#8 I'm Sorry

673 127 69
                                    

Jihyo bertepuk tangan setelah Yuna selesai bernyanyi dengan iringan gitar dari Yoongi. Mereka bertiga kemudian saling tos sebelum akhirnya Yuna memeluk Yoongi.

"Materi yang diujiankan adalah lagu retro. Apa aku bisa melakukannya?"

"Tentu saja. Kau pasti bisa melakukannya."

Untuk saat ini, Yoongi dan Jihyo masih belum mempersiapkan pernikahan mereka. Keduanya memutuskan untuk mengurus soal Yuna terlebih dahulu sebelum melangkah ke pelaminan.

Melihat senyum Yuna saat bersama Yoongi sungguh membuat Jihyo merasa keputusannya benar-benar sudah tepat. Mungkin ini saatnya ia berhenti berharap soal kedatangan Daniel untuk sekedar menyapa putri mereka. Bahkan ikatan Yuna dan Yoongi lebih dari sekedar ikatan ayah dan anak. Mereka berdua benar-benar sudah dekat sejak lama. Bahkan Yuna lebih sering memanggil Yoongi sebagai ayahnya sebelum ia tumbuh dewasa.

Jihyo tersenyum kemudian duduk di samping Yuna. "Eomma yakin kau bisa melakukannya. Eomma akan selalu berdoa agar kau masuk sekolah itu."

Jihyo tahu SMA Jeong memang sangat mengerikan. Terlalu banyak permainan kotor di dalamnya. Namun, selama ia punya keberanian serta Yoongi, ia yakin kejadian yang menimpanya tak akan terulang pada Yuna. Ia akan menjamin hidup Yuna benar-benar bahagia.

"Eomma, bagaimana jika kita makan tteobboki bersama? Paman, aku mohon."

"Baiklah, kita bisa pergi." Yoongi memang punya kesibukan sebagai seorang pemilik perusahaan properti. Namun, pria itu tak pernah mengenyampingkan Yuna. Ia pasti akan membatalkan segala pertemuannya hanya untuk menemani Yuna.

Yuna, kau jadi seperti anak kecil, batin Jihyo. Ia tersenyum, mengingat bagaimana sikap Yuna akhir-akhir ini. Mungkin Yuna terlalu merindukan kasih sayang ayahnya dan itu cukup membuat Jihyo merasa sangat bersalah sebab tak bisa menahan Daniel untuk tetap bersamanya.

Lain halnya dengan keluarga Jihyo yang sebentar lagi akan kembali mendapat pelangi setelah badai yang menerjang hidup mereka, Jeongyeon justru sebaliknya. Ia mendapat hantaman dahsyat setelah kematian mendadak dari ayah mertuanya.

Jeongyeon berusaha mengendalikan diri. Ia tak mungkin terus terpukul karena sebuah kebenaran yang ia dengar secara tak sengaja. Jika Seokjin mengatakan sebuah kebenaran, itu artinya sang suami benar-benar melenyapkan Hanjun.

Namjoon memang merupakan seorang dokter. Tak memutup kemungkinan jika pria itu bisa melenyapkan seseorang hanya dengan satu suntikan saja. Namun, ia juga tak bisa percaya pada ucapan Seokjin sebelum tahu kebenaran dari mulut sang suami.

Jeongyeon berdiri tepat di hadapan Namjoon. Mata yang sudah digenangi air mata tentu membuat Namjoon merasa sangat heran.

"Ada apa? Kau menginginkan sesuatu? Katakan, aku pasti akan mengabulkannya."

Senyum itu sungguh membuat Jeongyeon merasa sangat hancur. Ia sungguh tak menyangka jika Namjoon melenyapkan putra mereka.

"Kenapa? Kenapa kau harus melenyapkan Hanjun? Dia putramu. Kenapa kau melenyapkannya?" Jeongyeon mulai tak terkendali. Ia menangis sambil terus memukul pria yang ada di hadapannya. Hati ibu mana yang akan bahagia saat bisa tetap hidup meski dengan mengorbankan nyawa putranya?

"Jeongyeon, tolong kendalikan dirimu. Kau tidak boleh tertekan."

"Kau pikir aku bisa tenang? Katakan padaku alasan kenapa kau melenyapkan Hanjun. Dia putramu, Oppa. Kenapa kau benar-benar tega melakukannya?"

Athena✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang