku bahkan sampai membuat kue untukmu," jelas Seokjin. Namun, hal itu tetap membuat Nayeon tak ingin membuka selimutnya. Semakin Seokjin bicara, semakin besar rasa sakit yang ia rasakan.
"Nayeon, kau sungguh tidak mau makan? Setidaknya kau makan sesuap saja, atau bagaimana dengan stroberi?"
Nayeon membuka selimutnya. Ia terduduk dengan rambut berantakan serta wajah membengkak akibat tangisan. "Berhenti perhatian padaku Kim Seokjin!"
"Apa yang terjadi padamu, hm?"
Nayeon menepis tangan Seokjin yang akan mengusap kepalanya. Wanita itu menggantinya dengan mencengkram kemeja yang dikenakan suaminya. "Untuk apa aku bahagia saat kau justru bersama yang lain? Kau pikir aku tidak tahu? Kau selalu menemui Nakyung dan kau juga memberikan cincin padanya."
Seokjin mengernyit heran. "Nakyung?"
"Ya, kau berselingkuh dengannya 'kan?"
"Nayeon, kau salah paham. Aku menemuinya karena urusan bisnis," jelas Seokjin, membuat Nayeon berdecih.
"Apa berpelukan termasuk urusan bisnis? Aku sangat membencimu!" Nayeon kembali menutup tubuhnya dengan selimut. Ia kembali menangis setelah meluapkan segala kekesalan yang ada dalam dirinya.
Seokjin mengusap kasar wajahnya. Ia melirik ke arah gundukan selimut itu, berniat mengusap pucuk kepala Nayeon. Namun, kesalahan itu membuatnya urung melakukan hal itu. Ia juga tak akan mungkin menjelaskan segalanya sekarang.
Nayeon-ah, apa kau tidak tahu seberapa besar rasa cintaku? Aku janji akan menjelaskan semuanya nanti, setelah tujuanku benar-benar tercapai. Bisakah kau bersabar? batinnya. Ia menoleh sebelum akhirnya beranjak. Ia paham, untuk saat ini lebih baik membiarkan Nayeon sendirian. Ia tak mau membahayakan Nayeon ataupun bayinya.
Naeun segera pergi saat tatapannya bertemu dengan sang Ayah. Ya, dia mendengar segalanya termasuk mengenai perselingkuhan itu.
"Naeun-ah." Seokjin berhasil menghentikan putrinya. Ia yakin jika Naeun memang mendengar segalanya. "Yang kau dengar--"
"Appa berselingkuh dengan bibi Nakyung? Kenapa melakukan ini? Kenapa?! Lalu soal anak. Apa aku bukan anak Eomma sampai Appa mengatakan hal seperti itu?"
Seokjin mengusap halus pipi Naeun. Namun, gadis itu segera menepis. "Apa karena nilaiku yang buruk?"
"Tidak, Naeun. Kau putri Eomma dan Appa. Kau hanya salah dengar. Eomma sangat ingin punya putra."
Bujukan Seokjin nampaknya tak berefek pada Naeun. Gadis itu tetap menunjukkan raut kesal. "Aku juga tidak ingin punya adik. Satu lagi, Appa harus mengeluarkan Yuna dan Junseo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fanfiction"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...