Mirae menatap sang Kakak sambil memeluk tas. Ia terus melangkah, mengikuti Jeongsan sebelum memutuskan untuk berdiri di hadapannya.
"Waeyo?"
"Kenapa Oppa menyelamatkan Yuna?"
Jeongsan menghentikan langkah kemudian mengambil alih tasnya dari Mirae. "Karena aku orang baik."
Mirae berdesis kesal saat Jeongsan berlalu begitu saja. "Aku pikir Oppa menyukainya."
Langkah Jeongsan terhenti. Ia kemudian berbalik tanpa memedulikan siswa lainnya yang melintas. "Kenapa berpikir begitu?"
Mirae memasang wajah sedihnya. Ia bukan menghalangi sang Kakak. Namun, ia takut jika Naeun dan Taeyeon menjauhinya. Ia yakin jika Jeongsan berkencan, ia akan sangat dijauhi oleh mereka berdua. "Jangan menyukainya."
"Waeyo?"
"Pokoknya jangan sampai menyukainya." Mirae berlalu begitu saja, membuat Jeongsan hanya bisa menatapnya heran. Ia tak mengerti kenapa Mirae begitu mempermasalahkan soal kedekatannya dengan Yuna. Padahal ia hanya berniat untuk menolong gadis itu.
Dari kejauhan, Naeun memutar malas kedua bola matanya sambil melipat tangan. Ia cukup kesal saat Jeongsan terlihat tenang meski Mirae sedikit menggertak. Padahal ia berharap Mirae bisa meyakinkan Jeongsan agar tak mendekati Yuna lagi.
"Kau tetap saja kalah, Naeun. Kau memang harus hidup sebagai seorang loser." Taeyeon meledek Naeun hingga gadis itu merasa sangat kesal. Ia kemudian berlalu, tak peduli meski Naeun terus memanggil namanya. Lagi pula ia punya bukti kuat soal keluarga Naeun.
Yap, Taeyeon sudah tahu soal video yang ada di kartu memori itu. Video yang menunjukan jika seorang wanita dengan perwakan mirip Nayeon, mencekik leher tuan Kim. Namun, Taeyeon masih tak yakin soal itu. Apa lagi kondisi video itu benar-benar gelap.
"Bukankah seharusnya Ayahku yang berada di kursi itu? Aku ingin tahu bagaimana reaksi Naeun saat tahu nanti," gumam Taeyeon. Ia berjalan dengan senyumnya, merasa sudah memenangkan peperangan dengan caranya sendiri. Apalagi ia punya bukti kuat yang menunjukan jika sang Ayah memang seharusnya duduk di kursi ketua yayasan.
*
*
*Yoongi serta Jihyo sama-sama diam. Mereka berdua baru saja terlibat perdebatan hebat sebelum akhirnya memilih untuk sama-sama diam.
Yoongi melirik Jihyo yang saat ini menyantap makan siang dengan kesal. Ia tahu keputusannya kurang tepat. Namun, Yoongi yakin dengan tinggal di Athena palace, Yuna akan diakui oleh beberapa anak Athena.
"Jika Oppa bersikeras, pergi saja sendiri," ujar Jihyo. Ia bukan tak ingin pergi ke apartemen mewah itu. Hanya saja, ia malas hidup mengikuti bagaimana para kelas atas. Ia cukup senang dengan hidup seperti sebelum menikah dengan Yoongi.
"Hanya apartemen, Jihyo."
"Hanya apartemen katamu? Tempat itu bahkan sangat mengerikan dengan persaingan kelas atas. Hanya akan ada acara pamer yang sungguh membuatku muak," ujar Jihyo kemudian mengentuk piringnya dengan sumpit. "Aku sangat tidak suka hal itu."
"Apa susahnya menyesuaikan diri? Kau bisa membeli apa pun dengan kartu yang kuberikan."
"Ini bukan soal uang. Aku tetap tidak akan setuju untuk pindah ke sana. Bahkan rumah ini jauh lebih luas," ujar Jihyo kemudian beranjak. Ia memutuskan untuk tak menyelesaikan makan siangnya dibanding harus mendengar ocehan Yoongi soal apartemen itu.
"Appa!" Yuna berteriak saat menginjakan kakinya di rumah. Ia mengerutkan dahi saat melihat Ibu dan Ayahnya saling diam. Bahkan ia bisa merasakan gejolak kesal dari cara sang Ayah makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fiksi Penggemar"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...