#47 Change

418 98 16
                                    

Naeun mendesah kesal saat darah tiba-tiba menetes ke buku yang sedang ia baca. Ia tak tahu kenapa akhir-akhir ini ia benar-benar sering mimisan bahkan saat tak sedang berpikir keras.

Jaehwan duduk di samping Naeun lalu memberikan sapu tangannya. "Lupakan soal belajar. Tidak perlu memaksakan diri."

Jaehwan menutup buku Naeun lalu menatap gadis itu. "Apa sebaiknya kau pergi ke dokter saja?"

"Aniyo, aku baik-baik saja."

"Kau sering mimisan. Aku merasa ada yang aneh," ujar Jaehwan. Ia merogoh sakunya lalu menghubungi Nayeon.

Naeun berusaha merebut ponsel Jaehwan. Namun, sia-sia saja, teleponnya sudah tersambung. "Jaehwan, aku sungguh baik-baik saja."

"Bibi, aku rasa Naeun sakit."

Naeun memutar malas kedua bola matanya sebelum merebut ponsel itu. "Aku baik-baik saja, Eomma."

Jaehwan hanya membulatkan mata saat Naeun memutus telepon itu begitu saja. "Apa yang kau lakukan?"

Naeun menghela napas kesal. Ia putuskan untuk beranjak dibanding berdebat dengan Jaehwan. Masalahnya ia merasa hal ini adalah hal biasa karena ia memang kelelahan. Namun, Jaehwan justru menanggapinya secara berlebihan.

Jaehwan segera menyusul Naeun lalu menghalangi jalan gadis itu. "Aku khawatir padamu, Naeun."

"Setidaknya tidak perlu berlebihan. Aku hanya kelelahan." Naeun lantas menatap jam tangan yang melingkar di tangan kirinya sebelum menatap Jaehwan. "Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi."






Yuna menghela napas. Hari ini ia merasa tak bersemangat. Padahal hari ini merupakan hari pertama ujian. Ia tak membuka buku dan memutuskan untuk tidur saja. Namun, usapan di kepalanya, membuat Yuna kembali membuka mata.

Oppa, apa itu kau? batin Yuna saat ia tak menemukan siapa pun di dekatnya. Usapan itu terlalu nyata untuk dianggap sebagai sebuah angan. Ia kemudian menghela napas, meyakinkan diri jika tak baik berhalusinasi. Selanjutnya, ia kembali meletakan kepalanya di atas tangan kanan lalu memejamkan mata.

"Ini baru hari pertama dan kau sudah tidak bersemangat." Junseo meletakan susu kotak di atas meja Yuna lalu duduk di bangku yang ada di depan gadis itu.

Tak kunjung mendapat tanggapan, Junseo segera tersenyum lalu mengacak rambut gadis itu hingga akhirnya Yuna putuskan untuk bangun. "Kenapa kau sangat tidak bersemangat?"

"Menurutmu kenapa? Ah, kalian para pria tidak akan pernah mengerti rasanya," gumam Yuna sebelum kembali menutup matanya. Ia sungguh ingin tidur di rumah saja dibanding seperti ini.

"Ck, harusnya tidak perlu marah-marah padaku," ujar Junseo kemudian membuka susu kotak itu lalu menyodorkannya pada Yuna. "Minum dulu sebelum bel berbunyi."

*
*
*

Jihyo melepas helmnya lalu tersenyum. Selanjutnya, ia merogoh tas tangannya, mengambil dua sampel yang ia dapat. "Aku ingin melakukan tes DNA."

Pelukan yang Jihyo lakukan bukan hanya pelukan kerinduan. Ia memanfaatkan kesempatan itu dengan mengambil helai rambut Naeun. Ia hanya perlu bukti untuk membawa Naeun kembali. Lagi pula sudah terlalu lama putrinya itu tinggal bersama Nayeon.

Jihyo kembali memakai helmnya setelah perawat itu memberikan sebuah surat yang digunakan untuk pengambilan hasilnya nanti.

Naeun-ah, maaf, batin Jihyo. Ia tak berpikir negatif soal Nayeon juga Seokjin. Namun, ia tetap merasa bersalah sebab Naeun tak menerima kasih sayangnya selama ini. Ia akan pastikan Naeun akan kembali ke pelukannya.

Athena✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang