Yuna menghentikan langkah dengan wajah terkejut. Ia kemudian memukul pelan pria yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya.
"Yak, kau tidak punya cara lain untuk muncul? Kau seperti jin aladin."
Junseo terkekeh kemudian merangkul bahu Yuna. "Aku selalu datang terlambat dan tidak membantumu saat kau kesulitan. Jadi, aku berangkat lebih awal hari ini."
"Kau tiba jam berapa?"
Junseo mulai menghitung dengan tangannya kemudian menunjukan 6 jari pada Yuna. Hal ini tentu saja membuat gadis itu terkekeh.
"Kau sungguh datang jam enam? Itu juga alasanku untuk datang jam setengah tujuh," jelas Yuna. Ia sebenarnya tak merasa kesal soal perundungan itu. Ia hanya berharap Naeun akan berubah dan tak mengganggunya lagi. Ia malas membuat masalah dengan melawan.
Junseo memberikan susu kotak pada Yuna, membuat gadis itu menatapnya heran. "Untukmu. Kau harus tubuh lebih tinggi lagi."
"Yak! Jang Junseo!" Yuna mulai mengejar pria itu. Suasana yang masih sepi, tentu membuat keduanya bisa dengan mudah saling mengejar. Bahkan hal ini benar-benar terlihat sangat manis. Apalagi saat Junseo menangkap Yuna yang hampir terjatuh ke tangga.
"Seharusnya kau hati-hati. Bagaimana jika kau jatuh?"
"Kau yang membuatku berlari," kesal Yuna. "Lupakan, aku sangat kesal padamu. Kau membuat suasana hatiku buruk."
"Sungguh?" Junseo membuka tasnya kemudian memberikan beberapa bungkus permen cokelat pada Yuna. "Mungkin itu bisa membantu."
"Kau mau sekolah atau makan?"
"Mungkin saja temanku ini suka makan. Jadi, aku membawa banyak makanan yang umumnya disukai gadis." Junseo mengacak rambut Yuna sebelum berlalu. Ia tersenyum sambil memegang kedua tali tasnya. Lain halnya dengan Yuna yang masih memasang wajah cemberut sambil membenahi rambutnya.
"Dia sungguh menyebalkan." Yuna mulai melangkah menuju kelasnya. Ia tak akan buang waktu sebelum Naeun tiba. Ia benar-benar tak mau jika harus kembali mandi di sekolah.
Langkahnya terhenti saat Junseo berdiri di tempat duduknya. Pria itu seperti sedang membaca sesuatu di mejanya.
"Ada apa?" Yuna membulatkan mata saat mendapati mejanya sudah sangat kotor dengan kalimat yang sungguh kasar. Bahkan mengatakan jika ia merupakan putri seorang pecundang. "Siapa yang melakukan ini?"
Junseo meraih lap pel kemudian membasahi meja Yuna dengan sedikit air. "Lebih baik bersihkan ini sebelum ada yang tahu. Kau tahu? Ini akan membuatmu dihukum."
"Mwo?"
"Kau akan diminta berdiri di lapang jika ketahuan mengotori meja."
"Ah eotteoke?" Yuna mulai panik. Ia tak tahu jika Naeun akan senekad ini untuk menjatuhkannya. Padahal mereka belum satu bulan sekolah di sana.
Suara tepukan membuat mereka berdua menoleh. Yap, siapa lagi jika bukan Naeun pelakunya. Gadis itu melipat kedua tangannya dengan Taeyeon dan Mirae di sisi kanan dan kirinya.
"Kau tidak akan bisa membersihkannya. Itu spidol permanen."
Yuna kehilangan kesabaran. Ia segera mencengkram kerah baju Naeun. Ia tak peduli meski konsekuensinya ia akan dapat hukuman. Ia sudah tak bisa mengendalikan diri lagi. "Jika kau punya masalah denganku, kenapa tidak membicarakannya baik-baik?"
"Haruskah aku melakukannya? Bahkan pada orang rendahan sepertimu?"
"Apa karena aku bukan berasal dari keluarga berpengaruh? Apa karena uang? Kau tidak tahu siapa pemilik Min's Holding? Dia adalah Ayahku!" teriaknya. Namun, hal ini tak membuat Naeun terguncang. Gadis itu justru tertawa sebab menganggap Yuna tengah mengigau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
أدب الهواة"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...