#58 Priority

425 88 7
                                    

Mina tersenyum saat Dahyun dan Jaehwan baru saja tiba. Ia pergi ke sebuah restoran daging saat Dahyun menghubunginya.

Dahyun tersenyum canggung lalu duduk tepat di hadapan Mina. Sedangkan, Jaehwan duduk di samping Mina.

"Kebetulan sekali. Aku juga ingin bertemu denganmu tadinya."

"Ada apa?" tanya Dahyun, membuat Mina tersenyum kemudian menggeleng.

"Aku rasa lebih baik membicarakannya nanti saja." Mina memberikan sepasang sumpit pada Jaehwan, begitu pun pada Dahyun. Ia sebenarnya ingin mengatakan sesuatu pada Dahyun perihal Jaehwan. Namun, karena Jaehwan juga ada di sana, ia urungkan niatnya.

Hingga akhirnya Mina memilih untuk menggunakan ponselnya. Ia mengirimkan pesan agar bisa bicara pada Dahyun, tanpa membuat Jaehwan mendengarnya.

[Dahyun-ah, kau bisa menjaga Jaehwan lagi? Saat ini aku takkan bisa membawanya karena dia harus tetap menemani Naeun. Aku harap kali ini kau tidak keberatan]

Dahyun menatap Mina setelah menerima pesan singkat itu. Ia bertanya melalui tatapan mata. Namun, Mina menjawabnya dengan senyuman.

Mina kembali menuliskan pesan untuk Dahyun.

[Aku tidak bisa menjelaskan alasannya, tapi aku harus pergi]
[Tolong jaga Jaehwanie-ku. Aku pasti kembali secepatnya]

[Eonni, apa ini karena pekerjaan?]
[Aku baru akan menawarkan agar kau bekerja di yayasan Jeong]
[Jika tidak mendesak, aku harap kau tetap di sini. Jaehwan sangat membutuhkanmu]

Mina menghela napasnya. Ia sebenarnya tak ingin pergi. Terlebih, ia baru merasakan bagaimana rasanya mendapat kasih sayang dari sang putra. Namun, kondisinya sedang sangat terdesak sekarang. Ia tak mungkin membawa serta Jaehwan.

[Katakan jika ada masalah, aku akan membantumu]
[Aku ingin menebus kesalahanku]

Apa aku harus menerima bantuan Dahyun? Tapi aku merasa itu akan memberatkan Dahyun, batin Mina.

[Apa ini soal uang?]




Taehyung tersenyum saat melihat wajah sembab Sana.

"Aku baik-baik saja, chagi," ujarnya dengan suara parau.

Namjoon melipat tangannya. Ia masih kesal karena sang Adik bisa-bisanya mempertaruhkan nyawa demi yang lain. Padahal jika mereka bekerja sama, semuanya takkan berakhir seperti ini.

"Lain kali jangan keras kepala." Namjoon mengingatkan, membuat Taehyung tersenyum lalu mengangguk. "Aku tak bisa terus menerus membantu."

Sana memukul pelan tangan suaminya kemudian menangis. Ia sudah membayangkan bagaimana hidupnya jika Taehyung benar-benar tiada.

"Tidak boleh menangis, aku tidak benar-benar pergi 'kan?"

"Tetap saja kau membuatku sangat takut dengan banyak darah. Aku takut kau pergi." Sana mulai tersedu-sedu. Ia menggenggam erat tangan suaminya hingga membuat Taehyung tersenyum.

"Apa aku sejahat itu? Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian, Sana. Aku sangat mencintaimu."

Sana berdecak sebab pria yang kini berbaring di atas brankar, justru melontarkan rayuan mautnya. Padahal, Taehyung hampir dijemput malaikat maut tadi. "Kau mau mati?"

Athena✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang