#63 Honestly ...

466 87 12
                                    

Dahyun mengembuskan napas sebelum akhirnya memberanikan diri. Ia tahu konsekuensi yang akan ia terima jika menjelaskan semuanya. Namun, ia takkan mundur kali ini. Ia tetap harus membuat Jimin tahu apa yang sebenarnya terjadi hari itu.

"Oh? Aku pikir kau belum bangun." Pria itu tersenyum dengan celemek masih melekat di tubuh. Ia kemudian berdiri di belakang Dahyun dan mendorong tubuhnya pelan. "Ayo kita sarapan. Aku sudah memasak semuanya."

Dahyun tiba-tiba menghentikan langkah, membuat Jimin mengerutkan dahinya heran.

"Ada apa? Aku janji rasanya tidak buruk." Jimin kembali mendorong pelan tubuh Dahyun. Namun, sang istri justru bergeming. "Dahyun-ah, waeyo?"

Dahyun berbalik, membuat tangan Jimin yang semula berada di bahunya, kini turun. Tatapannya jelas memancarkan kebingungan. Berkebalikan dengan sorot mata Dahyun yang memperlihatkan keyakinan.

"K-kenapa kau menatapku seperti itu? Jangan membuatku takut."

"Oppa, kau harus berjanji, setelah mendengar semuanya, jangan ragukan aku."

Jimin tersenyum, melangkah lebih dekat, tangannya berniat meraih pinggang sang istri. Namun, dengan cepat Dahyun menolaknya.

"Kenapa kau sangat serius? Ada apa? Apa kau ingin mengatakan sesuatu? Atau ... Ini kejutan?" tanya Jimin antusias. Matanya kemudian membola. "Ah, apa bayi kita kembar?"

Dahyun masih bergeming dengan sorot mata yang sama. Ia tahu, ini mungkin akan cukup sulit. Namun, ia tetap harus menjelaskan semuanya. Kalaupun pada akhirnya ia akan ditinggalkan, ia takkan merasa sedih. Ia akan anggap semuanya adalah balasan dari apa yang ia lakukan pada Mina sebelumnya.

"Oppa, soal kematian Ayah, sebenarnya itu tidak murni kesalahan Mina Eonni. Hanya kebetulan dia datang saat Ayah mengembuskan napas terakhir. Jadi, semua itu bukan salah Mina Eonni." Dahyun menghela napas untuk menjeda ucapannya. "Lalu soal Jaehwan, dia benar-benar putramu. Putra kandungmu. Soal perselingkuhan itu, aku yang memanipulasimu agar kau menceraikan Mina Eonni dan menikah denganku."

"Kau mencoba menutupi kesalahannya?"

"Aku serius, itulah kenapa aku membuat perjanjian agar Jaehwan bisa menjadi putraku." Dahyun tak takut jika ia akan ditinggalkan. Jika itu terjadi, ia akan menganggapnya sebagai karma dari apa yang ia perbuat pada Mina.

Dengan tatapan menyala, Jimin mencengkram lengan Dahyun. "Apa kau berusaha menutupi kesalahannya?"

"Aku serius dan itu kebenarannya." Dahyun sebenarnya takut pada tatapan itu. Tatapan yang sama saat ia mengatakan pada Jimin jika Jaehwan adalah putranya Mina. Namun, ia sudah telanjur melangkah. Jadi, ia putuskan untuk tak mundur.

Jimin melepas cengkramannya. Sebesar apa pun kemarahannya, ia tetap memikirkan soal soal bayinya. Ia tak mungkin membiarkan sesuatu yang buruk pada janin yang ada di kandungan Dahyun.

Jimin mengusak rambutnya, mulutnya tak kunjung berucap. Pria itu nampaknya memilih meredam kemarahannya dengan diam.

"Oppa boleh pergi jika mau," ujar Dahyun. Ia kemudian melangkah menuju meja makan. Ia meneguk susu hangat yang Jimin buat kemudian menyantap sup tahu yang juga dibuat suaminya.

Dahyun melirik Jimin. Namun, ia kembali fokus pada sarapannya. Ia sama sekali tak khawatir soal keputusan yang nanti akan diambil suaminya. Ia hanya khawatir soal calon bayinya. Ia harap takkan terjadi sesuatu padanya.

Jimin beranjak. Dengan wajah dingin, ia duduk di kursi yang ada tepat di hadapan Dahyun. Ia sebenarnya bukan hanya marah. Namun, kecewa dengan kenyataan yang sungguh berkebalikan dari apa yang ia yakini. Lebih parahnya, ia menyesal telah membenci Mina saat itu.






Athena✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang