Nakyung tersenyum saat mendapati suaminya tengah tertidur sambil menggenggam tangannya. Ia tahu jika Hoseok sangat menyayanginya. Ia menyesal karena memperlakukan pria itu dengan dingin. Bukan tanpa alasan, ia merasa jengkel karena pria itu selalu sibuk dengan urusan pekerjaan. Ia pikir Hoseok tak menyayanginya karena pernikahan paksa mereka. Ternyata tidak, pria itu benar-benar menyayanginya. Bahkan rela menjaganya di rumah sakit.
"Eomma."
Nakyung tersenyum saat mendapati putranya ada di sana. Sudah 3 hari ia dirawat dan Jaewook baru mengunjunginya saat ini.
"Mianhae."
"Tidak, jangan meminta maaf. Eomma senang kau akhirnya kemari. Kau sudah makan?" tanya Nakyung, membuat Jaewook menggeleng. "Eomma ada apel di sini."
Nakyung melepas tangannya dari genggaman tangan Hoseok dengan perlahan agar pria itu tak terbangun. Selanjutnya, ia meraih apel serta pisau untuk mengupasnya.
Nakyung melirik putranya kemudian tersenyum. "Jaewook, apa yang terjadi?"
Jaewook menggeleng kemudian tersenyum. "Aku senang Eomma baik-baik saja."
"Eomma juga senang kau menjenguk Eomma."
Nakyung mengupas apel itu untuk putranya. Sesekali ia juga melirik sang putra sambil tersenyum. Namun, ia merasa heran saat senyum yang ditunjukan Jaewook terlihat sangat canggung.
Ada apa dengan Jaewook? Aku merasa dia menyembunyikan sesuatu, batin Nakyung. Sebagai seorang ibu, tentu Nakyung bisa merasakan dengan jelas jika putranya memang menyembunyikan sesuatu.
"Cha, lebih baik kau makan." Nakyung memberikan piring itu pada putranya. "Habiskan. Setelah ini kau harus belajar, bukan?"
Taehyung duduk sambil menyilangkan kakinya. Ia menatap satu persatu pria dengan masker yang ada di hadapannya. Namun, ia tetap tak ingat bagaimana sorot wajah pembunuh itu.
Seokjin membuka maskernya dengan kesal. "Kau gila? Untuk apa aku membunuhnya? Sangat tidak masuk akal."
Taehyung memutar malas kedua nola matanya lalu memakaikan kembali masker pada Seokjin. "Aku tidak menuduhmu, aku hanya sedang mengingat sorot mata pembunuhnya."
"Itu sama saja kau mecurigaiku!"
Taehyung menghela napas lalu menepuk-nepuk bahu Seokjin. "Bukankah semakin kau berontak semakin kau dicurigai? Diam dan biarkan aku memotret dulu."
"Kim Taehyung!" Seokjin mulai geram dengan kecurigaan sang Adik. Masalahnya, ia tak punya alasan untuk membunuh Nakyung. Apalagi Nakyung adalah Adiknya juga.
"Ey, bisa saja kau membunuhnya karena cemburu padaku. Sudahlah, diam dan ikuti saja investigasiku," ujar Taehyung. Ia segera memotret mereka kemudian mengirimkannya pada Nakyung. Ia harus pastikan kasus ini selesai dengan cepat.
"Taehyung, kenapa kau memasukan kami semua sebagai tertuduh?" tanya Namjoon setelah ia melepas maskernya.
"Untuk saat ini semuanya juga masuk dalam daftar tertuduh. Bahkan aku, tapi karena aku ada di sana saat kejadian, aku tidak termasuk," jelas Taehyung dengan santai. Namun, Seokjin justru mencengkram jasnya hingga membuat Taehyung menyeringai.
"Kau sungguh menjijikan!"
Amarah Seokjin nampaknya tak berpengaruh pada Taehyung. Bahkan pria Kim itu santai menanggapi amarah dari sang Kakak dengan tersenyum dan menurunkan tangannya perlahan.
"Begini, pelakunya memiliki tinggi yang tak jauh dariku. Tinggi kita hampir sama, bukan?"
"Lalu kenapa menyeretku juga?" tanya Jungkook kemudian duduk di sofa. "Ini masalah keluarga kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fanfiction"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...