Seokjin tersenyum kemudian menyampirkan mantel di bahu Nayeon. "Apa kau tidak merasa dingin?"
Nayeon menggeleng. "Lagi pula, sekarang suaraku tidak terlalu dibutuhkan 'kan? Aku sudah tidak seperti Nayeon yang dulu lagi."
Nayeon memang mengatakan jika ia sudah tak lagi memikirkan soal karirnya. Namun, ia merasa jika ia masih belum terbiasa dengan kehidupannya sekarang. Biasanya, Nayeon akan berlatih setidaknya satu bulan sekali jika dalam masa istirahat. Namun, kali ini ia benar-benar kehilangan semua kegiatannya. Bahkan hanya menonton TV.
Seokjin melingkarkan tangannya di perut Nayeon kemudian meletakan dagunya di bahu sang istri. Pemandangan malam memang sangat cantik. Terlebih jika dinikmati bersama orang terkasih.
"Nayeon-ah, kau bisa tetap bernyanyi. Bukankah kau mengajar di SMA Jeong?"
"Aku tidak punya keberanian untuk melakukannya. Aku akan jalani hidupku dengan sangat normal. Lagi pula, suamiku bisa bekerja untukku," ujar Nayeon, membuat Seokjin menatap sang istri dengan serius. Meski begitu, pria Kim itu hanya bergurau. Ia bahkan segera tersenyum lalu menggelitiki Nayeon.
"Sungguh? Jadi, kau mencintaiku karena uangku, hm?"
"Ah Oppa, berhenti."
Teruslah tertawa lepas seperti ini, Nayeon-ah, aku tidak mau melihatmu terus murung, batin Seokjin. Ia tahu, akan sangat sulit bagi Nayeon meninggalkan dunia yang selama ini membuatnya hidup. Namun, ia yakin, perlahan Nayeon pasti bisa mengatasinya.
"Ayo masuk, kau bisa masuk angin nanti."
"Biarkan aku melihat bintang lebih lama lagi. Mungkin saja itu Yunseong." Nayeon menunjuk salah satu bintang yang ada di langit kemudian tersenyum. Ia sebenarnya masih sangat trauma soal kehilangan bayi. Namun, ia yakin kali ini ia bisa menjaga bayinya dengan baik.
"Kau sangat merindukannya? Mau menemuinya besok?"
"Bukankah kau sibuk?"
Seokjin menggeleng. Ia memang harus mengurus perusahaannya serta beberapa hal soal yayasan Jeong. Namun, ia bisa meluangkan sedikit waktunya untuk mengantar Nayeon. "Aku akan mengantarmu. Lagi pula, aku sangat merindukan Yunseong juga."
"Apa kalian tidak merindukanku? Sangat menyebalkan." Naeun melipat kedua tangannya, bersandar pada pintu balkon hingga membuat Seokjin juga Nayeon terkekeh.
Naeun melangkah lebih dekat sebelum memeluk Seokjin juga Nayeon. Meski bukan orang tua kandungnya, Naeun tetap menyayangi keduanya. Apalagi, mereka yang merawat Naeun sejak kecil.
"Kau akan menginap?" tanya Seokjin, membuat Naeun mengangguk
"Aku sangat merindukan rumah ini. Apa kamarku masih sama?"
"Tentu saja."
*
*
*Seokjin tersenyum kemudian memakaikan kalung pada leher putrinya. "Yeppeo. Kalungnya sangat cocok untukmu."
Naeun tersenyum kemudian berbalik. "Terima kasih."
Seokjin menggeleng kemudian meraih bahu Naeun. "Sebaiknya kau berterima kasih pada Ibumu. Dia yang membelikannya."
"Benarkah?"
Seokjin mengangguk, membuat Naeun segera berlari dan mendekap Nayeon.
"Gomawo, Eomma."
Seokjin tersenyum. Sebelumnya, pemandangan ini benar-benar jarang. Namun, kali ini Nayeon sudah berubah. Ia sangat menyayangi Naeun meski sebenarnya, gadis itu bukan putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fanfic"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...