Yuna memejamkan mata saat Naeun tiba-tiba saja menyiramkan dengan air. Dengan perasaan kesal, ia menyeka air yang membasahi wajahnya. Namun, ia tak langsung berontak. Ia merasa jika untuk saat ini ia harus mengendalikan diri. Terlebih karena orang tua Naeun memiliki kedudukan yang cukup tinggi. Ia tak ingin membuat masalah untuk sang Ibu.
"Apa? Kau ingin marah? Silahkan. Kau bisa melakukannya." Naeun mulai memprovokasi. Namun, hal ini tak membuat Yuna terprovokasi begitu saja. Gadis itu memilih untuk berlalu dibanding meledak di sana.
Langkahnya terhenti saat seseorang menggenggam pergelangan tangannya. Namun, hal ini membuat Yuna memutar tangannya hingga orang itu mengaduh.
"Kau mau merundungku juga?!"
Jeongsan menggeleng sambil tersenyum, membuat Yuna segera melepas tangan pria itu.
"Lalu? Kau mau meledekku?"
Jeongsan terkekeh dengan terkaan demi terkaan yang Yuna katakan. Namun, selanjutnya pria itu memberikan baju olahraga miliknya. "Pakai ini. Kau belum dapat baju olahraga 'kan?"
"Bagaimana bisa aku menggunakan ini? Hari ini tidak ada pelajaran olahraga. Aku akan dimarahi." Yuna mengerucutkan bibirnya, membuat Jeongsan tersenyum.
"Katakan saja pakaianmu basah karena Naeun."
"Aku tidak mau membuat masalah."
Jeongsan melepas jaket kemudian menyampirkannya di bahu Yuna. "Kau bisa masuk angin jika terus kedinginan seperti ini. Gunakan saja seragam milikku, aku yang akan bilang pada guru kelasmu."
Yuna menerima pakaian itu. Meski akan sangat kebesaran, itu lebih baik dibanding harus mengenakan seragam yang basah kuyup.
"Apa lagi?" tanya Yuna saat Jeongsan kembali menghentikan langkahnya.
"Keringkan rambutmu dengan jaketku agar kau tidak flu."
Yuna tak menyangka jika di sekolah yang dibilang menyeramkan oleh sang ibu, ternyata masih ada orang yang sangat baik. Ia yakin Jeongsan juga termasuk putra dari orang yang berpengaruh. Namun, Jeongsan tak seperti anak-anak lain yang berdiri di belakang Naeun. Bahkan pria itu dengan berani membantunya.
Aish, kenapa Jeongsan Oppa membantunya? Ini hanya akan membuatku semakin ingin menyakitinya, batin Naeun. Ia bisa lihat dengan jelas bagaimana Jeongsan tersenyum pada Yuna. Dari tatapan saja, Naeun sudah tahu jika pria itu memang menyukai Yuna.
Taeyeon tersenyum miring kemudian berdecih. Selain sombong, Naeun juga sangat munafik menurutnya. Gadis itu sudah mengelak beberapa kali. Namun, tatapan sama sekali tak bisa berbohong. "Daripada hanya menatapnya, kenapa tidak langsung menghampirinya saja?"
"Diam kau!"
Seokjin terus mengikuti Nayeon. Ia sengaja mengalahkan semua pekerjaannya pada sekertarisnya. Ia hanya ingin menjaga Nayeon. Terlebih karena sang istri menolak untuk makan apa pun dan hanya melamun atau menangis.
"Untuk hari ini saja. Tidak perlu pergi ke sekolah. Aku sudah minta guru pengganti untuk menggantikanmu."
Nayeon menepis tangan Seokjin. Ia semakin tersakiti jika Seokjin memberikan perhatian padanya. Ia menganggap semua perhatian itu adalah palsu. Apalagi ia tahu jika Seokjin bermain api di belakangnya.
"Tolong berhenti!" bentaknya. Suara terdengar gemetar sebelum kembali menangis. "Kenapa kau harus melakukan ini padaku? Kenapa harus aku?"
Seokjin segera mendekap Nayeon. Ia tak ingin sesuatu yang buruk terjadi. Terlebih saat ini Nayeon sedang mengandung buah hati mereka. "Nayeon-ah, tenanglah. Aku sudah katakan jika pertemuanku dengan Nakyung hanya pertemuan bisnis 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fanfiction"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...