Naeun mengerutkan dahi heran saat tatapan marah sang Ayah tertuju padanya. Ia baru saja selesai belajar bersama klub anak Athena lainnya.
"Naeun-ah, apa yang kau lakukan?"
"Katakan saja secara langsung," ujar Naeun saat sang Ayah mencengkram erat pergelangan tangannya.
"Kau membuat Ayah kehilangan investor terbesar. Bisakah kau mengendalikan diri? Menjadi putri keluarga Kim, membuatmu harus menjaga nama baik keluarga, Naeun," jelas Seokjin. Namun, gadis itu nampak tak peduli. Bahkan air mata mulai menggenang di kantung matanya saat ia meneguk segelas air. Meski begitu, ia mencoba untuk mengendalikan diri.
Putri keluarga Kim. Itu memang sebutan yang dikenal oleh orang-orang. Namun, Naeun merasa kesal sebab hampir tak pernah ia mendapat perhatian layaknya anak lain. Bahkan ia hanya akan mendapat perhatian jika melakukan sesuatu. Termasuk saat ia bersikap manis pada sang Ibu atau merengek pada Ayahnya.
"Merundung teman sekelasmu? Naeun, bukankah itu hanya akan mencoreng nama keluarga Kim?"
Naeun melempar gelas itu hingga pecah. Kini air mata itu tak lagi bisa ia bendung. Dengan tatapan penuh dendam, ia menatap sang Ayah. "Ini terlalu tidak adil untukku! Bukankah selama ini Appa hanya sibuk dengan perusahaan? Lalu Eomma juga sibuk dengan karir menyanyinya. Bahkan hampir tak pernah kalian ada di rumah. Apa aku benar-benar putri keluarga Kim?"
"KENAPA KAU MENGATAKAN HAL ITU?!"
Naeun menyeka air matanya, berusaha tersenyum meski hatinya benar-benar hancur. Terlebih saat mendengar fakta yang sempat disangkal oleh sang Ayah sebelumnya. "Aku bukan anak Eomma dan Appa 'kan? Seharusnya Appa tidak perlu peduli apa yang kulakukan, apa hatiku merasa senang, apa aku makan dengan benar. Appa tidak tahu 'kan?"
Naeun melepas jas itu lalu menggulung lengan kemejanya. "Appa bahkan tidak tahu jika aku selalu berusaha menyakiti diriku sendiri 'kan?"
"Naeun-ah, apa yang kau lakukan?"
Naeun menepis tangan sang Ayah begitu saja. "Untuk apa aku ada di dunia jika kehadiranku bahkan tak diinginkan? Aku hanya berpikir jika berteriak atau bahkan 'tiada' adalah obat untuk rasa sepiku. Aku lebih baik mati dibanding harus kesepian."
Naeun juga melepas satu dasi kemudian satu kancing atasnya, memperlihatkan luka goresan yang ada di bahunya. "Appa bahkan tak tahu soal luka ini 'kan? Malam itu Appa berjanji akan menjemputku dan apa yang Appa lakukan? Appa memilih menemui klien dan membuatku hampir menjadi korban pelecehan. Dia mengayunkan pisau untuk mengancamku dan Jeongsan Oppa yang menolongku."
Naeun bukan ingin berkuasa. Ia hanya ingin diakui. Bahkan saat ini Taeyeon, Taemin, dan Jaewook mulai berada di pihak yang berlainan dengannya. Ia terlalu takut merasa kesepian. Apalagi setelah ia hampir menjadi korban pelecehan. Ia benar-benar takut dipandang lemah.
"Appa masih memikirkan soal klien? Kenapa tidak mengirimku ke asrama? Masalahnya akan selesai 'kan?" Naeun meraih jas serta tasnya kemudian berjalan menuju kamar.
Naeun-ah, kau memang bukan putriku, tapi aku tetap menyayangimu bahkan merasa sakit saat melihat luka-luka itu, batin Seokjin. Hingga saat ini ia masih tak ingin membuka identitas Naeun. Saat ini Naeun adalah putrinya dan akan selalu seperti itu.
"Maaf, Appa bahkan tidak tahu hal apa yang harus kau lalui," gumam Seokjin. Ia kemudian meraih ponselnya, menghubungi Yoongi untuk menjadwalkan sebuah pertemuan. Proyek peluasan Athena palace sudah setengah jalan. Ia tak akan mungkin melepas kontrak ini begitu saja.
Hati Dahyun mencelos saat Jaehwan tak meraih tangannya. Padahal biasanya Jaehwan selalu memeluknya saat pulang sekolah. Namun, kali ini Jaehwan hanya berjalan melewatinya begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fanfic"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...