Jimin mengerutkan dahi saat menemukan sesuatu di laci lemari. Ini sungguh kali pertamanya melihat dokumen itu. Hingga ia dibuat terkejut saat Dahyun tiba-tiba saja merebutnya. "Oh? Ada apa?"
"Ah ... Ini akte kelahiran milik Jaehwan. Bukan apa-apa," jelas Dahyun dengan gugup. Ia merasa lega sebab bisa datang tepat waktu. Mungkin jika tidak, Jimin akan tahu soal surat perjanjian itu.
Dahyun meletakan kembali surat itu ke dalam laci. Ia lantas berbalik kemudian mengalungkan tangan pada leher suaminya. "Apa yang kau cari?"
"Aku?"
Dahyun mengangguk. Namun, hal ini malah membuat Jimin merasa sangat curiga. Terlebih Dahyun terlalu cepat menyembunyikan surat itu. Ia yakin Dahyun memang menyenbunyikan sesuatu darinya. Mungkin jika tidak, istrinya tak akan segugup itu. "Ah ya, aku sudah memasak. Ayo, kita harus sarapan."
Jimin menoleh meski kakinya terus melangkah mengikuti Dahyun. Ia bertekad untuk mencari tahu nanti. Yang pasti, ia sangat penasaran dengan dokumen yang Dahyun sembunyikan.
Jangan sampai Oppa tahu soal kesepakatanku dengan Mina Eonni. Semuanya sungguh berantakan sekarang, batin Dahyun. Ia harap Jimin tak akan menanyakan atau mencari tahu soal dokumen itu lagi. Ia yakin jika semuanya terbongkar, bukan hanya Jimin yang akan membencinya, tapi juga Jaehwan.
Naeun meletakan sendoknya dengan keras. Ia meraih tas tepat saat sang Ibu datang. "Aku akan berangkat sekarang. Aku buru-buru."
Nayeon tahu jika saat ini Naeun belum bisa menerima calon Adiknya. Gadis itu terus diam dan tak ingin bicara pada Nayeon. Padahal berada di rumah adalah hal yang paling jarang terjadi pada Nayeon. Ia terlalu sibuk dengan karirnya, begitu pun denga Seokjin.
Seokjin tersenyum lalu menyajikan potongan apel di hadapan Nayeon. "Dia akan segera baik-baik saja. Jangan terlalu dipikirkan."
"Dia masih marah padaku." Nayeon menghela napas sebelum memasukan potongan apel itu ke mulutnya. Ia kemudian menatap Seokjin yang tampak asyik menyantap sarapannya.
Oppa, kau baru saja melanggar janjimu, batin Nayeon. Ini kali pertama Seokjin melepas cincin pernikahan mereka. Jangan lupakan soal pertemuan diam-diam yang dilakukannya saat malam hari. Ini sungguh membuat Nayeon cukup muak. Namun, untuk saat ini ia tak mungkin mengurus surat perpisahan.
"Ah ya, hari ini aku harus pergi rapat. Apa kau tidak apa-apa jika aku pergi? Aku bisa meminta Taehyung untuk menggantikanku jika kau mau."
"Jangan merepotkan Taehyung terus. Dia sudah sangat marah karena namanya hanya tertulis sebagai wakil Dahyun," ujar Nayeon. Ia akui semua kesombongannya kini tak berarti. Kehidupan sempurna yang selalu ia elu-elukan, kini benar-benar sirna hanya karena satu wanita saja. Namun, ia akan berusaha untuk mendapatkan kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya.
"Ah ya, cincinmu di mana?"
"Astaga! Aku sungguh lupa memakainya. Mianhae, aku cukup kesulitan saat harus memasang seprai tadi. Aku akan memakainya lagi." Seokjin merogoh sakunya kemudian menggunakan cincin itu. Ia lalu tersenyum sambil mengusap pucuk kepala Nayeon. "Kenapa matamu berkaca-kaca? Aku hanya cukup kesulitan karena benang pada seprai itu menyangkut pada cincinku."
Katakan saja apa yang kau mau, aku tidak peduli, batin Nayeon. Untuk saat ini ia hanya akan fokus pada bayinya. Ia tak mau membahayakan bayinya hanya karena pria Kim berengsek yang kini tengah berkamuflase. Mungkin jika diibaratkan sebuah hewan, Seokjin sedang berkamuflase sebagai seekor kupu-kupu.
"Aku harus segera pergi."
"Aku yang akan mengantarmu. Tunggu sebentar." Seokjin berjalan menuju kamar untuk mengambil jaketnya. Ia juga mengambil kunci mobil kemudian kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fanfic"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...