Nayeon masih menangis sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia tak percaya jika Seokjin benar-benar marah padanya hanya karena cincin. Padahal, ia hanya ingin memberikan kode bahwa ia marah soal cincin yang Seokjin berikan pada wanita lain.
Seokjin membawa nampan berisi makanan. Awalnya ia meminta asisten rumah tangga untuk memberikannya pada Nayeon. Namun, suasana hati Nayeon yang sangat buruk membuat Seokjin memilih untuk melakukannya sendiri.
"Bukankah hari ini kau harus membuka acara penerimaan siswa baru? Kau belum makan dari semalam." Seokjin menarik selimut tersebut. Namun, Nayeon terus berusaha menahan agar selimutnya tak terbuka. Meski begitu, tenaganya tetap tak lebih besar dari Seokjin. "Kau harus makan. Bagaimana jika kau sakit? Sebentar lagi kau juga akan mengadakan konser 'kan?"
Apa pedulimu jika aku sakit? batin Nayeon. Ia ingin sekali mendapat pelukan hangat setidaknya untuk menenangkan diri. Namun, hatinya sudah sangat hancur, mengetahui jika ada cinta lain di hati suaminya.
"Sekarang kau harus makan. Aku akan minta Taehyung untuk mewakilimu." Seokjin meletakan nampan itu lalu meraih piring. Ia tersenyum lalu berniat menyuapi Nayeon. "Jika kau tidak makan, kau sungguh akan sakit, Nayeon. Kau juga terlihat pucat."
Nayeon akui ia kalah dari dirinya sendiri. Ia memilih mendekap pria itu dan kembali menangis. Andai ia bisa, ia ingin berteriak jika Seokjin hanya miliknya. Namun, sepertinya hal itu tak akan membuat hati Seokjin berubah.
Seokjin tersenyum kemudian mengusap pucuk kepala Nayeon. "Waeyo? Berhentilah menangis. Maaf, aku terlalu marah sampai tidak memikirkan perasaanmu. Kau tahu bagaimana sulitnya aku membuat cincin itu ada di jari manismu? Aku bahkan harus meyakinkan ayahmu berkali-kali untuk mendapat restu, tapi kau malah melepas cincinnya."
Lalu kenapa sekarang kau bersama wanita lain? gumam Nayeon dalam hati. Rasanya sakit setiap ia ingat soal fakta jika Seokjin bermain api di belakangnya.
"Sekarang kau harus makan. Kau bisa sakit jika tidak makan."
Jujur, aku merasa sakit melihat senyum itu. Bisakah aku mengubah hatimu lagi? batin Nayeon. Ia memilih untuk menerima suapan dari Seokjin terlepas dari niat apa yang ada dalam hati suaminya. Namun, baru saja suapan kedua, Nayeon justru merasa mual.
"Lihat? Sekarang kau malah sakit. Lain kali jangan melewatkan jam makan lagi." Seokjin terus menatap Nayeon, memastikan istrinya sampai ke kamar mandi dengan selamat. Namun, atensinya teralihkan saat sebuah pesan masuk ke ponselnya.
"Ck, kenapa waktunya sangat tidak tepat?" gumam Seokjin. Ia segera beranjak tanpa menunggu Nayeon kembali, membuat sang istri merasa sedih saat suaminya pergi begitu saja.
"Apa menemui Nakyung lebih penting? Bahkan saat aku sedang tidak enak badan seperti ini?" gumam Nayeon. Ia yakin Seokjin pergi terburu-buru karena ingin menemui Nakyung.
*
*
*Yuna menghentikan langkah saat mendapati teman seangkatannya tengah berbaring sambil menutup matanya dengan tangan. Ia tersenyum lalu duduk di sampingnya. "Kau tidak punya teman?"
Pria itu mengintip sebelum akhirnya duduk. Tatapannya benar-benar dingin. Namun, Yuna tak terlalu menanggapinya. Dibanding harus berhadapan dengan Naeun, ia memilih untuk berhadapan dengan pria itu.
"Apa pedulimu?" dinginnya, membuat Yuna merogoh sakunya. Ia lalu memberikan sebungkus permen pada pria itu sambil melihat name tag-nya. "Park Junseo?"
"Untuk apa kau berbaik hati padaku?"
Yuna mengulurkan tangan sambil tersenyum. "Aku Kang Yuna. Kita bisa berteman?"
![](https://img.wattpad.com/cover/260984154-288-k822084.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fanfic"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...