Seolmi tersenyum sambil menatap dua dokumen di hadapannya. Ia lantas menyimpan dokumen sebelah kanan ke dalam laci lalu membawa dokumen lainnya. Ia melangkah menuju ruang di mana Seokjin akan melakukan pelantikan. Setelah ini, ia sangat yakin yayasan akan berganti nama atas namanya. Apa lagi putra sulungnya sudah seperti pion catur yang mudah untuk ia atur.
Dibanding dengan putra dan putri yang lainnya, Seolmi bisa membaca jika Seokjin lebih mudah terpengaruh. Putra sulungnya memang sangat arogan. Namun, jauh dalam hati, Seokjin benar-benar lemah dan mudah untuk dikendalikan.
Untuknya, Taehyung dan Dahyun yang cenderung melakukan pemberontakan. Bahkan saat pengumuman nama yang akan menggantikan tuan Kim, Taehyung sudah memperlihatkan jika ia akan sangat berontak.
Seolmi memberikan dokumen itu pada seseorang. Satu hal yang membuatnya bingung adalah ketidak hadiran Taehyung di sana.
Dia memang selalu menghalangi jalan, batin Seolmi. Taehyung memang putra kandungnya. Namun, keputusannya mengirim Taehyung jauh-jauh dari Korea adalah sikap arogan dari sang putra. Kekacauan dalam keluarga Kim pasti akan membuat Taehyung sangat mudah merapikan segalanya. Bahkan saat masih kecil, Seolmi bisa melihat dengan jelas jika Taehyung punya kecerdasan tersendiri untuk menyelesaikan masalahnya.
"Kau tidak mengatakan sesuatu pada Jeongyeon 'kan?" Itulah pertanyaan yang langsung Namjoon ajukan saat bertemu kembali dengan mantan asistennya.
"Anda yang meminta saya untuk merahasiakan segalanya 'kan?"
Namjoon merogoh sakunya kemudian memberikan setumpuk uang pada mantan asistennya. "Ini uang untuk bulan ini."
Namjoon masih belum berani mengatakan semuanya. Ia yakin Jeongyeon akan sangat emosional dan mengacaukan segalanya. Ia tahu Jeongyeon sangat marah padanya. Namun, ia sangat khawatir pada calon bayi mereka. Ia tak mau tangis Jeongyeon terulang.
"Aku akan transfer sisanya," ujar Namjoon sebelum beranjak. Ia berusaha keras untuk menjamin hidup sang mantan asisten agar ia mau selamanya tutup mulut. Terlebih hal ini hanya diketahui oleh mereka berdua dan bisa dibilang sang mantan asisten merupakan saksi kunci.
"J-Jeongyeon?" Namjoon terkejut saat tiba-tiba saja Jeongyeon muncul di hadapannya. Sang istri terlihat sangat marah hingga akhirnya sebuah tamparan dilayangkan pada pria Kim itu.
"Kau--" Jeongyeon ingin sekali memaki Namjoon. Ia sudah menunjuk pria itu. Namun, lidahnya seakan kelu. Ia sudah terlanjur kecewa pada pria yang sangat ia percaya. Ia tak menyangka jika Hanjun tiada karena ayahnya sendiri. Jeongyeon jadi merasa bersalah karena tak bisa menyelamatkan putranya.
Hal yang lebih membuat Jeongyeon kecewa adalah melihat langsung bagaimana Namjoon membayar seseorang untuk tutup mulut.
Namjoon meraih tangan Jeongyeon kemudian membawa istrinya untuk masuk ke mobil. Bertengkar di tempat umum hanya akan membuat mereka mendapat pandangan yang buruk. Apa lagi Namjoon merupakan pengusaha terpandang.
"Jeongyeon, kau hanya akan membahayakan bayi kita." Namjoon berusaha menenangkan Jeongyeon. Namun, hal ini segera ditepis olehnya.
"Percuma saja, kau akan melenyapkannya lagi sama seperti kau melenyapkan Hanjun. Iya 'kan? Kenapa kau harus melenyapkan Hanjunku? Dia tak berdosa sama sekali."
"Jeongyeon, mau kujelaskan alasannya?" Namjoon tak bisa marah. Ia tetap menggunakan tutur kata halus untuk menghadapi Jeongyeon. Ia hanya ingin Jeongyeon tenang.
"Apa? Kau mau katakan itu semua demi diriku?"
Namjoon segera mengangguk. "Aku tidak punya pilihan selain melakukannya. Baiklah, kau bisa hukum aku dengan melaporkan aku ke polisi atas tuduhan pembunuhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena✔️
Fanfiction"Sejatinya, peperangan bukan untuk saling melenyapkan. melainkan untuk mengembalikan keteraturan serta perdamaian." Dalam hidup setiap orang perlu menghadapi peperangan mereka masing-masing. Tak terkecuali para penghuni apartemen mewah--Athena palac...