Nakyung terus menggigiti kuku jarinya. Ia benar-benar bingung harus melakukan apa sekarang. Ia tak mau jika harus menyerahkan putranya meski faktanya, ia hampir saja tiada karena penusukan itu. Namun, ia tak ingin melihat Jaewook dijatuhi hukuman.
Nakyung segera menyembunyikan sapu tangan berisi kalung itu saat seseorang membuka pintu. Bukti ini hanya diketahui oleh dirinya juga Taehyung. Ia tak mau jika orang lain tahu soal ini.
"Oppa?"
Hoseok duduk dengan wajah lesu. Ia lantas menghela napas sebelum meletakan tas berisi pakaian itu di lantai. "Kau tahu siapa pelakunya?"
Jantung Nakyung berdetak kencang saat mendengar pertanyaan itu. Ia harap bukan Jaewook yang Hoseok sebut. "A-aku belum tahu. Apa dia ditangkap?"
Hoseok menggeleng. "Dia menyerahkan diri."
Nakyung membulatkan mata. Pikirannya sudah melayang entah ke mana. Ia sungguh yakin jika Jaewook menyerahkan diri. Apalagi sejak tadi sang putra tak kunjung datang. "Menyerahkan diri?"
"Eoh. Dia petugas kebersihan apartemen. Aku sungguh tak percaya jika dia melakukan hal kejam ini padamu."
Untung saja bukan Jaewook. Astaga, ke mana dia pergi? Seharusnya dia ada di sini dan tak membuatku khawatir, batin Nakyung. Ia sudah berniat menarik laporan itu. Namun, Taehyung bersikeras agar tetap menyelidiki kasus itu sampai tuntas. Itulah kenapa Nakyung terus merasa gelisah meski Jaewook belum mengaku soal yang ia lakukan.
Jaewook menghela napas sebelum melangkah naik ke pegangan jembatan. Kejadian malam itu sungguh berputar dalam kepalanya, membuatnya semakin muak dan ingin mengakhiri hidupnya saja. Terlebih sang Ibu sudah bertanya.
Maafkan aku, Eomma, batin Jaewook. Ia sudah memejamkan mata dan hampir menjatuhkan dirinya. Namun, seseorang memeluknya dari belakang.
"Pikiranmu sungguh sangat pendek. Apa semua masalahmu akan selesai jika kau tiada?" tanya Naeun dengan nada dinginnya. Ia memang bukan orang yang sangat peduli pada orang sekitar. Namun, melihat seseorang akan melompat ke sungai, tentu takkan membuat gadis itu tinggal diam.
"Apa pedulimu?" ketus Jaewook sambil berusaha melepas pelukan Naeun. Namun, gadis itu memiliki kekuatan yang cukup untuk menahannya.
"Apa peduliku? Kau mau membuatku tak bisa tidur karena melihatmu melompat? Kau juga tidak memikirkan orang tuamu sama sekali?" tanya Naeun diakhiri dengan decakan. Ia juga melepas pelukannya. "Lompat saja jika kau mau. Aku takkan peduli."
Jaewook menelan berat saliva saat melihat derasnya aliran sungai. Ia memang berniat untuk mengakhiri hidupnya. Namun, setelah ia mengingat soal perkataan Naeun, ia mulai berubah pikiran.
"Kau tidak berani 'kan? Jika kau berani untuk mengakhiri hidupmu, Kenapa kau tak berani untuk melanjutkan hidupmu? Ck, kau terlihat seperti seorang pecundang." Naeun melipat kedua tangannya dengan wajah dingin. Namun, detik berikutnya ia segera mengulurkan tangan kanannya.
Jaewook meraih uluran tangan itu dan kembali ke jalan. "Terima kasih."
"Aku melakukannya demi diriku sendiri. Lupakan saja," ujar Naeun kemudian berjalan meninggalkan Jaewook. Namun, pria itu segera berlari untuk menyusulnya. Hal ini tentu membuat Naeun memutar malas kedua bola mata dan menghentikan langkah. "Apa lagi?"
"Bagaimana jika aku mentraktirmu?" tanya Jaewook, membuat Naeun memutar malas kedua bola matanya.
"Apa aku mengatakan jika aku meminta balasan? Tidak 'kan? Pulanglah dan jangan ikuti aku," jelas Naeun kemudian berlalu. Namun, Jaewook tetap bersikeras untuk berjalan di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fanfiction"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...