Yoongi duduk di tepi ranjang kemudian memberikan segelas air pada Jihyo. Sejak tadi tatapan Jihyo benar-benar kosong hingga membuat Yoongi benar-benar khawatir. Ia bahkan sampai tak jadi pergi meeting.
"Jihyo, aku lapar." Yoongi sangat tahu jika hal yang bisa mengalihkan kesedihan Jihyo adalah memasak. Namun, kali ini suasa hati Jihyo sedang sangat buruk. "Mau memasak bersama? Dulu kau sangat senang jika aku mengajakmu membuat kue."
"Aku tidak mau," jawab Jihyo masih dengan tatapan kosongnya. Ia tak mau menatap Yoongi.
Yoongi meletakan gelas itu kemudian mendekap Jihyo. Bahkan pria itu juga meletakan dagunya di bahu Jihyo. "Kau sungguh tidak mau menemaniku?"
"Tidak."
"Bagaimana dengan makan di luar?" tanyanya. Namun, Jihyo masih bergeming. Ia tak bereaksi apa pun selain menatap lurus. Yoongi jadi ingat hari di mana Yunseong tiada. Jihyo juga terlihat sangat terpukul seperti ini.
"Bagaimana bisa seseorang yang menghancurkan hidupku, tanpa rasa bersalahnya hidup dengan baik sampai detik ini?"
"Jihyo-ya, jika kau lemah seperti ini, dia pasti akan semakin senang. Cara terbaik membalas dendam pada seseorang adalah dengan terlihat baik-baik saja. Bahkan jauh lebih bahagia." Yoongi tahu soal semua kisah Jihyo. Bahkan soal sabotase itu pun, Yoongi benar-benar mengetahuinya. Namun, hingga detik ini ia masih belum bisa membantu Jihyo. Apalagi rekaman CCTV itu telah dihapus.
"Ayo pergi dari sini. Aku akan membereskan semuanya. Kau bisa membeli apartemen yang lain 'kan?"
"Jihyo, kendalikan dirimu."
"Bagaimana aku bisa tenang?!" Jihyo sungguh takut sekarang. Entahlah, ia juga tak tahu pasti soal rasa takutnya. Ia merasa jika semua hal yang dimilikinya, akan pergi dalam waktu dekat. "Bagaimana jika Nayeon membuat kau atau Yuna pergi sama seperti caranya mengambil hadiah utama itu dariku?"
"Tidak, untuk apa aku dan Yuna pergi? Aku akan pastikan Yuna selalu bersamamu." Tujuan sebenarnya Yoongi pindah ke sana bukan hanya karena Yuna, tapi karena ia ingin benar-benar membalaskan dendam Jihyo. Ia tak terima jika Nayeon hidup bahagia saat Jihyo harus menderita karena tuduhan palsu itu. Ia putuskan untuk merebut semua popularitas yang Nayeon miliki.
Aku pastikan rasa sakit Jihyo terbayar dengan mundurnya kau dari dunia tarik suara. Aku juga akan memastikan Jihyo bisa mewujudkan mimpinya yang sempat tertunda, batin Yoongi. Ia kemudian menangkup wajah Jihyo dan tersenyum.
"Aku tahu kau sangat kuat. Setidaknya kau harus buktikan jika Nayeon sama sekali tak mengganggumu."
Yuna mengerutkan dahi saat seseorang meletakan susu kotak di hadapannya. Bahkan hal ini sampai membuat Yuna harus menurunkan bukunya. "Ada apa?"
Taeyeon segera mengulurkan tangannya sambil tersenyum. "Kita tinggal di tempat yang sama. Kenapa kita tidak berteman?"
Bukan Yuna yang menyambut uluran tangan itu, melainkan Junseo. Hal ini tentu membuat Taeyeon segera melepas tangan Junseo.
"Kenapa? Kau harus berteman denganku sebelum berteman dengan Yuna."
"Memangnya kau siapa?"
"Aku?" tanya Junseo sambil menunjuk dirinya sendiri. "Anggap saja aku Kakaknya Yuna."
Taeyeon berdecih kemudian memutar malas kedua bola matanya. "Untuk apa aku berteman denganmu? Kau berasal dari desa. Bagaimana bisa aku berteman denganmu?"
"Yuna-ya, jangan berteman dengannya. Dia hanya ingin memanfaatkanmu. Mungkin dia tahu soal kenyataan itu," ujar Junseo, membuat Taeyeon memukul meja dan berdiri. Namun, Yuna dengan segera berdiri di hadapannya dan melindungi Junseo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fanfiction"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...