Tzuyu membuka pintu kamar putrinya dengan ragu. Ia tak peduli soal reputasinya. Ia hanya ingin Mirae tahu jika ia sangat menyayanginya meski dengan cara yang berbeda. Tzuyu juga ingin memeluk Mirae setiap saat. Namun, ia terlalu dikungkung rasa takut dan khawatirnya kehilangan Jeongsan.
"Mirae." Tzuyu menutup pintu kemudian menghampiri ranjang putrinya. Ia duduk di tepi, berniat untuk mengusap kepala putrinya. Namun, ia merasa jika tangannya tak sanggup untuk melakukan itu. Ia jadi ingat saat Mirae menunjukan hasil gambarnya saat masih kecil. Dulu yang ia lakukan justru mengabaikannya karena Jeongsan mengajaknya bermain.
"Mirae, maafkan, Eomma."
"Apa penyeselan berguna?" tanya Mirae dengan suara seraknya. Ia masih enggan berbalik dan memilih tetap membelakangi Ibunya. "Aku seharusnya pergi saja 'kan?"
"Mirae--"
"Lalu untuk apa Eomma menahanku? Lagi pula yang lebih berharga untuk Eomma adalah Oppa 'kan?" tanya Mirae sambil menahan isakannya. Ia tak mau terdengar menangis apalagi setelah aksi berontaknya tadi.
Tzuyu tak bicara lagi. Ia berbaring di samping putrinya lalu mendekapnya. "Maaf, Eomma jarang memelukmu."
"Berhenti memanggil dirimu sebagai Ibuku."
"Kau tetap putriku, Mirae-ya. Kau tahu? Eomma selalu merasa canggung padamu karena sejak kecil kita berdua sangat jauh, tapi apa kau tahu? Eomma selalu memberikan semua yang kau mau melalui Appa-mu. Kau ingat soal sepeda? Hari itu kau mogok makan karena ingin sepeda. Jadi, Eomma meminta Appa-mu untuk membelikannya. Seharusnya Eomma memberikannya secara langsung 'kan? Eomma juga selalu menatapmu tiap malam setelah kau tertidur dan itu benar-benar membuat Eomma merasa bersalah." Tzuyu mulai bercerita sambil sesekali berhenti karena tangis. Ia tahu ia adalah Ibu yang buruk. Namun, ia bukan tak memperhatikan Mirae. Ia memperhatikan putrinya, tapi dari jarak yang sangat jauh. Bahkan tak mudah untuk disadari.
Mirae berbalik, membalas dekapan Tzuyu kemudian menangis.
"Shh, Mirae, kau akan terus menangis?"
"Mianhae."
"Tidak, Eomma yang harus meminta maaf padamu. Terima kasih, kau sudah memberikan pelajaran berharga untuk Eomma. Seharusnya Eomma menunjukan rasa sayang Eomma padamu." Tzuyu menyeka air matanya kemudian tersenyum. "Sepertinya Eomma akan tidur di sini saja."
Dari ambang pintu, Jungkook tersenyum. Setelah Jeongsan pulang, ia yakin semuanya akan kembali seperti semula.
Ia memang marah pada putrinya. Namun, alasan Mirae membuatnya tak ingin memberikan hukuman pada putri kesayangannya. Ia harap Tzuyu bisa menunjukkan kasih sayangnya pada Mirae. Apalagi Mirae sangat membutuhkan Tzuyu di usianya saat ini.
Jungkook melangkah masuk. "Apa Appa juga harus tidur di sini?"
Tzuyu segera memberikan kode agar Jungkook diam. Dalam hitungan detik saja Mirae sudah terlelap dalam pelukannya. Ia yakin Mirae sudah menangis seharian hingga akhirnya kelelahan.
Jungkook tersenyum lalu menarik selimut agar menutupi tubuh istri juga putrinya. "Selamat tidur."
Nayeon duduk di tepi ranjang yang biasa digunakan Naeun. Ia tersenyum kemudian menyeka air matanya. Ini malam pertama tanpa putrinya. Biasanya ia akan diam di sana untuk menemani Naeun. Namun, kali ini tidak. Ia benar-benar mengirim Naeun ke rumah Jihyo meski hasil tes DNA itu belum keluar.
Nayeon mengerutkan dahi saat Seokjin tiba-tiba berbaring di sana. "Kenapa Oppa ada di sana?"
"Karena istriku sedang sedih sekarang. Bagaimana jika tidur di sini saja?" tanya Seokjin kemudian menepuk samping ranjang yang masih kosong. "Anggap saja aku adalah Naeun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fanfiction"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...