.
.
.#-#-#
" Hitomi?"
" Ryuuzaki?"
Ryuu memandang terkejut pada wanita di depannya. Saat ini ia berada di bandara bersama Shougo dan Pak Gun, mereka tengah menunggu kedatangan dokter yang dikatakan sebagai dokter pribadi Arina saat ia masih tinggal bersama Zero. Namun ia cukup terkejut saat melihat wanita paruh baya dokter kenalan Zero itu datang bersama dengan seseorang yang familiar dengannya.
" Kau mengenalnya?" tanya wanita dengan penampilan elegan itu seraya menoleh pada Hitomi.
" Ya. Kami pernah pernah menjadi rekan setim saat berada di akademi Bright." Hitomi memandang Ryuu. " Tapi, kenapa kau bisa berada di sini?"
Pak Gun maju selangkah mendekat ke arah tiga perempuan itu.
" Lama tidak berjumpa, Profesor Hanakawa. Kulihat kau baik-baik saja."
Wanita itu kini memusatkan perhatiannya pada Pak Gun. " Gun, apakah dia cucu Tuan Sakurai?" tanyanya seraya menunjuk Ryuu.
" Ya. Dia Ryuuzaki Aoi. Atau bisa dikenal juga dengan Sakurai Aoi."
" Salam kenal," wanita itu mendekat ke arah Ryuu, mengulurkan tangan. " Aku Hanakawa Ayumi. Yamada Hitomi menjadi asistenku saat ini."
" Oh. Anda bisa memanggilku Ryuu atau Aoi. Senang bertemu dengan anda."
" Bagimana situasi Rin saat ini? Kau sudah dapat informasinya?"
Profesor Hanakawa segera bergegas menuju tempat di mana mobil yang menjemput mereka terpakir setelah mendapat isyarat dari Shougo. Sedangkan Pak Gun menjawab tanpa membuang waktu.
" Dia sudah tidak sadarkan diri selama 4 hari, dan belum ada kemajuan. Dokter yang menanganinya mengatakan bahwa kondisi vitalnya stabil, tapi entah kenapa dia belum membuka matanya sampai sekarang."
Profesor Hanakawa menatap layar tablet yang ada di depannya dengan tatapan gusar. " Jika daftar zat obat yang dikirimkan padaku itu benar, harusnya obat itu akan memberikan serangan kejut yang kuat pada otaknya, dan berkemungkinan merusaknya. Tapi semua hasil tesnya baik-baik saja. Itu artinya obat itu... efeknya tidak cukup kuat untuk membunuhnya."
" Mem-membunuhnya? Apa maksud anda?" Ryuu bertanya terkejut.
" Ah, obat itu memiliki kandungan halusinogen dan beberapa zat penenang yang mampu merusak kerja otak hanya dengan dosis sekian mili saja. Tapi dari laporan yang kudapatkan, mereka menyuntikkan dua kali lipat dosis obat itu pada Rin." Profesor Hanakawa menunjuk catatan laporan yang terpampang di layar tabletnya. " Yang menakjubkan, dia tidak langsung pingsan karena efeknya dan bahkan masih bisa melawan hingga membunuh empat orang yang mengawalnya. Kau tahu artinya? Fisik Rin menunjukkan resistensi terhadap obat itu. Atau mungkin, ada sebuah situasi yang membuatnya bisa menahan efek dari obat yang disuntikkan padanya, meski kemungkinannya kecil. Aku akan segera tahu setelah memeriksanya sendiri."
Wanita yang terlihat begitu profesional meski tidak sedang mengenakan atribut kerjanya itu sibuk menggeser layar tablet, kembali memeriksa seluruh laporan tentang kasus Arina. " Tapi yang pasti, orang yang menyuntikkannya memiliki tujuan yang jelas. Dia berusaha membunuh Rin. Dan pastinya, Rin juga menyadari hal itu. Itulah alasan kenapa dia memilih bersembunyi saat ini." Ia melanjutkan ucapannya.
" Anda sangat mengenal Kak Rin," komentar Ryuu.
" Tentu saja. Aku yang merawatnya sejak dia dibawa oleh kakekmu. Kau sudah tahu bukan, alasan kenapa nenekmu sangat berhati-hati terhadap Rin?"
Ryuu mengangguk. " Ya. Setelah memikirkan kembali tentang apa yang terjadi sejauh ini, semuanya menjadi masuk akal."
Profesor Hanakawa tertawa. " Kau sedikit mirip dengan Rin, tapi kusarankan jangan terlalu menirunya. Gun akan kerepotan jika ada dua 'Rin' untuk saat ini. Kau tahu kakakmu itu sangat merepotkan, bukan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Death Line
Боевик. . . [15+] . . . Hidupnya abu-abu. Itulah yang ia sadari sejak dulu. Dan tidak akan berubah, entah sampai kapan. Karena ia memang tak menginginkan perubahan, dan membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Namun tiba-tiba saja, ia mendapati j...